Sebenarnya sudah lama sekali ingin membuat ulasan tentang buku yang satu ini. Buku tutorial menulis pertama yang bisa kumiliki, sekaligus satu-satunya (dari beberapa buku tutorial menulis koleksiku) yang berhasil benar-benar membuat seorang Nila mempraktekkan berbagai macam jenis latihan yang dianjurkan oleh Caryn Mirriam-Goldberg, Ph.D. Sang penulis buku yang mengakui kedahsyatan menulis sebagai penyelamat hidupnya.
Saat usia empat belas tahun Caryn merasa hidupnya telah hancur, karena putusnya persahabatan dan peristiwa perceraian orang tuanya di waktu yang bersamaan. Saat itulah dia mulai menulis, dan benar-benar menyelamatkan hidupnya dari zona putus asa. Sama seperti yang dialami oleh Pak Habibie di salah satu tulisan terdahulu di sini.
Saat usia empat belas tahun Caryn merasa hidupnya telah hancur, karena putusnya persahabatan dan peristiwa perceraian orang tuanya di waktu yang bersamaan. Saat itulah dia mulai menulis, dan benar-benar menyelamatkan hidupnya dari zona putus asa. Sama seperti yang dialami oleh Pak Habibie di salah satu tulisan terdahulu di sini.
Tetapi saking banyaknya hal bermanfaat yang ada di dalam buku ini, saya merasa bingung akan mulai membahas dari mana. Selain isi buku yang benar-benar pendapat/pengalaman penulisnya, juga disisipi oleh sekian banyak quotes dari para penulis terkenal di dunia. Tentu saja semakin membuat pikiran saya bercabang, karena setiap quote, ingin saya bahas makna sekaligus keterkaitannya dengan apa yang saya alami. It's real happened in my writing process.
Sekarang sepertinya saya tahu apa yang harus dilakukan untuk tetap dapat berbagi dengan orang lain, sekaligus kembali belajar memahami apa yang ada di dalam buku tersebut dengan menulis. Mungkin butuh puluhan tulisan (perkiraan kasarku ya), untuk benar-benar bisa menamatkan bahasan di dalam buku ini. Mungkin kali ini diawali dengan perkenalan singkat buku, dan pendapat dari penulis bukunya tentang alasan mengapa kita harus menulis.
Satu lagi informasi yang hampir terlupakan. Buku ini memang dari awal ditujukan kepada remaja (saya dibelikan oleh Ayah pada tahun 2004 bertepatan dengan liburan kenaikan kelas 2 Aliyah). Jadi kalau ada pembaca berusia dewasa yang kurang cocok dengan buku ini, wajar saja. Tetapi menurut saya pribadi, buku ini tidak akan pernah pensiun menemani proses menulis sampai kapan pun. Karena sudah terlanjur klop, dan masih banyak yang belum dipraktekkan secara serius (dulu memang masih moody), maka buku ini menjadi rekomendasi utama dari buat para writer wanna be, tapi masih merasa amat pemula sepertiku.
Karena terpikir untuk mengulas bukunya hari ini, akhirnya menemukan langsung website milik Caryn Mirriam-Goldberg, Ph.D. Di website tersebut beliau sudah berfoto dengan buku terjemahan bahasa Indonesianya dengan cetakan terbaru. Sedangkan buku yang Saya punya ini masih cetakan tahun 2004. Ini dia penampakan buku yang Saya miliki (masih diambil dari website Caryn Mirriam-Goldberg, Ph.D).
Judul buku (terjemahan): DARIPADA BETE, NULIS AJA!: Panduan Nulis Asyik di Mana Saja, Kapan Saja, Jadi Penulis Beken pun Bisa!
Judul buku (asli): Write Where You Are: How to Use Writing to Make Sense of Your Life
Penulis: Caryn Mirriam-Goldberg, Ph.D.
