Hampir dua minggu terlambat dari tanggal 24 Agustus lalu. Tepat setahun sudah saya dan suami menjalani kehidupan rumah tangga, yang sebelumnya mungkin tidak pernah terbayangkan di benak kami masing-masing akan menjalani semua ini. Bukan hal mudah, tapi juga bukan sesuatu hal yang harus dihindari, karena Tuhan telah sangat baik memberikan segala nikmatnya, dalam masa-masa suka maupun duka.
Salah satu hal yang mungkin baru kami pelajari sedikit dari sebuah rumah tangga adalah, tidak ada bahagia dan duka yang abadi dalam biduk rumah tangga. Sama seperti hidup yang tidak mungkin luput dari masalah, rumah tangga juga tidak selalu mulus, selalu penuh canda tawa bahagia. Sesekali bingung, resah, cemas, atau bersedih saat menghadapi situasi sulit juga menjadi proses pembelajaran berharga untuk menjadi lebih dewasa. Mungkin pembelajaran menjadi dewasa dalam berbagai situasi, baru benar-benar terasa saat sudah berstatus istri/suami.
Jangankan pasangan yang menikah tanpa proses pacaran atau PeDeKaTe terikat dalam waktu lama, mereka yang mengalami pernikahan dengan status pacar atau tunangan bertahun-tahun pun bisa mengalami banyak hal mengejutkan di awal. Kami pun mengalami proses adaptasi yang agak rumit. Bukan hanya sekedar adaptasi antar kami berdua, tapi juga dengan keluarga besar kedua belah pihak (setidaknya hanya dalam pikiran dan ketakutan dalam hati kami masing-masing untuk berbaur dengan para anggota keluarga lainnya). Waktu itu mungkin karena masih canggung dan belum bisa saling terbuka, ketakutan seperti itu hanya dipendam. Alhasil seperti ada masalah mengganjal yang sempat membuat salah paham.
Namun, itu semua Alhamdulillah sudah terlewati dan kini kami sudah bisa saling berusaha terbuka atas segala hal, serta mencoba untuk saling melengkapi kekurangan masing-masing. Bukan kesempurnaan yang dicari, atau kesuksesan instan dalam segala aspek kehidupan yang menjadi prioritas utama. Tetapi bagaimana sama-sama belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik serta mau perlahan-lahan memulai semuanya dari nol.
Selain tentang masalah sebagai guru dalam sekolah kehidupan, satu hal yang kami sadari dari sebuah pernikahan, adalah Tuhan tidak pernah salah menentukan apa pun. Sosok yang tepat, waktu serta tempat yang tepat. Salah satunya mengenai calon keturunan kami, yang saat ini sudah hampir tujuh bulan ada di dalam kandungan saya. Banyak kerabat yang bahkan menikah beberapa bulan setelah kami, sudah melahirkan putra/putrinya saat ini. Sedangkan kami masih menunggu sekitar hampir tiga bulan lagi baru bertemu dengan sosok mungil itu. Mungkin ini waktu yang terbaik, saat kami sudah mulai bisa saling terbuka, dan menerima kehadiran pasangannya masing-masing (yang dulu mungkin kami anggap terlalu cepat). Mungkin Tuhan tidak ingin calon buah hati kami hadir saat orang tuanya masih menjalani hubungan seperti orang asing alias kurang akrab.
25 Minggu (19 Agt'14). Semakin aktif bergerak dan menendang dari dalam sana. |
Intinya, terima kasih Tuhan atas semuanya. Juga atas anugerah calon anak kami, yang telah Engkau beri nyawa di rahimku pada satu tahun pernikahan kami. Semoga kelak kami menjadi orang tua yang baik, serta selalu menanamkan nilai-nilai dalam keluarga kecil kami. Semoga masalah apa pun kelak yang kami hadapi, bisa disikapi dengan kedewasaan, lapang dada, sabar dan syukur yang tidak pernah putus. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar