Daisypath - Personal pictureDaisypath Anniversary tickers

Rabu, 26 September 2012

A TEENAGER'S FREAKY STORY

Entah angin apa yang membuat suatu sore beberapa hari yang lalu menggerakkan tangan ini ke sebuah tempat rahasia. Suatu sudut di dalam lemari, yang lama tak tersentuh. Sampai tangan ini menyentuh sebuah buku tulis usang bahkan "telanjang" karena covernya sudah bertahun-tahun lalu robek. Ternyata di situlah tersimpan beberapa kisah seorang ABG labil sebelum ada wabah Friendster, Facebook dan Twitter muncul. Ya iyalah ABG tersebut waktu itu belum kenal internet, parahnya setiap ada jadwal ekskul komputer yang sebenarnya berhukum wajib, si ABG labil itu lebih memilih bolos buat ngantri kamar mandi (nasib tinggal di asrama, apa-apa ngantri).

Ternyata sebelum ada budaya curhat atau sekedar update status dengan tujuan sekedar mengabarkan pada dunia tentang aktivitas pribadi, si ABG itu pun sudah membiasakan diri update status juga. Meskipun cuma di atas kertas dan  ga ada yang baca juga sih. Berbeda dengan buku-buku "tong sampah" segala isi hati si ABG labil itu yang udah tamat sebelumnya, khusus buku yang satu itu ternyata memiliki keunikan tersendiri. Apa sih uniknya. Ternyata pubertas membuat buku tulis itu diisi oleh hal-hal aneh (sewajar-wajarnya hal tersebut pun akan jadi aneh kalau di baca setelah bertahun-tahun moment itu berlalu).

Entah dari mana idenya, kisah apa yang mengawalinya, atau sedang kesambet setan galau sampai salah satu lembar buku tulis usang nan lecek itu memaparkan sebuah fakta. Fakta kalau ABG labil itu pernah merangkai kata-kata dengan beberapa penggal bait (mungkinkah dulu maksudnya puisi?). Atau waktu itu memang ada tugas bahasa Indonesia disuruh buat puisi galau (rasanya ga mungkin deh)? Dengan ingatan pada masa itu yang masih kabur mengenai sebab tulisan aneh itu ada, maka dengan ini dipaparkanlah apa yang tertulis di lembaran lecek dari buku usang milik seorang ABG labil era 2000an (makin ga jelas, makin muter-muter).

Rasa...
Muncul tiba-tiba
Dari mana
Tanpa perantara

Bingung...
Rindu tak berujung
Benci meradang
Semua hilang

Menanti...
Semua tak pasti
Ini hanya mimpi
Yang tak terjadi

Kau Hanya Mimpi*

*Entah maksud tiga kata itu judulnya atau bukan, sepertinya begitu. Tapi di teks aslinya dengan font "ceker ayam", tiga kata tersebut ditulis sembarang. Tidak di atas bait pertama atau di bawah bait terakhir.

Thank's for visiting ^_^.
read more »

Senin, 24 September 2012

Review Ost. 49 Days (Even if I Live Just One Day - Jo Hyun Jae)

Ternyata, eh ternyata tampilan blogspot udah berubah otomatis setelah sekian lama sudah diperingatkan, tapi Saya masih nyaman dengan tampilan yang lama dan tidak mau mengikuti anjuran untuk mengubah settingan blog menjadi tampilan baru. Sama seperti halnya akun FB yang tiba-tiba berubah menjadi tampilan timeline alias kronologi, yang entah mengapa menurut Saya kurang nyaman melihatnya. Alhasil ada efek positifnya untuk Saya pribadi, yaitu menjadikan intensitas untuk membuka FB berkurang.

Kali ini Saya akan mencoba belajar me-review (bener ga sih pemilihan katanya?) mengenai terjemahan Bahasa Indonesia dan makna dari sebuah lagu tema dari sebuah drama Korea, yang menurut Saya memiliki pesan cukup dalam. Ya, Drama yang setahu Saya sudah diputar dua kali oleh stasiun televisi swasta dengan maskot Ikan Terbang ini mampu membuat Saya menitikkan air mata di beberapa episodenya yang begitu mengharukan. Bukan hanya mengharukan tentang kisah sepasang kekasih, tapi juga tentang kasih sayang antara anak-ortu, dan juga dalam hal persahabatan. Sudah berpanjang kata, tapi hampir lupa memberi tahu judulnya, dalam Bahasa Inggris judulnya "49 Days." Sedangkan lagu tema yang akan dibahas kali ini berjudul "Even if I Live Just One Day" yang dinyanyikan oleh salah satu pemeran pria di drama tersebut, yaitu Jo Hyun Jae alias pemeran Han Kang. Kalau penasaran sama ceritanya, silahkan searching di Google ya karena sudah ada yang menuliskan sinopsis atau pun meng-upload videonya. Hehe enggak mau mengambil lapak orang deh :).

Dari 5 pemeran utama tersebut, kagum sama Lee Yo Won karena aktingnya yang keren di dua drama lainnya yaitu: The Great Queen Seon Deok & Surgeon Bong Dal hee. Ketiga drama yang dimainkan ini perannya juga jauh banget karakternya satu sama lain. TOP dah.

Saya sama sekali tidak bisa bahasa Korea (paling sering dengernya cuma: kamsahamnida, annyong haseo, oppa, onnie, tteokkboki, bulgogi, dan kimchi. Gubrak! Please deh itu mah nyambungnya ke makanan non). Tapi berkat salah satu blog yang menyediakan lirik lagu tersebut dalam Hangul (kalau Jepang punya tulisan Kanji atau Arab dengan huruf Hijayah-nya), tulisan huruf latin dan terjemahan Bahasa Inggrisnya, jadi Saya terbantu untuk memahami makna lagu tersebut. Walaupun dari musiknya saja dan alur cerita dramanya sedikit-sedikit lumayan ikut hanyut menggalau. Benar ternyata kata orang-orang kalau musik adalah bahasa yang universal. Buat yang ingin langsung menuju ke blog yang Saya jadikan referensi tersebut, monggo di klik saja Hangul, Romanization & English lyric Even if I Live Just One Day - Jo Hyun Jae

Untuk me-review lagu ini Saya ucapkan terima kasih pada Tuhan YME yang memberikan akal dan kemauan untuk belajar dalam diri ini. Kemudian kamsahamnida buat onnie empunya blog http://gomawoyo.wordpress.com/2011/06/12/lirik-lagu-ost-49-days-even-i-life-just-one-day-by-jo-hyun-jae/ yang pastinya postingannya jadi referensi utama dari ulasan kali ini. Lalu makasih juga buat Om Google spesialis penerjemah segala bahasa manusia dari berbagai negara (kan yang ngerti bahasa hewan cuma Dr. Doolittle), yang waktu istirahatnya digangguin sama cewek galau tapi maksa belajar translate. Let's start it!

Awalnya mau mencantumkan tulisan huruf latinya dari bahasa Korea-nya, tapi takut salah memenggal lirik per-baitnya, jadi langsung dari Bahasa Inggrisnya saja ya (tentunya dengan pemenggalan bait berdasarkan insting ke-sotoy-an). Maaf-maaf kalau banyak salah makna atau melenceng, maklum nilai TOEFL-nya masih mentok di angka 400 lebih sedikit (hitungan belasan pula bukan puluhan ^_*).


Even I Live Just One Day
by: Jo Hyun Jae

 Even if I can only live for one day
Do you know how much I miss you and how much my heart aches
I miss you so much, through the ravages of the passage of time

Terjemahan secara bahasa:
"Meskipun Aku hanya dapat hidup selama satu hari
Tahukah kau betapa Aku sangat merindukanmu, dan betapa sakitnya hatiku
Aku sangat merindukanmu, meski waktu terus berlalu"

 Sedikit pembahasan per bait: di sini digambarkan seseorang yang sangat ingin menyampaikan isi hatinya, meski kemungkinan waktu yang dimilikinya untuk menyampaikan tidak banyak. Seseorang (tokoh "Aku") yang mungkin sudah terlampau lama memendam rasa naksir, suka, sayang, cinta, atau apapun istilahnya. Seseorang yang tidak mampu menghapuskan rasa rindu, meski sudah cukup banyak "gerombolan waktu" yang berlari meninggalkan dirinya.

 My tired footsteps bring me to your side, unknowingly
Even though I know there’s nothing I can do for you.

 Terjemahan secara bahasa:
 Jejak langkahku yang lelah membawaku ke sisimu, tanpa disadari
Walaupun aku tahu tidak ada yang dapat aku lakukan untukmu

 Sedikit pembahasan per bait: kata-kata tanpa disadari seolah menceritakan bahwa meskipun "Aku" tidak secara sengaja terus mengingatmu, meski "Aku" telah mencoba untuk melangkah kepada hati yang lain, tapi tetap saja tiba-tiba "Aku" pun sudah kembali berada di sisimu (hati dan pikiran tetap tertuju pada"mu"). Dan walaupun ada kesempatan benar-benar di sisimu pun (bertemu secara fisik), "Aku" tetap tidak tahu apa yang benar-benar bisa kulakukan untuk"mu". Ya iyalah untuk menyatakan isi hati saja sudah membuat galau, apalagi memikirkan "What should I do for you?"

 “I love you” – words I keep shouting in my heart
“I love you” – words I can only whisper behind your back
“I love you” – words that I can’t speak for fear they will disappear

 Terjemahan secara bahasa:
 "Aku mencintaimu"- Kata-kata yang terus kuteriakkan dalam hati
"Aku mencintaimu"- Kata-kata yang hanya dapat kubisikkan di belakang punggungmu
"Aku mencintaimu"- Kata-kata yang tidak dapat kukatakan karena takut "mereka/itu" akan hilang

 Sedikit pembahasan per bait: benar-benar ungkapan hati seseorang yang mengalami cinta sepihak. Bahkan ini lebih parah galaunya darinya cinta bertepuk sebelah tangan (setidaknya menurutku). Bertepuk sebelah tangan itu berarti sudah ada usaha, sudah mampu menyatakan perasaan meskipun hasilnya ditolak atau yang bersangkutan tidak membalas salam "toast", setidaknya si korban dapat langsung move on atau sekedar mencari target selanjutnya. Tapi kalau cinta sepihak itu, meskipun waktu berlalu, meski telah nyaris bertemu dengan orang baru, yang mungkin di mata orang lain (terutama ortu) lebih pantas untuk diri ini, tetap saja "dia" yang masih terus terkenang. Kadang juga alasan takut menjadi jauh dari orang yang disuka membuat seseorang membiarkan kisahnya tetap menjadi cinta sepihak. Terutama kalau antar sahabat, teman sepermainan masa sekolah, kayak kisahnya Han Kang ke Ji Hyun di drama 49 Days ini :(.

I love you so much it scares me
Like the galaxy of stars in the night
Within my sight but out of my reach and touch
Watching over you is my duty
Waiting every day till it becomes an obsession
Expectations of you rising above my height
   
Terjemahan secara bahasa:
Aku sangat mencintaimu, itu membuatku takut
    Seperti galaksi bintang-bintang di malam hari
    Dapat kupandang tapi berada di luar jangkauan dan sentuhan
    Mengawasimu adalah tugasku (pekerjaan/kebiasaan)
Menunggu setiap hari sampai itu menjadi sebuah obsesi
    Mengharapkan dirimu di atas ketinggian

 Sedikit pembahasan per bait: bagaikan seorang yang tidak memiliki uang, merasa kelaparan, dan di seberang jalan melihat etalase toko kue yang memajang sebuah Rainbow Cake (aduh, kok jadi aneh ya analoginya?). Hanya bisa memandang dari kejauhan, tapi tidak mampu untuk meraihnya dan saat doi merasa sedih, diri ini merasa tidak berhak menghibur, saat dia bahagia kemungkinan besar bukan diri ini orang yang ingin dibagi kebahagiaan olehnya. Akhirnya kadang menjadi stalker (secara agresif atau pun masih tetap menjaga gengsi meski dalam hati selalu ingin tahu segala hal tentangnya). Menunggu sesuatu yang tak pasti, sebuah penantian tak berujung bahkan rela dilakukan dalam waktu yang lama, bertahun-tahun pun dijabanin dah. Mungkin maksudnya ketinggian dalam pengharapan itu kelewat batas kali ya? Memang kadang logika dan saran dari orang-orang di sekitar pun tidak mampu lagi membuat harapan akan adanya "keajaiban" itu terus tumbuh subur. Kalau bertahun-tahun kita tanam pohon Cabe, mungkin udah bisa panen beberapa kali (mentang-mentang lokasi penulisan di Pondok Cabe, jadi ingetnya pohon Cabe *_*).

“I love you” – words I keep shouting in my heart
“I love you” – words I can only whisper behind your back
“I love you” – words that I can’t speak for fear they will disappear
 
I love you so much it scares me
I have to confess my love for you today
Even if I can only live for one day
Now I’m going to confess, I’m going to say “I love you”

Terjemahan secara bahasa:
Aku sangat mencintaimu,itu  membuatku takut
    Aku harus mengakui cintaku padamu hari ini
    Bahkan jika Aku hanya bisa hidup selama satu hari
    Sekarang aku akan mengaku, aku akan mengatakan "Aku mencintaimu".

  Khusus bait terakhir sepertinya semuanya sudah sangat jelas, disini "Aku" sampai pada tahap pengakuan. Menyatakan sebuah rasa, terutama jika hari itu merupakan kesempatan terakhir untuk bisa mengatakannya. Tapi di dunia nyata, tidak ada yang tahu pasti kapan hari terakhir kita bersama orang-orang tersayang. Tidak semuanya sempat memiliki waktu untuk sekedar mengungkapkan rasa sayang pada orang tua, adik, kakak, sahabat, atau dalam lagu ini pada seseorang yang disebut "gebetan". Apalagi jika yang memendam rasa adalah seorang wanita, tidak semua wanita di zaman moderen sekalipun mampu menyatakan perasaan terlebih dahulu, untuk setidaknya melegakan isi hati. Tidak semua wanita di zaman moderen ini mampu menolak perjodohan dari orang tua, terutama jika alasan perjodohan bukan semata-mata hal yang tidak logis, seperti materi atau status sosial.

So, beruntunglah mereka yang mampu menunjukkan perasaan pada orang yang disayanginya, jika belum diberi kesempatan menyatakan isi hati kita bukan berarti tidak beruntung. Mungkin Tuhan punya rencana lain, mungkin itu yang terbaik untuk menjadikan sebuah rasa itu cukup menjadi rahasia, karena hanya Dia-lah Sang Maha Pemberi Rasa, yang juga akan mampu mencabut kembali rasa itu. Jika rasa itu sungguh berat untuk ditanggung sendiri, maka hanya kepada Tuhan, kita dapat meminta-Nya untuk mencabut rasa itu supaya virus galau segera enyah dari hidup ini.

Thank you for reading ^_^.
read more »

Senin, 17 September 2012

Kata "Aku-Kamu" dan "Elu-Gue"

Salam sejahtera untuk seluruh pengunjung blog ini. Mungkin ada satu hal dari sekian banyak hal yang agak khas dari blog ini. Disadari atau tidak disadari, meski banyak tulisan Saya di sini lebih bersifat personal macam curhat atau menyampaikan pendapat pribadi secara  non formal, tapi kata sapa yang digunakan agak kaku. Atau mengarah ke kata membosankan kalau dibaca oleh seseorang yang mengharapkan gaya bahasa santai dan humoris macam tulisan Bang Raditya Dika, yang menjadi salah satu blogger yang menginspirasi banyak orang untuk nge-blog (tidak terkecuali Saya).

Tidak lain tidak bukan, karena penggunaan kata yang menunjukkan orang pertama-kedua yang Saya gunakan lebih nyaman pada kata "Saya/Aku-Kamu/Anda" dibandingkan sapaan gaul anak muda nyaris di se-antero Indonesia, yaitu "Elu-Gue."

Loh, bukankah ber-elu-gue adalah hal yang amat biasa terutama dalam bersosialisasi antar teman sebaya? Apalagi walaupun Saya full keturunan Jawa Tengah, tapi tetap saja lahir dan besar di Jakarta dan sekitarnya, akan sangat familiar dengan kata "elu-gue." Betul, tapi sejak kecil Saya dan adik-adik dibiasakan oleh Mama untuk tidak ber-elu-gue, karena menurutnya tidak sopan. Bahkan waktu masih SD, dan melakukan kebiasaan berantem sama adik laki-lakiku, dan sampai keluar teriakan "elu-gue", sesaat kemudian berantemnya di-pause. Bukan gara-gara dipencet tombol pause pada remot kontrolnya, tetapi akan langsung mendapat ceramah singkat dari Mama :).

Maka di lingkungan SD, dan sampai terbawa ke pesantren pun Saya tetap ber-aku-kamu di awal-awal kenalan dengan beberapa teman pondok. Sampai suatu ketika terlibat pembicaraan dengan beberapa orang (teman seangkatan dan kakak kelas yang sekamar). Intinya mereka sepakat bahwa mengatakan diri sendiri "Aku" dalam percakapan sehari-hari, akan mengesankan seseorang itu sombong (pandangan orang kok bisa segitunya ya hanya dari sebuah kata?). Aduh, wawasan baru yang agak bertentangan dengan opini pribadiku. Khususnya karena kebiasaan sejak kecil yang dilarang ber-elu-gue. Kutanya pada keduanya, lantas kata apa yang baik untuk menunjukkan diri sendiri selain "Saya/Kamu" tapi yang tidak terkesan kaku juga kalau digunakan antar teman sebaya. Mereka sepakat menjawab, nama kita sendiri.

Saya manggut-manggut setuju terutama karena dengan menyebut nama sendiri, enggak akan masuk mahkamah bahasa kalau lupa menggunakan bahasa Arab atau Inggris ^_*. Dan pada saat saya tulis kisah ini, ada satu hal yang baru disadari. Maaf sama sekali tidak menyinggung SARA, tetapi entah kebetulan atau memang benar adanya, hal ini saya yakini. Orang suku Sunda mayoritas membiasakan diri menyebut dirinya sendiri dengan nama masing-masing. Kakak kelas dan teman sekamar yang waktu itu berbincang denganku memang orang Sunda. Kemudian saat mengenal teman-teman yang bersuku Sunda sampai saat ini mereka juga nyaris semua menggunakan namanya sendiri untuk menggunakan kata sapa orang pertama. Sedangkan beberapa lainnya menggunakan kata "Saya", jarang yang ber-Aku (mungkin dengan alasan yang sama).

Sejak saat itu (masih sampai sekarang) Saya lebih nyaman menyebut diri saya dengan nama sendiri, terutama saat berbincang dengan orang-orang selain keluarga sendiri. Apalagi di media-media seolah menggunakan kata "Aku-Kamu" yang digunakan oleh dua orang (cowok dan cewek) itu digunakan untuk mereka yang pacaran. Otomatis akan agak aneh di forum non formal dan kalangan usia sebaya untuk ber-aku-kamu selain sesama perempuan. Untungnya latar belakang pernah mondok (karena gak ada mantan santri, tapi merasa diri jauh dari sebutan santriwati), menyelamatkanku kata sapaannya bisa diganti "Ane-Ente." Dan tetap menyebut diri ini dengan nama sendiri, tetap paling tepat menurutku dalam bahasa lisan.

Ini juga yang membuatku merasa menjadi orang lain saat harus menulis dengan ber-elu-gue, terkecuali jika menulis dalam keadaan emosi tingkat tinggi kali ye? Akan terlalu ribet kalau dalam bahasa tulisan Saya diganti dengan nama (Nila) disetiap tulisan. Maka terkadang penulis menggunakan kata "Saya", atau "Aku" dalam kebanyakan postingan di blog ini (berasa udah banyak aja tulisanya *_*). Namun, adakalanya berusaha jadi diri sendiri, tapi tetap berusaha belajar juga menyesuaikan dengan keadaan kan? Misalnya mau nulis cerpen tokohnya ABG keturunan ke-7 dari Si Pitung, yang masih tinggal di kampung aslinya Pitung, rasanya aneh kalau tokohnya ber-aku-kamu.

Itulah sedikit penjelasan mengapa diri ini berasa aneh banget kalau harus ber-elu-gue, baik untuk percakapan lisan maupun tulisan. Intinya, Saya masih dan harus terus belajar untuk menggunakan dan memilih penmpatan kata "Aku-Kamu" atau "Elu-Gue" yang tepat di setiap tulisan yang dibuat. Karena menulis tidak hanya sekedar memuaskan penulis dalam menuangkan idenya. Tapi juga bagaimana membuat pembaca tidak hanya sekedar membaca teks, tapi dapat merasakan emosi dalam sebuah tulisan, dan syukur Alhamdulillah jika ikut terinspirasi menulis.

Happy reading and then writing your own story!


read more »

Jumat, 07 September 2012

Because of "Rembulan di Mata Ibu (a Book Written by Asma Nadia)"

Salam untuk semua pembaca blog ini (kayak banyak yang baca aja deh, padahal belum tentu juga ada yang mau baca ^_^). Mungkin salah satu hal yang ada di benak pengunjung blog ini adalah "Sebetulnya mau fokus nulis apa sih? Kok kadang promosi, kadang curhat berlebay ria, kadang bikin cerpen yang membosankan, kadang buat puisi yang melenceng dari aturan penulisan puisi, nulis opini yang ngambang, terus mau kasih informasi tapi terkesan enggak up to date banget."

Oke, jangan kira itu cuma ada di pikiran pembaca, penulisnya aja bingung mau memfokuskan blog ini khusus tulisan apa. Kenapa? Hal ini dikarenakan penulis bukan tipe yang sudah paham betul passion nulisnya tuh untuk tulisan tertentu. Intinya hanya ingin belajar menulis apa saja yang menurut Saya menarik dan membuat diri kita merasa enjoy waktu ngerjainnya. Tentunya di akhir juga belajar mengedit bagaimana menulis sesuai EYD. Walaupun seringnya tetap masih saja ada yang terlewatkan untuk diedit sesuai EYD.

Kalau diingat-ingat ke belakang, mungkin pertama kali keinginan membuat tulisan itu, pengen banget bisa menulis cerpen atau apa pun yang masuk kategori fiksi. Hal ini tidak lepas dari kebiasaan masa SD, keluar masuk perpustakaan di sela-sela waktu istirahat sekolah. Apalagi kalau bukan cari buku menarik (terutama buku cerita atau novel yang zaman dulu tren seperti serial Lupus dan Lima Sekawan). Untuk dua buku tersebut, bahkan perlu antri kalau mau pinjam karena peminatnya banyak banget. Kalau ada buku baru selalu dipajang di lemari kaca khusus, beberapa hari sebelum buku tersebut boleh dipinjam. Alhasil, pagi hari ketika hari - H, pagi sebelum kelas dimulai sudah pada ngantri menunggu perpustakaan buka. Siapa pun yang berhasil menjadi peminjam pertama akan diteror oleh teman-teman lain.  

"Eh, Kamu minjem Lima Sekawan yang baru itu ya? Habis Kamu siapa, kalau mau ngembaliin buku ajak Aku ya?" 

Kira- kira seperti itu lah teror-an khas ala anak SD yang hobinya nongkrong di perpustakaan. Kalau ternyata sudah keduluan yang lain pun, sang peneror akan mengalihkan pencarian buku yang diinginkan pada target lainnya. Termasuk Saya juga sering menjadi pelaku teror atau pun yang diteror :). Malah keasyikan nostalgia zaman jadi pengunjung setia perpustakaan.

Intinya diawali kekaguman pada para penulis yang punya dunia khayal level tinggi. Bukan hanya sekedar kemampuan berimajinasi tentunya, ditambah kemampuan berbicara dan bercerita lewat tulisan. Meski ketika masuk pesantren (masa Mts/SMP dan MA/SMA) sudah enggak jadi anak perpustakaan lagi (ini terpaksa karena letak perpustakaan yang ada di kawasan putra), kebiasaan membaca kisah fiksi masih berlanjut. Kadang kalau uang jajan ada lebih, maka tanpa ragu pasti beli buku atau majalah islami (selalu nungguin majalah Annida nongol di koperasi pesantren). Perlu diketahui (hehe udah pada tahu kali ye...) di pesantren itu bacaan berupa komik dan novel non islami, itu terlarang. Kalau tetap nekat bawa dan ketahuan, bisa-bisa disita dan ngenesnya tidak akan dikembalikan walau waktu libur tiba.

Saat itulah awal-awal mengenal karyanya Mbak Asma Nadia, salah satu kumpulan cerpennya yang pertama Kumiliki berjudul "Rembulan di Mata Ibu". Walau di dalamnya banyak cerpen-cerpen islami, tapi khusus cerpen berjudul "Rembulan di Mata Ibu" cukup memberikan kesan mendalam. Kisah tersebut menyampaikan pesan bahwa, tidak selamanya seorang ibu kandung selalu berlemah lembut pada putrinya. Ada alasan mengapa ibu bersikap tegas, berkata dengan nada tinggi, dan sulit diajak kompromi dalam hal tertentu. Itu semua justru dilakukan seorang ibu, karena anaknya sangat spesial bagaikan rembulan, yang diharapkan menjadi pribadi kuat menghadapi hidup yang tak selalu menghadirkan kemudahan dan keindahan. Subhanallah, ada beragam cara untuk menunjukkan kasih sayang.

 Ini cover bukunya :)

Kisah tersebut mampu membuat air mengalir dari mata ini. Tidak hanya sekedar terharu, tapi juga terpacu bagaimana mampu membuat tulisan berbeda tapi sama-sama mampu mengaduk emosi pembacanya, seolah tidak sekedar membaca tapi mendengar dan menonton kisahnya. Maaf jika deskripsi Saya tentang cerita tersebut agak melenceng, karena sampai tulisan ini diterbitkan di blog, Saya belum menemukan buku tersebut. Maklum itu lebih dari 9 tahun, mungkin terselip di antara buku lama atau memang hilang karena kebiasaan saling meminjam buku antar kawan semasa masih mondok dulu.

Mungkin harapan untuk menjadi seorang penulis profesional masih amat sangat jauh. Bahkan jika melihat kenyataan, akan sangat malu menyampaikan pada dunia salah satu mimpi itu. Tapi, seperti banyak jawaban para penulis terkenal saat ditanya resep rahasia menulis. Hanya satu jawaban yang nyaris semuanya pasti setuju, yaitu "Menulislah, menulis, dan menulislah!"

Maka blog ini memang tidak memiliki fokus terhadap suatu jenis tulisan, pembaca akan menemukan berbagai macam tulisan, yang masih jauh dari standar penulisan. Memang Saya masih dan terus perlu belajar menulis. Mungkin banyak tulisan Saya yang belum memberikan manfaat untuk pembaca, tapi selalu dan mencoba supaya apa yang ditulis dapat memberikan sesuatu hal positif pada pembacanya.

Selamat membaca ^_^,



read more »

Selasa, 04 September 2012

Join to Amazon Associates

Its about a new thing I've try to start. Two days ago, I joined to Amazon Associates, especially becoming a new member for the affiliate programs. Its about you can share and promote the products from http://www.amazon.com/ in your own website. You will accept the payment when someone clicks and order some product there. Maybe it doesn't have a predictable how much you can earn from this program. But I just want to try something new, especially to improve my passion in writing or blogging, maybe also learning to write by English language.

Sorry if my English so bad, and difficult to understand. I just an Indonesian who want to learn about talking and writing by international language :). Happy reading, happy listening to my favorit song, and also happy shopping at http://www.amazon.com/
read more »

Senin, 03 September 2012

L+I+F+E = C+H+O+I+C+E

Hidup adalah pilihan
Pilihan diantara banyak hal yang akan dijalani
Pilihan yang tidak hanya dalam angan
Realita yang harus dihadapi

Pilihan bukan seperti dalam ujian semester
Multiple choice yang memiliki nilai jika dijawab benar
Pilihan dalam hidup yang diiringi dengan segala risiko
Pilihan yang akan menentukan rumah masa depan


Lalu terhadap apa, kepada siapa, dimana, kapan, dan bagaimana Aku jatuhkan pilihanku?
Kita lihat saja kelanjutannya

03 September 2012
Nila Amalia
read more »