Penerjemah & penyunting: Lusy Widjaja & Pangestuningsih
Cetakan/Tahun: Kedua/2004
Penerbit: Kaifa (PT Mizan Pustaka)
Kota: Bandung
12 alasan menulis kata Caryn Mirriam-Goldberg, Ph.D. (2004), yang dibandingkan dengan opini atau kesesuaian yang Saya alami selama ini:
No.
|
Alasan Menulis
(Caryn Mirriam-Goldberg)
|
Pengalamanku
|
1.
|
Menulis
membantumu menemukan siapa dirimu.
|
Saat orang lain menanyakan apa impian saya, walau bisa menjawab, kadang dalam hati masih bingung sendiri. Apa sih sebenarnya yang ingin kulakukan? Seperti apa sebenarnya diriku ini? Dan cara apa yang tepat untuk dilalui supaya impian itu tercapai? Menulis dan mendata segala hal terkait diri sendiri, bisa jadi acuan awal untuk mengenali diri sendiri. Semacam dialog dengan batin, tapi didokumentasikan dalam sebuah tulisan, yang dapat dibaca sewaktu-waktu untuk kembali meningkatkan semangat saat sedang down. |
2.
|
Menulis
membantumu percaya diri dan meningkatkan kebanggaan.
|
Ada suatu saat ketika merasa tidak berbakat/berprestasi di bidang apa pun. Bersosialisasi dengan orang lain juga hal yang sangat sulit untuk orang seperti saya. Tetapi ketika berhasil membuat suatu karya (walaupun belum ada orang lain yang membacanya), perlahan rasa percaya diri itu meningkat. Dan mulai bisa menyukai diri sendiri, tidak seperti sebelumnya yang sering meremehkan bahkan membenci diri sendiri karena merasa tidak bisa apa-apa. |
3.
|
Saat
menulis, kamu mendengar pendapat unikmu sendiri.
|
Dengan menulis, kita lebih terbantu saat memikirkan suatu masalah, dibanding sekedar memikirkannya dalam diam. Jangan dipaksakan, menulis saja tentang apa pun yang dirasa dan dipikirkan, maka pendapat unik terhadap berbagai masalah kehidupan, akan muncul dengan sendirinya. Semacam pencerahan.
|
4.
|
Menulis
menunjukkan apa yang dapat kamu berikan pada dunia.
|
Tidak jauh berbeda dengan poin nomor 1, saat menulis mengetahui potensi yang ada dalam diri. Kemudian, kita dapat memantapkan langkah ingin berperan di bidang apa.
Jika itu dapat dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan tidak mungkin dunia (minimal orang di sekitar kita) akan mengakui bahwa kita telah menjadi manusia yang berguna bagi nusa, bangsa, dan agama (eh...). |
5.
|
Dengan
menulis, kamu mencari jawaban terhadap pertanyaan dan menemukan pertanyaan
baru untuk ditanyakan.
|
Kadang saya menulis tentang suatu topik, yang sebenarnya bukan karena menguasai materinya. Tapi karena penasaran akan jawaban setiap pertanyaan yang muncul di pikiranku.
Maka, sembari menulis, tentu akan berusaha mencari jawabannya dengan cara apa pun (bertanya kepada orang lain, searching di internet, atau dari buku). Saat sudah mendapatkan jawaban, masih akan menemukan pertanyaan baru lagi. Dengan demikian mau tidak mau otak ini akan terus diajak berpikir, bertanya, mencari jawaban, menemukan jawaban, dan mengetahui berbagai pengetahuan di segala bidang. Lumayan juga sebagai cara pencegah kepikunan :). |
6.
|
Menulis
meningkatkan kreativitas.
|
Buntu, merasa tidak ada ide, dan bingung apa yang harus dilakukan. Menulis bisa menjadi salah satu latihan untuk mengasah diri menjadi orang yang kreatif. Jika benar-benar tidak tahu apa yang akan ditulis, mulai saja dari menulis/mengerjakan tugas sekolah, kuliah, atau tugas di kantor. Anggap proses mengerjakan tugas tersebut bukanlah beban, tapi sesuatu yang akan bisa melejitkan potensi kreativitas kita. Tulis tanpa memikirkan benar atau salahnya (edit setelah selesai menulis), dan lihat bagaimana hasilnya. |
7.
