Sekurus itu kah diri ini? Perasaan tidak menyengajakan diri ber-diet untuk menyusutkan berat badan. Bahkan setiap kali ingin ngemil, tidak pernah menahannya. Apa mungkin karena konsumsi air putih meningkat? Perasaan juga masih normal-normal saja, belum melebihi jumlah 2,5 liter per hari (dulu memang malas sekali minum air putih).
Sampai semalam menyadari bahwa kenyataan itu benar adanya. Setelah melihat dan memastikan lagi bahwa cincin yang semestinya dipakai di jari tengah atau jari manis, yang sudah berpindah tempat di telunjuk selama beberapa bulan ini, ternyata muat di jempol. Bahkan tidak mengalami kesulitan saat memakainya alias longgar. Sekurus itu kah diri ini?
Pernah membaca artikel, yang menyebutkan bahwa wanita selalu merasa gemuk meski berat badannya termasuk kategori ideal. Ya, meski saya tidak merasa gemuk, tapi sekarang juga tidak terlalu merasa lebih kurus, seandainya saja tidak melakukan penimbangan berat badan, atau disadarkan oleh kasus cincin dan pakaian yang terasa melebar (padahal badan yang menyusut). Ditambah lagi sejak lahir diberi karunia oleh Tuhan, berupa sepasang pipi yang tembem. So, setiap kali bercermin (jarang banget sih) dan melihat foto saat tersenyum dengan tampilan tubuh bagian atas saja, maka akan tampak biasa saja.
Tapi mungkin orang sekitar yang melihat kita yang ngeh dengan perubahan diri ini. Termasuk sosok ibu, yang setiap detik, dan dalam setiap hela napasnya selalu mendoakan putra-putrinya. Mengingatkan saya untuk tidak perlu melakukan diet apalagi dengan membatasi jumlah konsumsi makanan. Padahal memang tidak diet apa pun kok, bahkan beberapa waktu terakhir kalau boleh jujur saya sedikit memaksakan diri mengkonsumsi buah-buahan, yang memang awalnya malas. Walaupun memang lebih suka dalam bentuk jus, biar tidak terasa makan dan makan lagi.
Memang tidak diniatkan, tapi kalau boleh menganalisa semua ini karena perubahan porsi dan frekuensi makan saya. Memang secara frekuensi bisa dibilang sering, tapi porsinya yang agak menurun dari kebiasaan sebelumnya. Bukan sengaja diet, tapi entah mengapa merasa cepat sekali kenyang, dan kalau dipaksakan akan merasa mual setelahnya. Padahal bisa dibilang, kalau tidak sedang puasa, rasa lapar itu cepat datang. Dan tidak menunda untuk mengisi perut walau hanya dengan sebuah atau dua potong biskuit/cemilan lainnya.
Kalau dibilang tidak nafsu makan, enggak juga deh. Karena seseorang yang kehilangan nafsu makan, maka malas dan enggan untuk mengonsumsi berbagai jenis makanan, terutama makanan lengkap atau biasa kita kenal dengan sebutan makanan berat (nasi, lauk, pauk, dll.). Tapi saya sama sekali tidak kehilangan nafsu makan, setiap kali waktu makan datang, maka saya segera makan seperti biasanya. Bahkan ketika sedang merasa sangat lapar, semangat sekali ingin makan ini-itu. Tapi setelah beberapa suap, rasa kenyang tiba-tiba saja muncul. Ajaran orang tua sejak kecil, untuk tidak membuang makanan sia-sia, membuat saya memaksakan diri menghabiskannya. Pernah satu kali setelah makan, langsung merasa mual, tapi tidak dapat dikeluarkan.
Sejak kejadian itulah, saya sengaja membatasi saat mengambil nasi atau makanan lainnya. Lebih baik nambah daripada menyisakan makanan kemudian dibuang kan? Tapi memang jarang sekali menambah makanan lagi, karena rasa kenyang itu segera muncul. Sesaat kemudian lapar lagi, tapi makan sedikit kenyang lagi. Duh, kalau kayak gini apa iya harus ngemil-in mayonaise biar cepat gemuk? Eh, tapi kalau begitu sih, enggak sehat ya karena nantinya malah menumpuk lemak jahat.
Ya sudahlah, mungkin ini hanya sesaat. Nanti juga kalau sudah waktunya badan akan menggemuk lagi alias lebih berisi. Gemuk, gemuk, gemuk!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar