Daisypath - Personal pictureDaisypath Anniversary tickers

Sabtu, 28 Desember 2013

Laptop Multifungsi

On period. Dan seperti biasanya selalu dismenore dalam satu atau dua hari pertama di setiap siklusnya. Kali ini memang tidak separah sebelumnya. Tapi tetap saja membuat perasaan tidak nyaman dan serba salah. Duduk salah, berbaring tidak nyaman, berdiri atau berjalan pun rasanya aneh.

Sekitar dua jam lebih, saya habiskan waktu untuk berselancar di dunia maya. Sekedar membaca artikel baru di berbagai portal media online, membuka akun jejaring sosial, sampai akhirnya curcol sedikit di blog, karena belum ada ide untuk menuliskan hal lain yang sifatnya tidak terlalu personal.

Ternyata laptop saya multifungsi juga saat ini, yaitu sebagai kompres hangat untuk bagian perut yang nyeri. Hangat dan nyaman, ya walaupun entah aman atau tidak dari radiasi elektroniknya. Yang penting saya merasa lebih baik dan tidak perlu nungging-nungging tidak jelas atau mengaduh kesakitan seharian. Meskipun cuaca sepanjang hari sangat mendukung untuk hibernasi, tetap saja dalam keadaan menahan nyeri, tidak akan bisa lelap tidurnya, malah yang ada kepala pusing akibat banyak tidur tapi sedang terjadi pengeluaran sejumlah darah dari dalam tubuh.

Sekian curcol siang ini, have a nice lunch all....
read more »

Kamis, 26 Desember 2013

Love You, Mom ^_^

Tidak ada sekolah atau perguruan tinggi untuk menghasilkan seseorang bergelar ibu. Tetapi ketika Tuhan telah menetapkan seseorang menjadi seorang ibu, maka secara alami, maka semuanya berjalan mengalir begitu saja. Seorang ibu yang saat ini kita lihat sangat lihai memasak, mengurus anak dan semua urusan rumah tangga, tidaklah langsung mahir. Semuanya melalui proses belajar, mengalami masa belum bisa, masa terpaksa belajar, dan kemudian setelah menjadi kebiasaan akan mahir dengan sendirinya, dalam kadar yang tidak bisa disamaratakan atau dibandingkan antar ibu satu dengan yang lainnya. Toh, kondisi hidup dan keadaan anaknya juga berbeda-beda bukan? Jadi, tidak ada standar khusus kualitas seorang ibu. Yang terpenting dan kita tahu adalah, ibu selalu berusaha melakukan hal terbaik bagi orang-orang tercinta di sekitarnya.

Satu lagi keahlian spesial dari para ibu. Jutaan kilometer terpisah dari buah hatinya pun, tak akan menghilangkan 'telepati' yang ibu miliki untuk mendeteksi 'ketidakberesan' yang sedang dialami sang anak. Dengan cara unik dan berbeda-beda, ibu dapat merasakan saat anaknya sakit atau dalam keadaan kurang baik secara fisik atau psikis. Tidak dapat dijelaskan secara logika mungkin, tapi itulah kontak batin yang meski tidak secara sengaja dikirimkan oleh sang anak, ibu selalu tahu akan hal itu. Aneh tapi nyata bukan?

Seharusnya menyayangi dan berterima kasih kepada ibu, tidak hanya dalam satu hari. Tetapi saya tidak juga menyalahkan adanya momentum peringatan Hari Ibu. Karena, minimal jika suatu saat kita lupa atau khilaf telah menyakiti hati ibu, maka Hari Ibu dapat menyadarkan dan segera membuat kita segera minta maaf kepada ibu, selama masih sempat. Sebelum kita dan ibu terpisahkan di dunia yang berbeda, saat yang dapat kita lakukan hanyalah berdoa untuk kelapangan kuburnya. Semoga kita semua dapat membuat ibu bahagia sebelum ajal (entah kita atau ibu yang mendahului) memisahkan. Aamiin Yaa Rabb.
read more »

Rabu, 25 Desember 2013

Just 4 Months.

Four months? Yeah, yesterday just 4 months. Just remember it.
read more »

Selasa, 24 Desember 2013

Beda Pendapat Boleh Bukan?

Kemarin saya menghadiri suatu resepsi pernikahan di salah satu daerah yang termasuk dalam propinsi Jawa Tengah. Ada satu hal yang tidak saya setujui dari sesepuh yang saat itu menyampaikan khutbah atau ceramah berisi nasehat pernikahan.

Apa?

Sebut saja mungkin saya tidak memahami secara keseluruhan isi ceramah tersebut, karena bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa bercampur sedikit bahasa Indonesia. Tapi yang saya tidak setujui ini yakin saya pahami dengan baik, hanya mungkin susunan kalimat yang berbeda, jelas karena saya tidak merekam bagian kalimat tersebut saat diucapkan.

Kira-kira intinya adalah anjuran agar sang istri tidak melakukan hal macam-macam, seperti selingkuh layaknya yang banyak dilakukan para wanita di kota, yang berselingkuh saat suami berada di tempat yang jauh atau sedang bepergian/kerja.

Whaattttt???

Maaf ya bapak sesepuh (yang tidak saya kenal) yang terhormat. Pelaku selingkuh bukan hanya ada di kota (maksudnya kota besar), di desa terpencil sekalipun bisa terjadi selama ada kesempatan dan orangnya merpergunakan kesempatan tersebut. Lagipula kebetulan saja anda seorang pria, jadi pesan jangan selingkuh-nya ditujukan pada istri. Kan yang tidak boleh selingkuh itu anjuran rata untuk sang suami dan juga istri. Maaf, menurut saya, justru kenapa sekarang banyak perempuan yang nekat selingkuh, itu karena mereka pernah tersakiti. Merasa dikhianati oleh para pria, yang dengan alasan halal-nya poligami, maka sebagian dari para pria itu tidak merasa bersalah saat memiliki WIL, yang apabila nantinya ada indikasi sang istri mencium hal mencurigakan, maka buru-buru mengambil jalan untuk berpoligami dengan alasan agama. Padahal berapa banyak yang benar-benar menerapkan motif dan landasan poligami murni karena anjuran agama, jika memang mampu?

Ya sudah, intinya saya hanya ingin menyuarakan bahwa kita tidak boleh menggenelarisir suatu tempat atau instansi, atau juga suku, hanya karena mengetahui oknumnya pernah melakukan hal buruk. Bukan berarti daerah yang dikenal sebagai desa/kota santri, semua penduduknya 100% aman dari perbuatan jijik (maaf saya cukup sesntitif sama perselingkuhan) yang sedang kita bahas ini. Di kota metropolitan macam Jakarta pun masih banyak para istri yang sangat setia mendampingi suaminya, bahkan meski sudah berkali-kali disakiti secara fisik atau mental oleh pasangannya. Enggak percaya? Baca saja New Catatan Hati Seorang Istri, kumpulan kisah nyata para istri tegar, yang disusun oleh Asma Nadia, dkk. #PromosiUdahMendapatkanSiramanRohaniPascaMembacanya. 

Nb: Maaf jika ada pihak yang tersinggung, hanya ingin menyuarakan opini pribadi saya sebagai penulis blog.
read more »

Selasa, 17 Desember 2013

Buruk Menurut Manusia, Bisa Jadi yang Terbaik Menurut-Nya.

Mungkin kita (atau paling tidak, saya pribadi) sering bertanya-tanya, mengapa ini dan itu terjadi dalam hidup kita? Mengapa harus seperti ini, mengapa bukan sebaliknya? Dan justru seringkali semakin kita memikirkannya, semakin rumit karena jawabannya tidak dapat diketahui sesegera mungkin.

Padahal ternyata di balik setiap kejadian yang kita alami, suka atau duka, menurut kita anugerah atau musibah, itu semua sudah ditentukan oleh Sang Maha Kuasa. Memang kadang ketika hal yang menurut kita buruk terjadi, bukan tidak mungkin sempat kesal, marah, atau kecewa. Tapi yakinlah sesuangguhnya Tuhan tidak akan memberi ujian atau cobaan di luar batas kemampuan hamba-Nya. Memang kita mungkin berpikir tidak sanggup dan tidak siap menerima ketentuan-Nya. Tapi tidak ada satu pun manusia yang benar-benar mengetahui kemampuan diri dalam menghadapi cobaan, sebelum benar-benar 'terjun' menghadapi suatu masalah. Yakin saja, bahwa Tuhan sedang memberi kasih sayang lebih-Nya kepada kita, sehingga kita diberi kesempatan untuk belajar ikhlas, syukur, dan sabar, serta tetap tegar dan berusaha bangkit kembali dari keterpurukan.

Mengenai pertanyaan kita yang belum terjawab, jangan terlalu dipikirkan! Karena akan membuat semua yang sudah rumit menjadi semakin runyam. Jalani saja apa adanya, menjadi diri sendiri, dan usaha disertai berdoa memohon petunjuk kepada-Nya. Perlahan, jika memang diizinkan, suatu saat kita akan menemukan jawabannya, dalam berbagai bentuk. Yang jelas setiap kejadian memiliki hikmah di baliknya. Akan ada hal baik yang kita belum tahu akan muncul, setelah kita mengalami hal yang menurut kita buruk. Padahal segala sesuatu yang kita anggap baik belum tentu baik pula menurut Sang Maha Kuasa, begitu pun sebaliknya. Kadang hal buruk nan menyedihkan yang kita alami, justru adalah suatu hal yang baik untuk kita ke depannya. Be positive thinking guys! Everything happens for a reason.

Mengutip lagu yang dipopulerkan oleh Sherina semasa kecil,
    ".....Mengapa bintang bersinar, mengapa air mengalir... Mengapa dunia berputar... Lihat segalanya lebih dekat... Dan kau akan mengerti..."


read more »

Senin, 16 Desember 2013

How Much My Weight Today?

Dulu sih cuek bebek aje ye setiap kali dikomentari gemuk-an atau kurus-an. Tapi kali ini aneh banget dibilang begitu, pasalnya sebelum dibilang gemuk-an ditanya dulu "Udah ngidam belum?". Kebanyakan orang bertanya demikian adalah pemilihan kalimat semi halus untuk bertanya "Udah hamil belum?".

Meskipun seperti pernah saya singgung di artikel lama saya, kalau sebenernya yang ngidam bukan cuma wanita/ibu hamil. Kenapa saya bedakan menjadi kata wanita dan ibu? Soalnya bagi mereka yang belum pernah melahirkan anak, tapi sudah hamil kan belum benar-benar jadi ibu biologis, masih berstatus wanita hamil. *Penting ga sih dibahas? hehe...

Maksud dari ngidam adalah (Menurut definisi asal alaNila), meng-idam-idam-kan atau menginginkan sesuatu yang dirasakan amat sangat ingin, sampai terlalu dipikirkan sebelum keinginan itu tercapai. Meskipun memang kadang ngidam ala mereka yang sedang mengandung, lebih unik dan kadang amat sulit diwujudkan.

Kalau tempo hari yang bertanya bukan sesepuh, maka bisa dengan santai saya bercandai saja menimpalinya. Udah dong ngidam waktu beberapa bulan lalu pengen banget makan somay setelah sekian bulan tidak menyantap jajanan favorit itu sejak SD dulu. Alhamdulillah kesampaian, tapi bukan ngidam bawaan jabang bayi, tapi pelampiasan setelah sekian bulan mengurangi makanan/komponen bahan makanan yang dapat memicu timbulnya jerawat. Biasa... Pre wedding yang bikin senewen semua pihak, apalagi urusan wajah dan tubuh calon mempelainya.

Sekian curcol malam ini, dan entah kenapa saya merindukan berdiri di atas bathroom scale buat menimbang bobot tubuh ini. *Ck..ck..ck.. Penasaran deh.
read more »

Selasa, 10 Desember 2013

Diamku Kini

Saat kebingungan itu muncul dan tidak tahu harus bersikap atau berkata apa, maka diam saja sejenak. Kadang diam membuat keadaan lebih baik, dibanding memaksa berlaku atau berkata yang nantinya memperkeruh suasana.

Aku hanya ingin diam sejenak.

Saat emosi mulai menunjukkan tanda-tanda peningkatan level, jangan langsung dikeluarkan! Diam sebentar saja. Barangkali masih sempat menelaah penyebabnya dan bisa menurunkan lagi level emosi tersebut. Syukur-syukur kalau suasana hati kembali gembira.

Aku hanya berdiam diri untuk sementara.

Saat tulisan lebih mampu menyentuh rasa dibandingkan suara dan mimik wajah, maka tuliskan saja dalam diam! Menulis juga salah satu cara dalam berkomunikasi, dan tidak selalu komunikasi lisan mutlak lebih baik daripada komunikasi lewat tulisan.

Biarkan aku diam dan mulai menulis untuk dunia

Mungkin dengan diamku kini, semuanya akan membaik. Semoga.


Saat hening dan sunyi dalam diam sendiri, 10 Desember 2013 (alaNila).
read more »

Sabtu, 07 Desember 2013

Isi atau Kosong?

"Gemukan ya?", "Berat badannya berapa sekarang?", "Naik berapa kilo dari berat badan sebelum nikah?" 
Pertanyaan yang mulai sering ditujukan kepada para wanita yang baru menikah. Secara tidak langsung pertanyaan tersebut akan mengarah kepada kalimat-kalimat tanya berikut ini. 
"Udah isi belum?", "Udah telat haid kah?", atau "Kapan nih perutnya ada 'isi'nya?"

Pertanyaan tersebut makin gencar digaungkan oleh kerabat, yang melihat pipi wanita yang ditanya, tampak chubby. Padahal bisa jadi memang dari sono-nya tembem, atau saat itu sedang mengalami sakit yang membuat pipi membengkak. Seperti yang saya alami beberapa waktu lalu.

Memang sih berat badan mengalami kenaikan beberapa kilogram dari berat badan sebelum melepas status lajang. Pipi pun tidak dapat dikatakan termasuk kategori tirus, apalagi bentuk wajah saya juga cenderung bulat. Namun, satu hal yang makin membuat saya terlihat menggemuk, adalah pipi yang bengkak karena ada bagian gusi yang bengkak.

Berawal dari pernyataan teman dari orang tua yang sedang bertamu ke rumah bersama seorang putrinya (dua tahun lebih dewasa dari saya, tetapi belum menikah), tentang saya yang terlihat gemukan. Lalu putri dari kerabat orang tua kami itu, secara gamblang asal nyeplos, "Udah isi ya?". @#$%^*Isi makanan kalee....

Dulu sewaktu belum menikah dan bertemu teman yang sudah menikah, merasa juga saya sering bertanya hal serupa. Tapi ternyata setelah menjadi sasaran yang ditanya, rasanya gimana gitu? Aneh dan agak risih juga. Padahal saya dan suami belum terlalu ngotot ingin cepat dapat momongan atau tidak juga menunda. Se-dikasih-nya dari Sang Maha Kuasa saja. Apalagi buat pasangan yang memang sudah lama mendambakan kehadiran bayi, pasti rasanya super BeTe ya ditanya demikian?

Curcol dikit boleh kan ya? ^_*


read more »

Kamis, 05 Desember 2013

Mewarnai Itu Asyik :)

Selalu ada sisi kekanak-kanakan dalam diri setiap individu, sekalipun pada mereka yang sudah memasuki usia dewasa. Kadang sisi kekanak-kanakan ini bisa muncul sesekali, dalam berbagai situasi, suka atau duka.

Dan tampaknya sisi kekanak-kanakan saya sedang muncul saat ini. Beberapa hari lalu membereskan tumpukan koleksi buku dibantu oleh suami, dan menemukan krayon lama milik adik sewaktu masih SD. Tiba-tiba rindu mewarnai sebuah gambar, seperti yang sangat saya sukai ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Malah satu kali saat kelas 1 atau 2 SD, saya beruntung meraih juara 2 untuk lomba mewarnai, di lingkungan dalam sekolah. Namun, sayang setelah keberuntungan pertama itu, saya tidak pernah mengasah keterampilan ini dengan berlanjut aktif di berbagai lomba mewarnai lainnya.

Perburuan gambar saya lakukan lewat Google, dan berhasil download beberapa gambar. Belum semua selesai saya beri warna, sejak kemarin sampai siang ini baru dua gambar yang berhasil saya selesaikan. Hehe, sesekali nostalgia masa kecil boleh kan? Menghibur hati dan mengontrol pikiran atau emosi negatif yang sempat hampir keluar. Hitung-hitung self therapy :). Mau coba? Silahkan....

Ini dia gambar yang sudah diberi sentuhan warna-warni alaNila ^_* (maaf lupa menyertakan link sumber gambarnya):






read more »

Minggu, 24 November 2013

Thank's God, It Was 3 Months!

Can not believe it. It was 3 months. Yeah! 3 months my status changed from single to married by a man. A man who never I thought before. A man who I met just about 3 months before our wedding, and our first meeting was no one starting our direct (verbal) introducing each other. Maybe it just called 'Shy-shy cat', or in Bahasa Indonesia the meaning is 'malu-malu kucing.' *I do not know, why an adjective of 'Shy' was analoged by a cat?

Many people around us, are shocked when received the invitation. Most of them are my school friend. Why? Because I never have a relationship with a boyfriend since elementary school until 24 years old (before engagement). And also, I was a really nerd girls with a spectacles in my face, so shy to speak with other people, and they never hear about my boyfriend before. Indonesian people called 'Jomblo', to a person who does not have a relationship with girlfriend or boyfriend. Yeah! Thank's God, I am still 'Jomblo' before my wedding.

But in the reality make me think about something, that was a fact. Now, I am not just a daughter of my parent or just a sister of a brother and a sister in my family. Now, I also a wife from a man, his name is Mr. Moh. Abdul Hakim, and his mom also become my mom too, I called her 'Ibuk', and all of his siblings are mine too. And now I have so big family.

Happy 3 months wedding day, wish Allah make us stonger to face every problems, make us always happy in this life and afterlife/eternity. Alhamdulillahi Rabbil 'Aalamiin.
read more »

Rabu, 20 November 2013

Pemeran Utama (Raisa)

Pemeran Utama
'Raisa'

Ya... Aku mengerti
Betapa sulit untuk kembali
Dan... Mempercayai
Penipu ini sekali lagi

Pemeran utama hati
Pemicu detak jantung ini
Baru kini kusadari
Setelah berlayar pergi
Itu.. Kamu...

Ya... Aku wanita
Yang seharusnya lebih perasa
Tapi... Malah aku mencabik
Lukai kau yang baik dan buat hatimu sakit
Meski malu untuk akui
Aku mau.... Kau kem-ba-li

Pemeran utama hati
Pemicu detak jantung ini
Baru kini kusadari...
Setelah berlayar pergi

Pemicu detak jantung ini
Baru kini kusadari
Setelah berlayar pergi...
Itu.. Kamu...
read more »

Senin, 18 November 2013

Surat Kecil Untuk Tuhan (Nikita Willy)

Cukup tersentuh dengan liriknya, begitu tahu siapa pencipta lagunya, tidak heran kalau lagu ini sangat bagus menurut saya. Sangat bisa menggambarkan sosok 'Keke' dari novelnya, dan tentu sosok aslinya yang kini sudah tiada. Sama seperti lagu-lagu lainnya yang juga diadaptasi dari sebuah novel kemudian dibuat film. Siapa lagi kalau bukan Teh Melly Goeslow? Salut :).


Surat Kecil Untuk Tuhan (Nikita Willy)
Cipt. Melly Goeslow

Kutuliskan semua kata-kata
Yang kulahirkan dari hatiku
Yang menjerit tanpa suara
Menangis pun tanpa air mata

Cinta semua kuatkan aku
Walau harapanku mungkin kandas
Walau rambutku tak kan kembali
Biarkan aku tetap tersenyum

Surat kecilku untuk Tuhan
Surat terakhir dalam hidupku
Agar semua membaca dan jadi paham
Betapa indahnya cobaanku

Kutulis semua harapanku
Biar hanya aku yang mengalami
Napas terakhirku menjadi saksi
Surat kecilku untuk Tuhan...

Ketika ku beranjak tidur
Kadang ku takut tak bangun lagi
Dan berada di tempat yang asing
Sendiri sepi ku kedinginan

Surat kecilku untuk Tuhan
Surat terakhir dalam hidupku
Agar semua membaca dan jadi paham
Betapa indahnya cobaanku

Kutulis semua harapanku
Biar hanya aku yang mengalami
Napas terakhirku menjadi saksi
Surat kecilku untuk Tuhan...

Kutulis semua harapanku
Biar hanya aku yang mengalami
Napas terakhirku menjadi saksi
Surat kecilku untuk Tuhan...
Surat kecil untuk.. Tuhan...

read more »

Yang Tak Dapat Terucap

Dari kecil mungkin kita sering mendengar kalimat berikut ini keluar dari mulut orang tua ke anaknya, yang menurut mereka tidak patuh pada peringatan atau kemauan orang tua. 

"Tuh kan, kamu sih enggak nurut sama Bunda, begini deh akhirnya."

Memang tidak secara sengaja atau bermaksud menyalahkan anak, tapi memang kalimat itu sering saya dengar, baik pengalaman pribadi atau orang lain. Saya pun mungkin, jika Tuhan kelak menghendaki saya jadi seorang ibu, belum tentu bisa selamanya tidak mengeluarkan kalimat 'memojokkan' seperti itu.

Apa iya kalau anak selalu menuruti perkataan orang tua, akan menjamin hidupnya berjalan mulus tanpa masalah? Tidak juga bukan? Karena sejatinya selama umur masih ada, selama kita masih hidup, masalah akan selalu ada membuntuti ke mana pun kita pergi. Di mana pun dan kapan pun itu, kita tidak akan lepas dari masalah. Mau lepas dari masalah dunia, ya mati. Tapi masalah atau hukuman di akhirat pun menanti, tergantung dosa apa saja yang kita perbuat saat masih hidup.

Tapi kalau anak sudah taat dan patuh pada kemauan orang tua, kemudian masalah muncul, anak akan berada dalam situasi dilema luar biasa. Di satu sisi ingin marah pada orang tua, tapi itu kurang ajar bukan? Masalah bukan selesai, tapi bisa jadi semakin bertambah runyam. Terutama karena hidup kita semakin jauh dari keridhoan orang tua. Artinya apa? Kalau orang tua sudah tidak ridho, maka Tuhan juga enggan memberikan kasih sayangnya untuk anak yang tidak menghormati orang tuanya.

Kalau anak dapat masalah dalam hal yang menjadi pilihannya sendiri, maka dengan sendirinya tidak akan terpikir menyalahkan orang lain, karena apa yang dijalani sepenuhnya adalah kemauan diri sendiri. Mereka yang terlanjur mematuhi perkataan orang tua, lalu mendapat masalah berat, sontak bingung, marah, dan kecewa. Ingin mengeluarkan di depan orang tua takut membuat khawatir, tapi di sisi lain ingin marah pada orang tua juga, karena mereka lah alasan utama si anak memilih suatu pilihan hidup. Anak tidak akan mampu bicara seperti ini, "Tuh kan, gara-gara menuruti perkataan kalian, aku jadi begini."
read more »

Jumat, 08 November 2013

Ada (Sherina)

Setelah di album sebelumnya saya tidak terlalu menikmati lagu-lagunya kecuali single Cinta Pertama dan Terakhir, album TUNA sukses membuat kepincut. Lebih dari sekedar kepincut, setelah hampir bertahun-tahun tidak menyambangi toko kaset atau CD musik, saya benar-benar ngidam (enggak cuma Bumil yang bisa ngidam kan?) buat beli album terbaru Sherina kali ini.

Jujur, saya baru mendengarkan lagu-lagu tersebut dari Youtube. Tapi sangat menikmati setiap notasi lagu dengan lirik yang tidak cengeng, tapi juga tidak urakan. Seperti kembali menemukan sosok Sherina kecil yang identik dengan suara manis tapi ber-power super. Intinya TUNA cukup sukses kembali membuat saya  nge-fans lagi sama Sherina. Terutama dengan lagu Akan Kutunggu yang katanya terinspirasi dari anime Naruto. Keren kan? Begini nih harusnya anak muda, saat sedang senang-senang baca komik atau menonton anime, bisa tetap kreatif berkarya. Saluuut! Tapi kali ini lagi saya sedang ingin mendikte lagu yang berjudul Ada. Alunan pianonya kereeennnn. Yuk mareee.....

Ada
By: Sherina

Tangan yang biasa menggenggam
Mata yang terus menatapku
Bibir yang tersenyum
Kau selalu di sini

Peluk yang tak ingin lepas
Jari yang belai keningku
Pundak tempatku bersandar
Kau selalu di sini

Kini kita harus berpisah
Jarak waktu permainkan kita
Ku di sini dan kau di sana
Tapi ku tak sendiri...

Suara kau di hati
Terbawa di mimpi
Walau kau di sana
Aku tak sendiri

Ada kau di hati
Ada kau di hati
Aku tak sendiri
Kau selalu bersama aku...

Peluk yang tak ingin lepas
Jari yang belai keningku
Pundak tempatku bersandar
Kau selalu di sini

Kini kita harus berpisah
Jarak waktu permainkan kita
Ku di sini dan kau di sana
Tapi ku tak sendiri

Suara kau di hati
Terbawa di mimpi
Walau kau di sana
Aku tak sendiri

Ada kau di hati
Ada kau di hati
Aku tak sendiri
Kau selalu bersama a...ku......

Kekuatanmu buatku teguh
Percayamu buatku yakin
Kemana pun dimana pun
Ada kau di hati...

Kini kita harus berpisah
Jarak waktu permainkan kita
Ku di sini dan kau di sana
Tapi ku tak sendiri...

Suara kau di hati
Terbawa di mimpi
Walau kau di sana
Aku tak sendiri

Ada kau di hati
Ada kau di hati
Aku tak sendiri
Ku..simpan di sini...
Kau selalu bersama a...ku......





read more »

Poligami Masa Kini? Nyaris Nihil Tanpa Perselingkuhan

Beberapa waktu belakangan ini sempat ada satu kasus menghebohkan terkait pembunuhan berencana. Motifnya adalah karena percecokkan atau lebih tepatnya korban (yang merupakan istri siri dari dalang pembunuhan) konon sempat menuntut haknya sekaligus meminta sang Suami untuk menceraikan istri pertamanya.

Fokus saya bukan pada kasus tersebut, tapi terkait tentang poligami yang saat ini sepertinya semakin marak diberitakan media, yang mayoritas ada saja permasalahan rumitnya. Memang agama (Islam salah satunya) tidak melarang para pria untuk memiliki istri lebih dari satu (namun tetap batasnya 4 saja). Namun, sebagian besar kaum wanita (termasuk saya) kurang simpati terhadap permasalahan ataupun kepada pelakunya. Bukan apa-apa poligami yang marak terjadi di zaman sekarang tidak benar-benar murni poligami setelah ada niat dan cara yang baik pula. Misal menikahi janda beranak banyak supaya anak-anaknya ada yang menanggung beban hidupnya, atau dilakukan setelah meminta izin baik-baik kepada istri pertamanya.

Seringnya malah pelaku poligami baru terungkap setelah ada kasus A, B, C, dll, yang mengungkap fakta bahwa suami berselingkuh (dengan atau tanpa ikatan pernikahan). Begitu ketahuan baru meminta izin pada istrinya untuk menikah lagi. Gubrakkk!!! Please deh siapa sih yang enggak sakit jika diperlakukan demikian. Meski tidak sedikit yang merasa emosi dan berujung di sidang perceraian, tapi banyak pula para istri yang dengan ketegaran luar biasa mau memaafkan suami mereka dan memberi kesempatan kedua. Ada yang akhirnya kembali menjadi keluarga utuh sebagai pasangan monogami, atau sebagian lainnya mau mengikhlaskan dirinya diduakan, ditigakan, atau bahkan diempatkan demi keutuhan keluarga dan anak-anak. Memang sih konon akan ada balasan surga juga bagi istri yang rela berbagi suami, tapi kalau ada jalan lain untuk masuk surga, enggak harus menjadi bagian dari mereka yang menjalani kehidupan di-poligami kan? #ButuhMentalYangSuperKuatTuh

Perselingkuhan selalu akan menimbulkan dampak yang buruk. Tidak hanya bagi hubungan antar pasangan tapi juga untuk perkembangan psikologis anak. Orang bilang bahwa cinta pertama anak laki-laki adalah ibu, sebaliknya cinta pertama dari anak perempuan yaitu ayah. Saya setuju, terutama bila kita hubungkan dengan fenomena perselingkuhan (dulu identik pria yang melakukan, sekarang peluangnya sama saja).

Jika pelakunya si ayah yang selingkuh, maka kemungkinan yang paling tersakiti adalah perasaan si anak perempuan. Bahkan bukan tidak mungkin si anak akan trauma dan memilih untuk menghindari berhubungan dengan pria, lebih parahnya anti pada pernikahan. Begitu pula sebaliknya saat si ibu berselingkuh dan anak laki-laki menjadi saksi perselingkuhan ibunya, saya melihat beberapa kasus yang terjadi pada selebritis di infotainment, sang anak lelaki akan menolak tinggal dengan ibunya meski mereka masih di bawah umur. Padahal konon katanya hak asuh anak yang masih di bawah umur, ada di tangan ibunya.

Karena satu dan lain hal tulisan kali ini sempat mengendap hampir seminggu di draft, sebelum akhirnya saya selesaikan. Dan meski malam ini sudah selesai (atau mungkin ngambang ya akhirnya?) saya sedang malas mengedit atau memikirkan nyambung tidaknya tulisan ini. Mungkin pikiran saya sedang agak sedikit kusut, tapi tetap memaksakan diri menulis supaya otak tetap dipaksa memikirkan hal positif dalam keadaan apapun. Happy week end all....
read more »

Selasa, 05 November 2013

Untukmu Aku Bertahan (Afgan)

Untukmu Aku Bertahan
By: Afgan

Tenanglah kekasihku / Kutahu hatimu menangis
Beranilah 'tuk percaya / Semua ini pasti berlalu
Meski takkan mudah / Namun kau takkan sendiri
Ku ada di sini

Untukmu aku akan bertahan
Dalam gelap takkan kutinggalkan
Engkaulah teman sejati / Kasihku.. di setiap hariku

Untuk hatimu 'ku kan bertahan
Sebentuk hati yang kunantikan
Hanya kau dan aku yang tahu
Arti cinta yang t'lah kita punya

Beranilah dan percaya / Semua ini pasti berlalu
Meski takkan mudah / Namun kau takkan sendiri
Ku ada di sini.....

Untukmu aku akan bertahan (akan bertahan)
Dalam gelap takkan kutinggalkan
Engkaulah teman sejati / Kasihku.. di setiap hariku

Untuk hatimu 'ku kan bertahan
Sebentuk hati yang kunantikan
Hanya kau dan aku yang tahu
Arti cinta yang t'lah kita punya


*Kamu enggak sendirian ya ^_^

read more »

Senin, 28 Oktober 2013

Ketika PMS Menyapa

PMS itu Pre Menstrual Syndrome
Identik juga dengan istilah untuk Perhatian! (sedang) Masa Sensitif
Beberapa di antaranya mengalami Pengen Makan Selalu yang bikin jarum timbangan geser ke arah kanan

Saat memasuki masa PMS kadang para perempuan dianggap berlebihan
Terutama oleh kaum Adam yang tidak mengalami PMS
Padahal tanpa disadari PMS memang akan menjadi salah satu alasan mengapa kami bisa uring-ringan tidak jelas selama (minimal) satu hari dalam satu bulan

Saat membuat tulisan enggak jelas ini, mungkin terkesan saya adalah perempuan paling lebay yang mengkambinghitamkan PMS atas segala kepenatan yang sedang dirasa.

Padahal bukan begitu maksudnya, hanya saja sedang merenungkan dan mengambil sekelumit kesimpulan dari pengalaman pribadi setelah puluhan kali mengalami PMS dan terbukti memang lebih sensitif dalam menanggapi berbagai masalah, meski hal sepele.

Maksud hati ingin mengontrol emosi atau sekedar mengabaikan pikiran-pikiran negatif yang muncul. Tapi setiap kali didatangi oleh PMS, ada saja saat ketika kontrol itu tidak bisa lagi dilakukan.

Untuk meminimalisir meledaknya sikap atau kata yang tidak sepatutnya disampaikan pada orang lain, maka saya putuskan untuk mengurangi intensitas tatap muka dan bicara dengan orang lain dalam hitungan 24 - 48 jam ini. Hanya bicara untuk hal yang amat sangat penting, dan sejenak meniadakan obrolan basa-basi yang mungkin saja memunculkan lagi pikiran negatif atau terjadinya peningkatan level sensitivitas perasaan.

Sssttt! Sedang tidak ingin diusik.
read more »

Selasa, 22 Oktober 2013

Almost 2 Months

Melihat Daisypath dan tersadar akan suatu hal yang setahun atau bahkan setengah tahun lalu belum jadi pemikiranku sama sekali. Hampir genap dua bulan statusku berubah. Oh, mungkin bukan berubah tapi bertambah. Tidak hanya menjadi anak dari orang tuaku, tapi juga menjadi seorang istri serta menantu dari sosok yang kupanggil 'Ibuk.'

Mayoritas yang 'KEPO' sejak masa pra sampai pasca akad, adalah pertanyaan bagaimana kami bisa bertemu. Mayoritas pula melontarkan tebakan awal "Teman sekolah/kuliah ya?" Atau salah satu sesepuh yang sudah menduga kemungkinan terbesar alasan kami bisa menikah karena dijodohkan (baca: memerlukan perantara), dengan lugas bertanya siapa sosok Mak Comblangnya. Saat itu aku hanya menjawab dengan kalimat "Wallahu a'lam." Maksudnya memang karena diri sendiri pun tidak tahu pasti siapa yang paling tepat disebut sebagai comblangnya. Tapi jawabanku itu malah dianggap sebagai jawaban untuk menyembunyikan sebuah fakta. Padahal apa yang mau ditutup-tutupi, kami sendiri kadang masih tidak menyangka akhirnya sampai di tahap yang seserius ini.

Hari gini dijodohin? Mungkin kalimat itu yang akan muncul di benak sebagian besar manusia yang merasakan hidup di zaman moderen ini. Tapi pada kenyataannya memang demikian adanya, bahkan mungkin ada semacam fenomena gunung es. Dimana jumlah pasangan yang menikah melalui perjodohan (masa kini) hanya sedikit yang tampak, padahal jumlahnya masih sangat banyak yang tidak terdeteksi.

Kok mau-maunya sih dijodohin? Enggak takut kalau tiba-tiba enggak cocok karena sebelumnya belum pernah kenal sama yang bersangkutan?

Enggak bohong, kalau (mungkin) awalnya mereka yang dijodohkan akan mengalami masa kegalauan luar biasa. Apalagi mereka yang sebelumnya tidak ingin buru-buru melepas status lajang, atau masih merasa belum siap untuk memiliki keluarga sendiri. Saya sendiri sama sekali tidak pernah berpikir akan menikah di usia 25 tahun. Bukan berprasangka buruk, tapi mengingat ke-kuper-an ditambah masa remaja yang tidak pernah dilalui dengan kenangan pacaran satu kali pun, membuat saya merasa wajar jika kelak tidak bisa melepas masa lajang tepat di usia 1/4 abad (Menurut kebanyakan orang Indonesia, wanita memang sebisa mungkin pada usia 25 tahun itu minimal sudah menemukan calon pendampingnya).

Maka jangan ditanya bagaimana kondisi psikisku saat itu. Memang dari luar tidak terlalu nampak aneh, karena ada satu sisi dalam diri yang membuat itu semua tidak lepas kontrol keluar sebagai perwujudan emosi menolak. Yaitu sisi lain hati nurani yang berusaha memahami bahwa apa yang dilakukan orang tua tidak lain tidak bukan yaitu demi kebaikan buah hatinya. Satu hal yang tidak bisa dipahami seseorang yang belum merasakan menjadi orang tua. Meski pergolakan batin sempat terjadi, toh pada akhirnya diri ini mengambil kesimpulan akan suatu hal.

Sesuatu yang ingin kita hindari sejauh mungkin dan dengan berbagai cara apa pun, tetap akan kita jalani jika itu sudah menjadi ketentuan Tuhan. Sebaliknya sebesar apa pun keinginan kita untuk mendapatkan sesuatu (misal mengejar cinta seseorang), akan ada saja halangan untuk bisa bersatu. Maka di saat emosi mulai melunak, masa saat itulah diri ini mulai mencoba memasrahkan segala sesuatunya pada Tuhan. Tuhan jika ini memang jalannya, kuatkan kami, jadikan kami ikhlas, dan jadikan orang tua kami bahagia, dengan demikian seiring berjalannya waktu kami pun bisa merasa bahagia seolah pernikahan ini tidak melalui tahapan 'rasa terpaksa' di awalnya. Mengingat petuah seorang kakak kami, bahagia enggak bisa didefinisikan dan dicari, tapi bahagia itu kita yang ciptakan. Bagaimana pun caranya, jika memang sudah ketentuan Tuhan, maka insya Allah itulah yang terbaik. Sebab Tuhan memberi yang kita butuhkan, meski tidak selalu yang kita butuhkan itu sesuai dengan apa yang kita inginkan. Keep happy gals ^_*.
read more »

Minggu, 29 September 2013

Stupidity of A Bride: Sebuah Kisah Kedodolan Pengantin Wanita

Cuma satu kayaknya cewek dodol yang di hari pentingnya, lengkap dengan pakaian pengantin pula, salah masuk toilet. Parah banget, dengan santainya melangkah masuk tanpa lihat-lihat dulu tanda di pintu toilet yang bergambar manusia pakai celana, bukan rok. Untungnya (masih bilang untung) di dalam sedang tidak ada manusia seorang pun.

Ini semua dimulai dengan rentetan ke-senewen-an sejak pagi buta. Diawali dengan kurang tidur, bangun sedikit kesiangan, dilanjut dengan terlalu banyak menghabiskan waktu untuk memasang soft lens. Maklum baru beberapa hari sebelum hari H (24 Agustus 2013) kenalan sama benda mungil itu. Dari dulu anti banget buat pakai soft lens dengan alasan takut matanya iritasi, ribet, dll.

Sebelum tragedi salah masuk toilet itu, satu hal BeTe adalah saat adik perempuan saya memberitahukan bahwa ada noda lipstik di gigi bagian depan atas. Weeekkk!!! Udah aslinya punya trauma sama lipstik, malah hal seperti ini muncul di menit-menit terakhir sebelum acara resepsi di mulai. Waktu itu sudah siap berdiri karena mas-mas fotografernya udah mulai cerewet kasih tahu kalau bentar lagi kudu siap pose untuk foto keluarga. Tapi malah orang tua kami yang belum selesai didandani. Udah kepalang tanggung, ribet juga cari tempat duduk, maka kami pun berdiri di depan ruang rias, yang bersebelahan juga dengan toilet.

Panik, cari tisu enggak ada. Si adik pun menganjurkan untuk membersihkan noda tersebut dengan lidah. Tapi kalau tidak bercermin susah kan? Apalagi pikiran saya mulai sedikit mengingat ke-eneg-an saat di masa balita lalu muntah gara-gara 'dicekokin' lipstik. Tapi dengan mental baja, agar supaya (inget pejabat siapa ya dulu yang sering pakai kata 'agar supaya'?) tidak merepotkan banyak orang, sekuat mungkin ingatan itu saya singkirkan. Biar tidak muntah, padahal apa yang mau dimuntahin sih, sarapan juga hanya sedikit itupun waktunya masih sangat pagi. Tawaran sarapan lagi pasca akad nikah (antara pukul 9 sampai 10 pagi), saya tolak karena tidak nyaman rasanya makan dengan lapisan lipstik tebal di bibir.

Baiklah, cara satu-satunya untuk menghilangkan noda lipstik di gigi saat itu, adalah segera masuk ke toilet, berdiri di depan cermin dan masalah pun teratasi. Saking buru-buru dan fokus sama cara jalan supaya enggak keserimpet rok yang menyapu jalan, maka saya segera masuk ke toilet tanpa melihat dulu gambar yang terpasang di pintu toilet. Ketika baru melangkahkan satu kaki ke dalam toilet, adik laki-laki saya yang memang saat itu berdiri di samping toilet mengingatkan kalau itu untuk cowok. Dodooool!!! Untung enggak banyak yang melihat (tapi setelah saya tulis kisah ini, akan jadi banyak yang tahu *_^). Dengan segera kulangkahkan kaki menuju jalan yang benar, menuju toilet yang seharusnya kumasuki, toilet wanita.

Ya sudahlah ya, namanya juga sedang nervous kelas berat. Apalagi buat si cewek yang selalu enggak nyaman jadi pusat perhatian. Beberapa hari sebelum dan di hari pernikahan itu, siapa lagi yang paling sering ditanyain, yang paling ingin dilihat atau ditemui kerabat? Sudah tahu semua kan jawabannya? Makanya hari itu bukan panik karena apa-apa, tapi lebih panik membayangkan ratusan pasang mata tertuju ke arahku (huuu, GeeR pisan euy).

Udah dulu ya cerita dodolnya, selamat istirahat di hari Minggu ini yaaa.....
read more »

Sabtu, 21 September 2013

Bahasa Emak

Long time no see... Eh maksudnya long time no write about my absurd story. Setelah hampir sebulan lebih vakum dari dunia blog ini, kini saya hadir kembali dengan kisah baru di status yang kini baru juga.

Now I am a wife (Whaaaaaattttt???). Dunia kaget? Yang mengalami saja masih tidak menyangka bisa sampai di tahap ini. Tapi sekarang bukan waktunya menceritakan detail bagaimana si cewek aneh binti eror ini bisa bertemu dengan orang yang mau menerima doi secara lahir dan batin. Sekarang temanya adalah tentang bahasa ibu.

Tahu kan maksudnya? Yaitu tentang bahasa daerah asal seorang wanita yang bertitel ibu, emak, mama, mami, ummi, dll, yang sepatutnya diwariskan kepada anak-anaknya meski si anak tidak lahir atau tumbuh besar di kampung halaman orang tuanya. *Omong-omong kampung halaman eike apa ya? Secara meski keturunan Jawa tulen, ogut kan lahir di dan besar melewati masa bayi, balita, dan kanak-kanak di Jakarta.

Sebut saja kasus yang saya alami, sebagai salah satu anak kelahiran Jakarta, besar di Jakarta, Bogor, dan kemudian pindah ke Tangerang Selatan, tapi punya darah keturunan suku Jawa tulen dari kedua orang tua yang sama-sama asal Jawa Tengah. Kalau istilah di novel Harry Potter, saya ini "berdarah murni" bukan "berdarah campuran." *Eh, apa coba kok ngomongin novelnya J.K. Rowling?

Balik lagi ke soal bahasa ibu. Meski lahir dan besar di Jakarta, saya cukup beruntung punya ibu yang sejak dulu selalu mengenalkan dan membiasakan untuk berbicara bahasa Jawa kepada anak-anaknya. Ya, memang kami, selaku anak-anak beliau hampir tidak pernah menimpalinya lagi dengan bahasa Jawa. Tapi minimal sedikit-sedikit lumayan paham kan? Daripada sama sekali tidak mengerti bahasa daerah asal orang tua?

Namun tetap saja kemampuan berbahasa Jawa itu hanya sekedar kemampuan pasif, hanya bisa paham tanpa mampu menuturkannya dengan baik dan benar, serta tepat sasaran (ada perbedaan untuk berbicara kepada yang sebaya dan kepada yang lebih tua). Apalagi kalau suatu saat harus kembali berbaur di lingkungan yang masih dominan menggunakan bahasa Jawa dibandingkan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari.

Dulu sih cuek-cuek saja. Toh bertemu saudara yang tinggal di kampung halaman hanya sesekali, bahkan bisa dikatakan sekali setahun saat hari raya. Tapi kini ketidakmampuan saya dalam melafalkan bahasa Jawa (terutama yang halus dan penuturan kepada yang lebih tua), benar-benar sangat terasa. Bahkan sering membuat diri ini menjadi salah tingkah, enggak nyaman, malu, dan hampir selalu memilih diam jika tidak benar-benar mendesak untuk bicara.

Terutama di masa awal-awal berstatus baru ketika menjalani masa-masa ngunduh mantu beberapa waktu lalu. Kebetulan (eh, takdir maksudnya) Tuhan memilih saya untuk kembali bertemu dengan orang yang sesuku, bahkan bukan sekedar Jawa "keturunan doang" seperti saya, tapi memang orang yang lahir dan besar di Jawa Tengah. Tidak terlampau jauh dari kampung halaman kedua orang tua saya.

Tapi keadaan terdesak memang bisa mengubah segalanya. Termasuk saya yang sebelumnya tidak pernah mau bertutur dalam bahasa Jawa. Saat ini minimal sepatah dua patah kata harus ada yang diganti dengan bahasa Jawa. Sulit bukan berarti tidak bisa kan? Toh ini termasuk hal positif. Minimal belajar jadi wanita halus, bukan cewek tomboy nan kasar binti cuek bebek sama lingkungan sekitarnya.

Maka saya bersyukur menjadi anak dari seorang Ibu yang tidak menyepelekan masalah bahasa ibu ini. Hal ini sangat membantu saya dalam beberapa waktu lalu, yang tinggal sementara di PMI (Pondok Mertua Indah) alias daerah kelahiran suami (masih rada rikuh menuliskannya, karena belum terbiasa dengan kata tersebut, tapi harus dibiasakan). Sambung lagi kapan-kapan yaaa ^_^.
read more »

Selasa, 20 Agustus 2013

Hanya Tuhan Yang Maha Tahu Segalanya

Sekitar dua hari yang lalu menekatkan diri pergi sendiri untuk belanja (what??? Nila belanja?), tepatnya untuk membeli sepasang sandal berhak sekitar 5 cm (makin shock, mengingat sejak kecil sampai dewasa lebih condong boyish daripada feminim). Bahkan saat balita pernah menolak mentah-mentah, sebuah daster pink unyu (dulu menganggap tidak bagus) yang sengaja dijahit kembaran dengan daster milik Mama. Alhasil tidak pernah sekalipun daster mini itu terpakai, waktu SD baru sadar dan merasa bersalah dalam hati. Mungkin sejak itu juga nyaris tidak pernah menolak pakaian yang dibelikan beliau meski agak kurang sreg.

Kali ini tentang high heels, mau tidak mau memang harus mencobanya untuk membiasakan pakai benda itu. Padahal punya kaki yang lebar tapi pendek ini, lumayan susah menemukan ukuran yang cocok. Jadi enggak heran juga kan kalau lebih suka pakai sepatu atau sandal hak datar, karena biasanya ukuran lebarnya sama dari ujung ke ujung.

Kali ini inti ceritanya bukanlah tentang high hells atau soal minat seorang Nila yang minim tentang belanja segala hal terkait fashion. Tapi tentang kejadian unik yang mungkin juga dialami oleh setiap manusia. 

Jadi begini. Saya berangkat menuju target lokasi dengan angkot yang setiap harinya melintasi depan rumah ortu. Ada satu ibu-ibu penumpang yang tidak saya kenal sebelumnya. Akhirnya kami memang turun di tempat yang sama, meski beliau lebih dulu ada di dalam angkot daripada saya. Oke, kami pun berjalan ke arah yang berbeda, tanpa sempat menyapa atau berkenalan (kerajinan ya. turun angkot kenalan dulu sama penumpang lain?).

Kurang lebih satu setengah jam (bukan kelamaan nawar atau muter-muter, tapi kelamaan bingung sendiri saking enggak paham mana sandal yang bagus dari kualitas baik dengan harga terjangkau). Alhamdulillah, yang dicari dapat juga, udah malas pergi-pergi lagi. Kemudian setelah menyebrang ke arah pertokoan lain, mencoba cuci mata enggak jelas yang akhirnya bosan sendiri, maka diputuskan saat itu juga menuju pinggir jalan raya menunggu si angkot warna biru telor asin.

Setengah jam berlalu, memang harus ekstra sabar menunggu angkot itu, karena jumlahnya yang sedikit, terlebih di hari Minggu siang menjelang sore itu. Menengok ke belakang, ada seorang ibu yang mukanya enggak asing. Eh, ternyata beliau ibu yang tadi seangkot saat saya berangkat dari rumah. Ketemu lagi deh... Akhirnya bareng-bareng menanti kedatangan si angkot, sambil sesekali mengobrol. Iya, ngobrolin si angkot yang jangan-jangan sudah tidak ada lagi karena hari libur.

Is that called 'jodoh'?

Dalam hal apapun mungkin kita pernah mengalaminya. Sesuatu yang diinginkan dan diusahakan setengah mati didapatkan, malah hilang begitu saja. Sedangkan yang dihindari atau mengupayakan segala cara untuk menggagalkan, malah berjalan mulus-mulus saja. Ya, makanya itu semua disebut misteri Ilahi. Semuanya, tentang rezeki, jodoh, dan maut. Wallahu a'lam bishawab.
read more »

Rabu, 14 Agustus 2013

AlhamdulillaahiRabbil'aalamiin

Thanks Allah for 25th years You gave to my life. Thank for Mom, Dad, a brother, a sister, who I met to be my family. We are not a perfect family, but they are the best peoples that You sent to my life. Thanks for the teachers, all friends, and especially some of bestfriends who tell the truth to make me becoming a better person. Thanks also to all problems You gave to me, all of those make me stonger and find some new experiences. Sorry, if I have some bad habit in the past, like angry to all thing happened in my life, angry to other people that they love me so much, and did something hurt my self. I know it make You angry to my self, but You always give and give again some happiness thing in my life. When I felt lonely, You show me that I am not really lonely. There are always families, bestfriends, teachers, and some new peoples in my life, whom cares about my life and also my future, without thinking about my bad personal in the past. Now, I know, all things happened in my life, happiness or sadness, is all the best things You gave to me. Only You, just You, Allah. The best Creator and Director for human's life. I will do it, I will try it, and I will walk with Your guides.

Alhamdulillah wa Syukrulillah 'ala Kulli Ni'mah :)...
read more »

Kamis, 25 Juli 2013

CARA CERDAS PILIH JAJANAN SEHAT UNTUK ANANDA (6) + Daftar Pustaka

6.
UPAYA MENYEHATKAN GENERASI PENERUS BANGSA

Anak adalah titipan Tuhan, yang harus kita jaga, rawat, didik, dan menjadi salah satu amanah yang akan dipertanggungjawabkan pada Tuhan. Selain itu, anak juga merupakan aset bangsa yang tak ternilai harganya demi memajukan sebuah negara, dan dunia pada umumnya. Namun, itu semua sulit tercapai dan hampir mustahil jika generasi penerus bangsa ini tidak memiliki suatu harta berharga yaitu kesehatan.

Kesehatan merupakan salah satu hak yang seharusnya didapatkan oleh anak-anak Indonesia. Hal itu sesuai dengan Undang-Undang RI nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Bab IX Bagian Kedua Pasal 45 Ayat 1 – 3 yang berbunyi:

(1) Orang tua dan keluarga bertanggung jawab menjaga kesehatan anak dan merawat anak sejak dalam kandungan.
(2) Dalam hal orang tua dan keluarga yang tidak mampu melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka pemerintah wajib memenuhinya.
(3) Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

Jelas sudah bahwa negara pun mengatur kewajiban orang tua untuk merawat, mendidik, dan menjaga kesehatan anak. Salah satu caranya adalah mengarahkan anak untuk memiliki pola hidup yang sehat dan dibekali pengetahuan tentang kesehatan. Jadi kesibukan bukanlah alasan untuk mengesampingkan kesehatan anak.

Permasalahan kesehatan yang kerap terjadi pada anak-anak, adalah masalah gizi. Masalah gizi biasa disebut dengan malnutrisi. Malnutrisi adalah suatu keadaan di mana terjadi gangguan gizi, yang dapat disebabkan oleh kurangnya asupan zat gizi (kurang gizi) atau kelebihan asupan zat gizi (kelebihan gizi). Sampai saat ini Indonesia masih mengalami kedua jenis malnutrisi tersebut, sehingga sering disebut juga dengan masalah gizi ganda.

Gizi kurang (undernutrition) adalah keadaan rendahnya asupan zat gizi tertentu, dalam jangka waktu yang cukup lama. Kekurangan gizi biasanya disebabkan berbagai masalah kemiskinan, seperti: persediaan pangan yang kurang, kualitas lingkungan (kebersihan) kurang baik, pengetahuan gizi yang kurang, dan lokasi daerah yang termasuk wilayah miskin gizi (misalnya dataran tinggi yang miski akan iodium). Kekurangan gizi di antaranya: Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi/AGB (disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi), Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI), dan Kurang Vitamin A (KVA).

Sedangkan kelebihan gizi (overnutrition) pada umumnya disebabkan kondisi ekonomi yang mengalami kemajuan, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan yang baik. Kemajuan status ekonomi masyarakat dapat menyebabkan perubahan pola makan, dari pola makan tinggi karbohidrat, tinggi serat, dan rendah lemak, menjadi pola makan yang rendah serat dan tinggi lemak. Pola makan ini terjadi sejalan dengan perkembangan restoran makanan cepat saji (fast food), yang dianggap modern. Meski terkesan modern, kebiasaan mengkonsumsi makanan yang kaya lemak dapat menimbulkan obesitas (kegemukan) dan meningkatkan risiko terjadinya penyakit degeneratif (Penyakit Jantung Koroner (PJK), Diabetes Mellitus, Stroke, dan Kanker).

Dahulu kasus malnutrisi identik dengan status sosial tertentu. Overnutrition pada kalangan menengah ke atas, dan undernutrition pada kalangan menengah ke bawah. Namun, saat ini tidak ada perbedaan status sosial. Kelebihan gizi dan kekurangan gizi dapat dialami oleh semua kalangan. Hal ini disebabkan berbagai faktor, di antaranya: gangguan metabolik, pengetahuan gizi, penentuan prioritas kebutuhan hidup, atau akibat gaya hidup dan aktivitas fisik.

Contohnya pada masyarakat berpendapatan rendah bisa saja memiliki anak berbobot tubuh jauh di atas normal, yang sering disebut sebagai obesitas. Keluarga dari kalangan menengah ke bawah biasanya menggunakan hampir seluruh uang yang didapatnya untuk mencukupi kebutuhan pangan. Biasanya sebagai orang tua akan mendahulukan asupan gizi anak, jadi apabila anak memiliki nafsu makan yang besar dan tidak dibatasi, akan menjadi obesitas. Namun ada pula penderita obesitas yang makan sedikit/jumlah normal, tetapi berat badan dan massa lemaknya terus bertambah tak bisa terkendali. Hal ini terjadi akibat gangguan metabolik yang menyebabkan tubuh terus menerus menimbun lemak, tanpa melakukan pemecahan lemak.

Pada masyarakat berpenghasilan tinggi, yang biasa disebut sebagai orang kaya, juga terdapat kasus kurang gizi pada bayi,balita, dan anak-anak. Sebabnya bisa karena orang tua yang tidak menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk menyediakan pangan yang bergizi seimbang, pengetahuan gizi yang kurang, cara pemasakan dan pemberian makan yang salah, atau akibat pengaruh budaya atau mitos-mitos yang secara turun temurun diwariskan dalam keluarga.

Masyarakat berpenghasilan tinggi biasanya akan lebih tertarik membeli barang-barang yang termasuk kebutuhan sekunder atau tersier. Sedangkan untuk makanan cenderung mementingkan rasa, padahal rasa yang lezat belum tentu menjamin ketercukupan asupan gizi yang dibutuhkan.

Pernahkah kita melihat ada seorang Ibu berdandan dengan riasan wajah tebal dan memakai banyak perhiasan, namun anak tidak diberikan makanan bergizi seimbang? Atau sang Ayah yang menyisihkan uang untuk membeli rokok, tetapi merasa sayang untuk membeli susu untuk anak? Hal-hal seperti ini sepatutnya dihindari, karena selain anak dapat mengalami kekurangan gizi, juga dapat menghancurkan masa depan buah hati. Selain itu anak akan selalu meniru perilaku orang-orang di sekitarnya, terutama orang tua. Apabila sejak kecil terbiasa melihat orang tua merokok, bukan tidak mungkin suatu saat anak akan menjadi seorang perokok. Sudah terbukti bahwa ada anak-anak yang usianya belum mencapai 3 tahun, tapi sudah merokok karena orang tuanya terbiasa merokok di depan anak.

Cara pemberian makan yang kurang tepat, misalnya saat seorang Ibu menyuapi anak balitanya. Karena makanan yang diberikan bertekstur agak keras, maka Ibu mengunyahkannya terlebih dahulu supaya lembut kemudian baru diberikan kepada anak. Cara ini selain kurang higienis, juga merugikan bagi anak karena zat gizi yang terdapat dalam makanan tersebut sudah berkurang saat dilumatkan di mulut Ibu. Lebih baik jika memilihkan makanan yang sudah lunak atau diproses menjadi makanan lunak atau cair.

Berkaitan dengan budaya, sebagian masyarakat di Indonesia beranggapan bahwa Ayah sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah. Maka untuk menghormatinya, semua anggota keluarga harus makan setelah Ayah makan. Untuk lauknya pun ada yang membagikan yang besar atau yang terenak untuk Ayah, dan sisanya untuk anak dan Ibu. Seharusnya yang menjadi prioritas adalah kebutuhan gizi setiap anggota keluarga. Anak sangat membutuhkan zat gizi yang cukup untuk melewati masa pertumbuhan dan perkembangannya dengan baik.

Kita tidak ingin buah hati tersayang mengalami masalah gizi tersebut bukan? Maka terapkanlah pola hidup sehat, dengan membiasakan mengatur pola makan yang baik. Seperti apakah pola makan yang baik dan tepat? Pola makan yang tepat dengan berpedoman pada Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).

PUGS merupakan penjabaran dari pedoman 4 sehat 5 sempurna, yang berisi pesan-pesan terkait pencegahan masalah gizi (Almatsier, 2009). Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, mengeluarkan PUGS pada tahun 1995 sebagai alat dalam memberikan penyuluhan pangan dan gizi kepada masyarakat luas. PUGS terdiri dari 13 pesan dasar, yaitu:

1)   Makanlah aneka ragam makanan.
2)   Makanlah makanan untuk memenuhi kebutuhan energi.
3)   Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah  dari kebutuhan energi.
4)   Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi.
5)   Gunakan garam beriodium.
6)   Makanlah makanan sumber zat besi (sayuran hijau, kacang-kacangan, hati, telur dan daging).
7)   Berikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 6 bulan.
8)   Biasakan makan pagi.
9)   Minumlah air bersih, aman, dan cukup jumlahnya (minimal 2 liter atau sekitar 8 gelas perhari).
10)    Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur.
11)    Hindari minum minuman beralkohol.
12)    Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.
13)    Bacalah label pada makanan yang dikemas

Pada dasarnya PUGS menganjurkan setiap individu memiliki pola makan dengan terjaminnya keseimbangan zat gizi. Asupan zat gizi yang seimbang diperoleh dengan mengkonsumsi aneka ragam makanan. Makanan yang beraneka ragam dikelompokkan ke dalam 3 kategori: sumber tenaga (energi), sumber zat pembangun (protein), dan sumber zat pengatur (vitamin dan mineral). Tidak hanya asal berbeda, melainkan harus benar-benar seimbang. Jika tidak seimbang, akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan. Seperti penyakit busung lapar yang disebabkan kurangnya asupan energi dan protein, sembelit (konstipasi) akibat kurang konsumsi bahan pangan mengandung serat, atau penyakit rabun senja karena kekurangan vitamin A.

Untuk memudahkan pembagian porsi antara masing-masing kelompok bahan pangan, digunakanlah piramida makanan seperti yang ditunjukkan gambar nomor 64.

Piramida makanan menunjukkan bahwa untuk menentukan konsumsi bahan pangan sehari-hari, tidaklah sembarangan. Terdapat perbandingan antar bahan pangan supaya menjadi suatu komposisi gizi yang seimbang. Jika kekurangan atau kelebihan konsumsi salah satu bahan pangan tersebut, biasanya akan mengalami gangguan kesehatan atau penyakit-penyakit tertentu.

Dalam satu hari, porsi terbesar asupan makanan didapat dari bahan pangan sumber karbohidrat. Bahan pangan sumber karbohidrat biasanya terdiri dari makanan pokok, berupa: nasi (beras), jagung, gandum, ubi, kentang, dan hasil olahan bahan-bahan tersebut, seperti roti, mie, pasta, dan lain-lain. Kekurangan karbohidrat akan menyebabkan kekurangan energi, sehingga produktivitas akan menurun. Sebaliknya kelebihan energi dapat menimbulkan timbunan lemak di tubuh, karena karbohidrat (glukosa) yang berlebihan dan tidak dibakar dalam bentuk aktivitas fisik akan diubah menjadi lemak. Kondisi ini disebut sebagai obesitas (kegemukan).

Buah dan sayuran mengandung vitamin dan mineral, serta serat yang sangat penting untuk meningkatkan derajat kesehatan. Vitamin dan mineral seperti kita ketahui, merupakan zat yang akan meningkatkan fungsi organ tubuh tertentu sehingga dapat mengurangi risiko terkena penyakit. Pola makan yang baik akan sia-sia apabila saluran pencernaan kita bermasalah. Serat berfungsi untuk melancarkan pencernaan, dengan cara memudahkan pengeluaran sisa makanan yang tidak terserap tubuh. Apabila kekurangan serat makanan, akan timbul masalah sembelit/konstipasi (susah buang air besar).

Bahan pangan sumber protein dibagi menjadi 2 jenis: protein hewani (berasal dari hewan), dan protein nabati (berasal dari tumbuhan). Keduanya sangat penting untuk dikonsumsi, karena protein berfungsi sebagai zat yang berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Kekurangan protein yang disertai kekurangan energy, dapat menyebabkan suatu kondisi yang sering disebut busung lapar (Kurang Energi Protein/KEP).

Untuk lemak, minyak, garam, dan gula, harus dibatasi konsumsinya. Kelebihan konsumsi lemak akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, yang akan memicu berbagai penyakit berbahaya. Sedangka garam yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah di atas normal, atau disebut gejala hipertensi (tekanan darah tinggi). Gula yang berlebihan juga tidak baik, terutama bagi mereka yang mengidap penyakit diabetes (kencing manis), atau memiliki anggota keluarga dengan penyakit diabetes.

Kekurangan energi, protein, dan zat-zat gizi lainnya didapat dengan mengonsumsi jenis-jenis camilan (snack). Biasanya camilan atau pangan jajanan diberikan pada pagi hari menjelang siang (antara pukul 09.00 – 10.00) atau sore hari (pukul 16.00 – 17.00). Beberapa di antara jenis jajanan tradisional khas Indonesia: lemper, arem-arem, klepon, getuk, berbagai jenis gorengan, dan jenis kolak atau makanan manis berkuah santan.

Memilih jajanan tradisional juga harus teliti dan jeli, karena sebagian produsen menggunakan bahan-bahan pengawet, penyedap rasa, atau pewarna yang tidak aman bagi kesehatan tubuh. Hindari membeli makanan, yang tidak tertutup, apalagi di lingkungan yang kurang bersih. Beberapa kasus kecacingan pada anak sering terjadi akibat sembarangan jajan dan malas cuci tangan dengan sabun.

Banyak pula jenis camilan atau makanan ringan kemasan, yang lebih modern dan diproduksi di pabrik. Biasanya makanan atau minuman ringan buatan pabrik dipromosikan melalui berbagai media massa. Anak lebih mudah menyerap informasi dari TV sebagai media elektronik, yang biasanya paling awal diperkenalkan oleh lingkungan keluarga. Jika terlalu lama menonton TV, kemungkinan anak menjadi korban iklan makin besar. Hal ini akan berisiko jika pangan jajanan yang disukai anak, membahayakan kesehatan jika terus dikonsumsi.

Kita harus sedini mungkin menanamkan pola hidup sehat, terutama diawali dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bersih, aman, dan tidak menimbulkan penyakit. Sepanjang akhir tahun 2010 dan awal tahun 2011 ini, terjadi keracunan makanan dan minuman pada anak sekolah di beberapa daerah, di Indonesia. Bahkan ada seorang anak yang sampai meninggal dunia (14 Februari 2011) setelah meminum minuman ringan yang dibeli di warung dekat rumahnya. Apalagi kalau bukan akibat pangan jajanan. Memang tidak semua jajanan berbahaya, tetapi melihat kasus-kasus yang ada masihkah kita dapat tenang-tenang saja saat kesehatan anak terancam dengan keamanan pangan jajanan?

Badan POM (2010) melakukan suatu penelitian mengenai jajanan anak sekolah. Hasilnya cukup mengkhawatirkan, sebab diketahui bahwa sebesar 45% dari 2.984 sampel jajanan anak sekolah, mengandung zat-zat berbahaya. Oleh sebab itu, kita harus mengetahui zat-zat berbahaya apa saja yang kemungkinan dikonsumsi anak melalui pangan jajanan. Akan lebih baik jika kita menyediakan camilan sehat sebagai pengganti pangan jajanan yang dibeli di luar rumah. Selain lebih sehat, hubungan antar anak dan orang tua dapat terjalin lebih baik. Hal ini dikarenakan membuat makanan atau memasak untuk anak merupakan penyaluran kasih sayang.

Jadi, tunggu apa lagi? Mari kita sajikan makanan dan minuman sehat untuk anak. Dimulai dengan mengurangi jajan di luar rumah. Sediakan camilan bergizi seimbang, aman, dan bersih di rumah. Ajak anak untuk menentukan camilan sehat yang diinginkan. Kesehatan anak saat ini, menentukan masa depan bangsa di kemudian hari.




DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Hidajat, Noenoek dan Diana Damayanti. 30 Camilan Paling Diminati Anak. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Nuraini, Henny. 2007. Memilih & Membuat Jajanan Anak yang Sehat & Halal. Jakarta: QultumMedia.
Supariasa, I Dewa Nyoman dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
TimDapurDeMedia. 2008. Aneka Jajanan & Minuman Populer. Jakarta: DeMedia.

Internet dan lainnya:
Admin. Keamanan Pangan untuk Meningkatkan Kesehatan Petani SPFS. Diakses dari http://database.deptan.go.id pada 14 Maret 2011.
Admin. 2002. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Diakses dari http://www.kpi.go.id pada 24 Maret 2011.
Admin. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan. Diakses dari http://dinkes-sulsel.go.id pada 28 Februari 2011.
Admin. 2010. Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun dalam Pangan. Diakses dari http://pendidikantech.blogspot.com pada 14 Maret 2011.
Admin. 2010. 3 Bakteri Penyebab Keracunan Makanan. Diakses dari http://majalahkesehatan.com pada 16 Maret 2011.
Admin. 2011. Bocah Tewas Keracunan Jajanan. Diakses dari http://www.waspada.co.id pada 26 Februari 2011.
Admin. 2011. Kyaraben Workshop. Diakses dari http://sekolahtetum.org pada 28 Maret 2011.
Admin. 2011. Virus-virus yang Terdapat dalam Makanan. Diakses dari http://www.food-info.net pada 16 Maret 2011.
Admin. 2011. Waspadai Bahan Tambahan Makanan. Diakses dari http://www.lizaherbal.com pada 14 Maret 2011.
Anonim. Bahan Tambahan Pangan. Diakses dari http://www.diskes.jabarprov.go.id pada 14 Maret 2011.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2003. Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, dan Bahan Berbahaya.
Badan POM RI. 2007. Food Watch, Sistem Keamanan Pangan Terpadu:Jajanan Anak Sekolah. Diakses dari http://www.pom.go.id pada 28 Februari 2011.
Devianti, dkk. Bahan Pewarna Makanan. Diakses dari http://catatankimia.com pada 14 Maret 2011.
Dewi, Shintya Sari. 2010. Kecukupan Energi dan Protein Serta Sumbangan Energi dan Protein dari Makanan Jajanan pada Anak SD Negeri No. 060822 Kecamatan Medan Area. Medan: Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Fermia P, Intan. 2008. Gambaran Konsumsi Makanan Ringan pada Anak Sekolah di SD Cakra Buana Depok. Depok: Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Hayati, Mawar. 2009. Pengaruh Peer Edukasi Tentang Jajanan Sehat Terhadap Perilaku Anak Usia Sekolah di Kota Lhokseumawe Nanggroe Aceh Darussalam. Depok: Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Handayani, Nila. Peran Orang Tua, Sekolah, dan Pedagang pada Makanan Jajanan Anak. Diakses dari http://jurnal.pdii.lipi.go.id pada 03 Maret 2011.
Judarwanto, Widodo. 2009. Perilaku Makan Anak Sekolah. Diakses dari http://www.pdpersi.co.id pada 08 Maret 2011.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :239/Men.Kes/Per/V/85 tentang Zat Warna Tertentu yang Dinyatakan sebagai Bahan Berbahaya: Jakarta.
Noorastuti, Pipiet Tri & Mutia Nugraheni. 2011. Jarang Sarapan Picu Penyakit Jantung?. Diakses dari http://kosmo.vivanews.com pada 29 Maret 2011.
Priska, Siagian. Membuat Anak Makan Sehat dengan Sukarela. Diakses dari http://www.preventionindonesia.com pada 16 Maret 2011.
Purtiantini. 2010. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Pemilihan Makanan Jajanan dengan Perilaku Anak Memilih Makanan di SDIT Muhammadiyah Al Kautsar Gumpang Kartasura. Surakarta: Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah.
Purwantiningsih, Emma. 2006. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Jenis Makanan Jajanan di Sekolah Studi pada Siswa SDN Gemolong 2 Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen. Diakses dari http://eprints.undip.ac.id pada 02 Februari 2010.
Raharjo, Teguh Budi. 2008. Pengaruh Iklan Makanan Ringan Terhadap Sikap Konsumtif Anak-anak SD. Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian kepada Masyarakat, UNILA diakses dari http://galuhindrawati.site50.net pada 08 Maret 2011.
Suci, Eunike Sri Tyas. 2009. Gambaran Perilaku Jajan Murid Sekolah Dasar di Jakarta. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Atma Jaya.
Supriadi, Kuat. 2006. Hubungan Sikap Ibu Terhadap Iklan Makanan Jajanan di Televisi dengan Pemilihan Makanan Jajanan Untuk Anak Balita Di Desa Karangtengah Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap. Diakses dari http://digilib.unimus.ac.id pada 01 Februari 2010.
Susilo, Wiwik. Jangan Biarkan Anak Jajan Sembarangan. Diakses dari http://berita.liputan6.com pada 28 Februari 2011.
Tarsidi, Didi. Peranan Hubungan Teman Sebaya dalam Perkembangan Kompetensi Sosial Anak. Diakses dari http://file.upi.edu pada 08 Maret 2011.
Yulianingsih, Pratiwi. 2009. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Sikap Anak Sekolah Dasar dalam Memilih Makanan Jajanan di Madrasah Ibtidaiyah Tanjunganom, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah.
read more »