Daisypath - Personal pictureDaisypath Anniversary tickers
Tampilkan postingan dengan label tips. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tips. Tampilkan semua postingan

Senin, 27 Mei 2013

Bukan Untuk Dipahami, Tetapi Untuk Memahami.

Kadang saat akan atau telah selesai menulis, mungkin ada kekhawatiran apakah tulisan kita nantinya bisa dipahami oleh pembaca? Wajar, karena walau setitik pasti kita memiliki harapan, ada yang mau membaca hasil karya itu kan? Terkecuali jika kita menulis di buku harian atau jurnal pribadi, yang memang bersifat sangat rahasia. Justru segala usaha akan dilakukan supaya tulisan itu aman dari tangan orang lain.

Kembali lagi ke masalah paham atau tidaknya para pembaca ketika menikmati tulisan yang kita buat. Memang penting mencoba membuat tulisan yang mengena di logika dan perasaan pembaca. Tapi sebenarnya ada yang lebih penting. Yaitu, apakah kita sebagai penulisnya belajar tentang sesuatu hal baru (berkaitan isi tulisan), serta dapat memahami betul apa yang kita tulis? Jadi, tujuan utama menulis sebenarnya adalah untuk memahami, dapat dikatakan juga mempelajari dan menambah wawasan kita tentang menulis dan tentang segala hal berkaitan isi tulisan kita.

Setidaknya demikian kesimpulan yang dapat saya ambil dari sebuah pernyataan C. Day Lewis. Beliau adalah seorang penyair dan penulis novel detektif, berasal dari Inggris dengan nama samaran Nicholas Blake. Kutipan berikut terdapat dalam buku terjemahan "Daripada Bete, Nulis Aja!" (Caryn Mirriam-Goldberg, 2004),

"Kita menulis tidak untuk dipahami, tetapi untuk memahami" (C. Day Lewis).

Bagi yang ingin mengetahui seperti apa isi buku tersebut, kebetulan saya telah membuat sedikit rangkumannya di Kenapa Harus Menulis? Semoga bermanfaat.

Mulai sekarang saat ingin menulis, jangan dulu memikirkan apakah nantinya tulisan kita dapat dipahami oleh pembaca atau tidak. Melainkan nikmatilah prosesnya, dan dengan sendirinya melalui proses itu, kita akan mempelajari berbagai hal, yang akhirnya akan membuat kita memahami lebih banyak hal dari yang kita duga sebelumnya.

Mungkin ada yang kontra dengan pernyataan tersebut. Tapi sebagai penulis pemula seperti saya, kalimat tersebut amat sangat membantu. Setidaknya untuk pemicu semangat dalam memulai menulis. Karena bukan teori menulis yang paling berperan dalam terwujudnya impian kita menjadi seorang penulis produktif. Melainkan praktek, dan itu harus dimulai dengan menulis, menulis, dan menulis.

Jadi, semakin banyak kita menulis, semakin banyak kita memahami. Setelah kita rutin menulis, jangan tinggalkan pula kegiatan membaca. Karena seseorang yang gemar membaca belum tentu menjadi penulis yang baik, tetapi seorang penulis yang baik, biasanya adalah seseorang yang juga hobi membaca. Karena dengan membaca kita dapat merasakan berada di posisi seorang pembaca. Ini menjadi latihan tersendiri untuk mengetahui tulisan seperti apa yang dapat dipahami atau tidak, disukai atau tidak, dan menarik tidaknya, dari kacamata seorang pembaca. Perlahan tapi pasti, kelak kita dapat menyuguhkan sebuah tulisan yang tidak hanya menarik dari gaya bahasa, tetapi juga mudah dipahami orang lain yang menikmati tulisan-tulisan kita.

Selamat mempraktekkannya ^_^.
read more »

Kamis, 17 Januari 2013

Tips Membuat Anak Mau Makan Sayur.

Masalah anak-anak tidak suka sayur adalah masalah umum nan klasik, karena nyaris sejak dulu sampai sekarang masih saja kita temukan. Bahkan beberapa anak-anak yang dulunya Antis (Anti Sayur ya, bukan Anti Smash ^_*) masih mempertahankan sikapnya sampai dewasa. Saya sendiri sekarang masih pilih-pilih, tergantung jenisnya atau pada cara pengolahan dan bumbu yang digunakan.

Kali ini saya tidak akan menceritakan masa lalu yang kelam itu (jelas kelam karena selain tidak suka makan sayur, dulu juga menolak makan buah-buahan). Tetapi untuk pertama kalinya di blog ini akan membuat artikel tips, meski hanya berdasarkan pendapat pribadi yang belum terjamin 100% keakuratannya. Semoga ada yang cocok dipraktekkan di rumah, atau kalau ada yang melenceng, silahkan dikomentari siapa tahu bermanfaat untuk para pembaca.

Jadi begini, setelah berpengalaman menjadi seorang anak yang bernafsu makan rendah, selalu pilih-pilih makanan, dan ANTISAH (Anti Sayur & buah), namun karena satu dan lain hal membuat saya perlahan tapi pasti bisa mulai kembali ke jalan yang lurus. Saya sadar bahwa kebiasaan buruk itu semakin parah bukan hanya karena faktor dari diri sendiri, tetapi juga semacam trauma akibat pemaksaan yang terlalu keras akan sesuatu hal yang sebenarnya positif.

Wajar sebenarnya ketika orang tua memaksa anak untuk makan, terutama makan sayur dan buah. Tetapi anak kecil akan merasa berada di bawah tekanan, atau kondisi tidak menyenangkan ketika dipaksa atau bahkan diancam. Mungkin beberapa hal di bawah ini dapat membantu mengatasi masalah anak yang sulit makan, pilih-pilih makanan, atau memilih mogok makan setiap bertemu sayur dan buah. Sekali lagi ini hanya berdasarkan pendapat pribadi penulis berdasarkan pengalaman masa lalu, didukung apa yang pernah saya pelajari di kelas, juga pengetahuan yang didapat dari berbagai media.

1. Stop memaksa. Jika buah hati tidak mau makan, sebaiknya berhenti sejenak membujuknya, apalagi jika dilakukan dengan paksaan atau mengancam tidak akan memenuhi keinginannya. Sebaiknya dialihkan perhatiannya ke hal lain. Misalnya bermain atau melakukan kegiatan yang disukai anak. Setelah bermain sebentar, bisa jadi anak sudah merasa lapar dan lebih bisa diajak kerja sama untuk mau melahap santapannya.

2. Melibatkan anak dalam penentuan menu dan proses pengolahan makanan. Jangan sungkan menanyakan pada anak ingin makan apa esok, khususnya jika akhir pekan atau masa liburan. Abaikan kekhawatiran bahwa mengajak si kecil ke dapur hanya membuat kita semakin repot. Justru dengan mengajaknya "memasak", selain memperkenalkan makanan sehat, juga meningkatkan rasa penasaran anak akan rasa dari bahan makanan yang digunakan. Jadi saat kita mau memasak sayur pun, kemungkinan anak mau memakannya akan lebih besar, karena merasa sudah bersusah payah memasak, dan tidak rela hasil kerjanya sia-sia terbuang.

3. Samarkan si sayur. Biasanya bentuk atau aroma sayur memang kurang disukai anak-anak. Maka ini merupakan tugas kita untuk bisa memanipulasi makanan dengan memasukkan sayuran di berbagai jenis hidangan favorit anak-anak. Kalau tidak sempat atau tidak bisa memasaknya sendiri, sekarang sudah banyak industri rumahan yang katanya menyediakan aneka olahan sayur, dengan bentuk dan rasa yang benar-benar seperti tidak ada sayurnya. Tetapi masakan rumah tetap nomor satu, jadi jika ada kesempatan, lebih baik mencoba membuatnya sendiri. Contoh manipulasi sayur di makanan: sayur dibalut tepung kemudian digoreng, nugget sayur, mie dengan ekstrak sayur, kue berbahan dasar wortel, jus sayur yang dicampur buah favorit kesukaan anak, dll.

Masih berbentuk sayur tapi dengan penyajian dan cita rasa berbeda dari biasanya.


4. Perbanyak memberikan contoh dengan tindakan, bukan selalu setiap saat menceramahi anak akan pentingnya memakan makanan sehat. Tidak perlu kita memaksa anak untuk menyukai sayur, tetapi setiap kali makan, berikan contoh nyata pada mereka bahwa kita juga mempraktekkan apa yang kita perintahkan pada anak. Misal, jika kita tidak pernah atau jarang terlihat oleh anak, kalau kita rutin mengonsumsi sayur, jangan harap anak akan dengan mudah mau makan sayur. Ketika anak melihat orang dewasa dengan lahapnya memakan sayur (yang awalnya dianggap makanan paling tidak enak di dunia), anak akan merasa penasaran dan tertarik mencobanya sendiri. Setelah dia mencoba sendiri tanpa dipaksa, jika merasa cocok dengan seleranya, bukan tidak mungkin setelah itu anak akan sangat menyukai sayur.

5. Ketika anak tidak mau makan karena merasa tidak menyukai hidangannya, jangan langsung memberikan makanan cemilan. Memang tidak tega rasanya jika anak dibiarkan lapar hanya karena menolak makanan. Maka tidak sedikit orang tua yang memberikan cemilan di jam makan makanan utama. Kebiasaan ini bisa membuat anak mengulang keadaan yang sama, karena dia sudah tahu jika menolak makan, akan mendapat cemilan yang menurutnya lebih enak daripada makan nasi dengan sayur dan lauknya. Sesekali masih tidak apa-apa, tapi jika terlalu sering, bisa jadi anak akan lebih memilih makan cemilan daripada makanan utama.

6. Apalagi ya? Sekian dulu deh, mungkin lain waktu ada tambahan bisa di-update lagi.
read more »