Kemarin saya menghadiri suatu resepsi pernikahan di salah satu daerah yang termasuk dalam propinsi Jawa Tengah. Ada satu hal yang tidak saya setujui dari sesepuh yang saat itu menyampaikan khutbah atau ceramah berisi nasehat pernikahan.
Apa?
Sebut saja mungkin saya tidak memahami secara keseluruhan isi ceramah tersebut, karena bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa bercampur sedikit bahasa Indonesia. Tapi yang saya tidak setujui ini yakin saya pahami dengan baik, hanya mungkin susunan kalimat yang berbeda, jelas karena saya tidak merekam bagian kalimat tersebut saat diucapkan.
Kira-kira intinya adalah anjuran agar sang istri tidak melakukan hal macam-macam, seperti selingkuh layaknya yang banyak dilakukan para wanita di kota, yang berselingkuh saat suami berada di tempat yang jauh atau sedang bepergian/kerja.
Whaattttt???
Maaf ya bapak sesepuh (yang tidak saya kenal) yang terhormat. Pelaku selingkuh bukan hanya ada di kota (maksudnya kota besar), di desa terpencil sekalipun bisa terjadi selama ada kesempatan dan orangnya merpergunakan kesempatan tersebut. Lagipula kebetulan saja anda seorang pria, jadi pesan jangan selingkuh-nya ditujukan pada istri. Kan yang tidak boleh selingkuh itu anjuran rata untuk sang suami dan juga istri. Maaf, menurut saya, justru kenapa sekarang banyak perempuan yang nekat selingkuh, itu karena mereka pernah tersakiti. Merasa dikhianati oleh para pria, yang dengan alasan halal-nya poligami, maka sebagian dari para pria itu tidak merasa bersalah saat memiliki WIL, yang apabila nantinya ada indikasi sang istri mencium hal mencurigakan, maka buru-buru mengambil jalan untuk berpoligami dengan alasan agama. Padahal berapa banyak yang benar-benar menerapkan motif dan landasan poligami murni karena anjuran agama, jika memang mampu?
Ya sudah, intinya saya hanya ingin menyuarakan bahwa kita tidak boleh menggenelarisir suatu tempat atau instansi, atau juga suku, hanya karena mengetahui oknumnya pernah melakukan hal buruk. Bukan berarti daerah yang dikenal sebagai desa/kota santri, semua penduduknya 100% aman dari perbuatan jijik (maaf saya cukup sesntitif sama perselingkuhan) yang sedang kita bahas ini. Di kota metropolitan macam Jakarta pun masih banyak para istri yang sangat setia mendampingi suaminya, bahkan meski sudah berkali-kali disakiti secara fisik atau mental oleh pasangannya. Enggak percaya? Baca saja New Catatan Hati Seorang Istri, kumpulan kisah nyata para istri tegar, yang disusun oleh Asma Nadia, dkk. #PromosiUdahMendapatkanSiramanRohaniPascaMembacanya.
Nb: Maaf jika ada pihak yang tersinggung, hanya ingin menyuarakan opini pribadi saya sebagai penulis blog.
read more »