Salam sejahtera untuk seluruh pengunjung blog ini. Mungkin ada satu hal dari sekian banyak hal yang agak khas dari blog ini. Disadari atau tidak disadari, meski banyak tulisan Saya di sini lebih bersifat personal macam curhat atau menyampaikan pendapat pribadi secara non formal, tapi kata sapa yang digunakan agak kaku. Atau mengarah ke kata membosankan kalau dibaca oleh seseorang yang mengharapkan gaya bahasa santai dan humoris macam tulisan Bang Raditya Dika, yang menjadi salah satu blogger yang menginspirasi banyak orang untuk nge-blog (tidak terkecuali Saya).
Tidak lain tidak bukan, karena penggunaan kata yang menunjukkan orang pertama-kedua yang Saya gunakan lebih nyaman pada kata "Saya/Aku-Kamu/Anda" dibandingkan sapaan gaul anak muda nyaris di se-antero Indonesia, yaitu "Elu-Gue."
Loh, bukankah ber-elu-gue adalah hal yang amat biasa terutama dalam bersosialisasi antar teman sebaya? Apalagi walaupun Saya full keturunan Jawa Tengah, tapi tetap saja lahir dan besar di Jakarta dan sekitarnya, akan sangat familiar dengan kata "elu-gue." Betul, tapi sejak kecil Saya dan adik-adik dibiasakan oleh Mama untuk tidak ber-elu-gue, karena menurutnya tidak sopan. Bahkan waktu masih SD, dan melakukan kebiasaan berantem sama adik laki-lakiku, dan sampai keluar teriakan "elu-gue", sesaat kemudian berantemnya di-pause. Bukan gara-gara dipencet tombol pause pada remot kontrolnya, tetapi akan langsung mendapat ceramah singkat dari Mama :).
Maka di lingkungan SD, dan sampai terbawa ke pesantren pun Saya tetap ber-aku-kamu di awal-awal kenalan dengan beberapa teman pondok. Sampai suatu ketika terlibat pembicaraan dengan beberapa orang (teman seangkatan dan kakak kelas yang sekamar). Intinya mereka sepakat bahwa mengatakan diri sendiri "Aku" dalam percakapan sehari-hari, akan mengesankan seseorang itu sombong (pandangan orang kok bisa segitunya ya hanya dari sebuah kata?). Aduh, wawasan baru yang agak bertentangan dengan opini pribadiku. Khususnya karena kebiasaan sejak kecil yang dilarang ber-elu-gue. Kutanya pada keduanya, lantas kata apa yang baik untuk menunjukkan diri sendiri selain "Saya/Kamu" tapi yang tidak terkesan kaku juga kalau digunakan antar teman sebaya. Mereka sepakat menjawab, nama kita sendiri.
Saya manggut-manggut setuju terutama karena dengan menyebut nama sendiri, enggak akan masuk mahkamah bahasa kalau lupa menggunakan bahasa Arab atau Inggris ^_*. Dan pada saat saya tulis kisah ini, ada satu hal yang baru disadari. Maaf sama sekali tidak menyinggung SARA, tetapi entah kebetulan atau memang benar adanya, hal ini saya yakini. Orang suku Sunda mayoritas membiasakan diri menyebut dirinya sendiri dengan nama masing-masing. Kakak kelas dan teman sekamar yang waktu itu berbincang denganku memang orang Sunda. Kemudian saat mengenal teman-teman yang bersuku Sunda sampai saat ini mereka juga nyaris semua menggunakan namanya sendiri untuk menggunakan kata sapa orang pertama. Sedangkan beberapa lainnya menggunakan kata "Saya", jarang yang ber-Aku (mungkin dengan alasan yang sama).
Sejak saat itu (masih sampai sekarang) Saya lebih nyaman menyebut diri saya dengan nama sendiri, terutama saat berbincang dengan orang-orang selain keluarga sendiri. Apalagi di media-media seolah menggunakan kata "Aku-Kamu" yang digunakan oleh dua orang (cowok dan cewek) itu digunakan untuk mereka yang pacaran. Otomatis akan agak aneh di forum non formal dan kalangan usia sebaya untuk ber-aku-kamu selain sesama perempuan. Untungnya latar belakang pernah mondok (karena gak ada mantan santri, tapi merasa diri jauh dari sebutan santriwati), menyelamatkanku kata sapaannya bisa diganti "Ane-Ente." Dan tetap menyebut diri ini dengan nama sendiri, tetap paling tepat menurutku dalam bahasa lisan.
Ini juga yang membuatku merasa menjadi orang lain saat harus menulis dengan ber-elu-gue, terkecuali jika menulis dalam keadaan emosi tingkat tinggi kali ye? Akan terlalu ribet kalau dalam bahasa tulisan Saya diganti dengan nama (Nila) disetiap tulisan. Maka terkadang penulis menggunakan kata "Saya", atau "Aku" dalam kebanyakan postingan di blog ini (berasa udah banyak aja tulisanya *_*). Namun, adakalanya berusaha jadi diri sendiri, tapi tetap berusaha belajar juga menyesuaikan dengan keadaan kan? Misalnya mau nulis cerpen tokohnya ABG keturunan ke-7 dari Si Pitung, yang masih tinggal di kampung aslinya Pitung, rasanya aneh kalau tokohnya ber-aku-kamu.
Itulah sedikit penjelasan mengapa diri ini berasa aneh banget kalau harus ber-elu-gue, baik untuk percakapan lisan maupun tulisan. Intinya, Saya masih dan harus terus belajar untuk menggunakan dan memilih penmpatan kata "Aku-Kamu" atau "Elu-Gue" yang tepat di setiap tulisan yang dibuat. Karena menulis tidak hanya sekedar memuaskan penulis dalam menuangkan idenya. Tapi juga bagaimana membuat pembaca tidak hanya sekedar membaca teks, tapi dapat merasakan emosi dalam sebuah tulisan, dan syukur Alhamdulillah jika ikut terinspirasi menulis.
Happy reading and then writing your own story!
duh bahasannya enak banget Ning, bahasa yang sopan dan mengalir.
BalasHapusTerima kasih sudah mampir dan membaca tulisan saya ya,, Keep writing :)
Hapus