Sebenarnya semua masalah ya benar memang kita harus sabar, syukur dan sholat (ibadah). Mereka yang akhirnya terpaksa curhat juga bukan cari solusi. Tapi ingin melegakan isi hatinya, supaya setelah itu bisa lebih plong dan berani ambil keputusan selanjutnya.
Tahan kasih solusi meski apa yang dicurhatkan hampir mirip dengan pengalaman kita. Karena meski mirip atau kasus sama sekalipun, individu yang dia hadapi di sekitarnya tentu beda sama manusia sekitar kita pas mengalami hal tersebut.
Ingat lagi diri sendiri pas sedang drop, kalimat menyuruh sabar, menyuruh bersyukur dan melihat lebih banyak orang lebih susah dari kita, itu bikin kapok kan curhat lagi sama ybs.
Ya benar memang baiknya curhat hanya kepada Allah atau kepada ahlinya. Tapi konseling ke ahli butuh biaya banyak. Belum lagi enggak mesti cocok karena biarpun ahli, namanya orang asing bagi beberapa orang termasuk saya, tidak nyaman kan cerita apapun. Apalagi sama ahlinya kita ada tekanan harus cerita clear semuanya biar enggak eman2 biaya konselingnya.
Beda jika curhat sama orang yg kita sudah dekat, mereka tidak memaksa kita mau cerita semuanya. Mereka mau mendengarkan apa yang ingin kita sampaikan. Tanpa harus mengorek kisah yang sudah ingin kita keep sendiri saja.
Biarkan ybs melepaskan emosinya, uneg-unegnya. Tanpa kita hakimi dulu. Sampaikan bahwa memang pasti berat melaluinya. Apalagi jika terbentur 'opini' orang sekitarnya yang memandang jika dia curhat adalah bentuk tidak bersyukur. Karena kondisi mental seseorang beda2, jangan dihakimi baperan kalau kita tidak tahu pasti apa yang dialami.
Jangan sampai karena penghakiman kita, mereka jadi tertutup. Pura-pura kuat dan bahagia padahal rapuh. Mending jika pura-pura itu lambat laun jadi kebiasaan kuat bahagia beneran. Kalau jadi 'bom' yang siap meledak sewaktu-waktu gimana?
Kemarin-kemarin lihat berita lagi ibu bunuh anak. Entah apa sebabnya, tapi jelas bukan hanya karena kesalahan anak di saat itu saja, lantas langsung dibunuh. Tapi bisa jadi akumulasi emosi ibu akan semua masalah hidupnya, yang tak bisa dibagi. Yang mungkin sudah usaha cerita tapi dihakimi kurang syukur, kurang sabar, kurang iman dll. Padahal gangguan mental pun ada yang dialami mereka yang tampak selalu dekat dengan aktivitas keagamaan bukan?
Lebih empati dan tidak mudah menghakimi ya. Kita tidak tahu seberapa kuat usaha seseorang buat selalu berpikir positif dan semangat di segala kondisi hidupnya. Semoga pandemi tetap membuat kita bisa bertahan sehat jiwa raga, sampai semua ini berlalu🙏🥰
Tidak ada komentar:
Posting Komentar