|
Kamu
dapat berbagi dengan orang lain melalui kegiatan menulis.
|
Saat bicara langsung dengan orang lain, kadang ada saja yang terlewatkan. Karena lupa, gugup, atau takut. Dengan menulis, kita bisa menjadi lebih apa adanya mengungkapkan berbagai hal kepada orang lain. Bahkan bagi pribadi yang awalnya selalu menutup diri, tidak mudah curhat atau berbagi kebahagiaan kepada orang lain. Tanpa disadari, cepat atau lambat, saat ada yang membaca tulisan kita, akan ada orang yang merasa bahagia saat kita mau berbagi suatu hal kepada mereka. Walau hanya sebuah cerita. |
8.
|
Menulis
memberimu tempat untuk melampiaskan amarah/ketakutan, kesedihan, dan perasaan
menyakitkan lainnya.
|
Karena akan sangat menyakitkan memendam sendiri perasaan marah, sedih, takut, atau sakit hati. Tapi juga kadang ada keadaan yang membuat kita tidak mampu/pantas mengungkapkannya kepada orang lain.
Maka luapkan semua itu dalam tulisan. Terserah mau menulis apa saja, dan sesudahnya bisa kita baca kembali. Kalau saya pribadi, akan membuang tulisan itu jika isinya tidak ada yang bermanfaat (hanya luapan emosi, cacian, atau umpatan). Tetapi akan saya simpan atau suatu saat diolah menjadi suatu karya tulis, jika ada hal positif yang bisa dibagi kepada orang lain, supaya tidak mengalami hal serupa. |
9.
|
Kamu
dapat membantu menyembuhkan diri dengan menulis
|
Saya akui, kebiasaan menulis buku harian pertama kali dilakukan untuk mengobati kerinduan akan keluarga dan rumah. Saat itu memang sedang bersekolah di asrama. Setidaknya bisa membuatku sedikit lebih kuat, dan tidak menunjukkan kesedihan di depan orang lain. Beberapa kali dalam hidup, nyaris merasa putus asa dan nekat, bisa sedikit demi sedikit pulih setelah menulis. |
10.
|
Menulis
memberimu kesenangan dan cara mengungkapkannya.
|
Sebenarnya sampai menuliskan di kalimat ini pun, Saya belum tahu apa yang selanjutnya akan ditulis. Tapi setelah kata demi kata tersusun menjadi kalimat, kalimat membentuk paragraf, dan akhirnya menjadi suatu karangan utuh, itu memunculkan sensasi rasa yang unik. Senang, bahagia, terkejut karena panjang tulisan melebihi apa yang dibayangkan sebelumnya, dan merasakan kepuasan batin karena ada yang bisa kuungkapkan. Walau hanya dalam sebuah tulisan. |
11.
|
Menulis
membuatmu lebih hidup.
|
Hmm, apa ya? Pokoknya menulis itu membahagiakan dan membuat kita merasa lebih bahagia. Bukankah setiap individu mengharapkan kebahagiaan dalam hidup? Jadi lebih hidup, menurutku lebih bahagia dalam mengisi hari-hari di dunia ini. |
12.
|
Kamu
dapat menemukan impianmu melalui menulis.
|
Kadang apa yang kita cita-citakan itu bukan murni impian dari lubuk hati terdalam kita. Misalnya pada dasarnya seorang anak ingin membahagiakan orang tuanya kan?
Nah, kadang tanpa sadar si anak akan menjadikan impian orang tuanya sebagai cita-citanya. Dengan menulis, dan saat pendapat unik diri kita perlahan muncul itulah, impian yang awalnya tersembunyi akan lebih mudah kita temukan. |
Jadi, tunggu apa lagi? Mari kita menulis ^_^.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar