Beberapa waktu belakangan ini sempat ada satu kasus menghebohkan terkait pembunuhan berencana. Motifnya adalah karena percecokkan atau lebih tepatnya korban (yang merupakan istri siri dari dalang pembunuhan) konon sempat menuntut haknya sekaligus meminta sang Suami untuk menceraikan istri pertamanya.
Fokus saya bukan pada kasus tersebut, tapi terkait tentang poligami yang saat ini sepertinya semakin marak diberitakan media, yang mayoritas ada saja permasalahan rumitnya. Memang agama (Islam salah satunya) tidak melarang para pria untuk memiliki istri lebih dari satu (namun tetap batasnya 4 saja). Namun, sebagian besar kaum wanita (termasuk saya) kurang simpati terhadap permasalahan ataupun kepada pelakunya. Bukan apa-apa poligami yang marak terjadi di zaman sekarang tidak benar-benar murni poligami setelah ada niat dan cara yang baik pula. Misal menikahi janda beranak banyak supaya anak-anaknya ada yang menanggung beban hidupnya, atau dilakukan setelah meminta izin baik-baik kepada istri pertamanya.
Seringnya malah pelaku poligami baru terungkap setelah ada kasus A, B, C, dll, yang mengungkap fakta bahwa suami berselingkuh (dengan atau tanpa ikatan pernikahan). Begitu ketahuan baru meminta izin pada istrinya untuk menikah lagi. Gubrakkk!!! Please deh siapa sih yang enggak sakit jika diperlakukan demikian. Meski tidak sedikit yang merasa emosi dan berujung di sidang perceraian, tapi banyak pula para istri yang dengan ketegaran luar biasa mau memaafkan suami mereka dan memberi kesempatan kedua. Ada yang akhirnya kembali menjadi keluarga utuh sebagai pasangan monogami, atau sebagian lainnya mau mengikhlaskan dirinya diduakan, ditigakan, atau bahkan diempatkan demi keutuhan keluarga dan anak-anak. Memang sih konon akan ada balasan surga juga bagi istri yang rela berbagi suami, tapi kalau ada jalan lain untuk masuk surga, enggak harus menjadi bagian dari mereka yang menjalani kehidupan di-poligami kan? #ButuhMentalYangSuperKuatTuh
Perselingkuhan selalu akan menimbulkan dampak yang buruk. Tidak hanya bagi hubungan antar pasangan tapi juga untuk perkembangan psikologis anak. Orang bilang bahwa cinta pertama anak laki-laki adalah ibu, sebaliknya cinta pertama dari anak perempuan yaitu ayah. Saya setuju, terutama bila kita hubungkan dengan fenomena perselingkuhan (dulu identik pria yang melakukan, sekarang peluangnya sama saja).
Jika pelakunya si ayah yang selingkuh, maka kemungkinan yang paling tersakiti adalah perasaan si anak perempuan. Bahkan bukan tidak mungkin si anak akan trauma dan memilih untuk menghindari berhubungan dengan pria, lebih parahnya anti pada pernikahan. Begitu pula sebaliknya saat si ibu berselingkuh dan anak laki-laki menjadi saksi perselingkuhan ibunya, saya melihat beberapa kasus yang terjadi pada selebritis di infotainment, sang anak lelaki akan menolak tinggal dengan ibunya meski mereka masih di bawah umur. Padahal konon katanya hak asuh anak yang masih di bawah umur, ada di tangan ibunya.
Karena satu dan lain hal tulisan kali ini sempat mengendap hampir seminggu di draft, sebelum akhirnya saya selesaikan. Dan meski malam ini sudah selesai (atau mungkin ngambang ya akhirnya?) saya sedang malas mengedit atau memikirkan nyambung tidaknya tulisan ini. Mungkin pikiran saya sedang agak sedikit kusut, tapi tetap memaksakan diri menulis supaya otak tetap dipaksa memikirkan hal positif dalam keadaan apapun. Happy week end all....
Karena satu dan lain hal tulisan kali ini sempat mengendap hampir seminggu di draft, sebelum akhirnya saya selesaikan. Dan meski malam ini sudah selesai (atau mungkin ngambang ya akhirnya?) saya sedang malas mengedit atau memikirkan nyambung tidaknya tulisan ini. Mungkin pikiran saya sedang agak sedikit kusut, tapi tetap memaksakan diri menulis supaya otak tetap dipaksa memikirkan hal positif dalam keadaan apapun. Happy week end all....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar