Sejatinya, Aku adalah Aku. Namun, tidak semua hal mencapai Aku adalah Aku. Merasa tanpa beban saat Aku benar-benar adalah Aku, bukan beliau, bukan dia, bukan mereka. Aku hanya ingin benar-benar menjadi Aku.
Namun, tidak selalu Aku adalah Aku. Terkadang Aku adalah beliau, dia, dan mereka. Tidak mengapa jika Aku adalah Kita. Tidak bisa kusangkal saat raga dan jiwa ini merasa lelah. Ya, karena Aku tidak benar-benar Aku, diriku. Berbagai cara telah kucoba, perlahan, halus, tanpa pemberontakan, dan kadang dengan sedikit pemberontakan kecil di kala genting. Namun, sepertinya itu semua sia-sia. Mungkin Aku hanya harus belajar menerima ketika Aku tidak bisa sepenuhnya perwujudan sebenarnya Aku. Bukankah tidak ada yang sempurna selain Dia Yang Maha Segalanya?
Usah hiraukan kesedihan saat Aku adalah beliau, dia, atau mereka. Karena tanpa ada beliau, dia, atau mereka, maka adanya Aku tidak ada bedanya dengan tidak adanya Aku. Ada hal yang tidak sesuai dengan harapku, inginku, pilihanku, tapi banyak hal yang akan datang sesuai kebutuhanku. Masa depan tidak hanya masalah diriku sendiri, maka Aku harus berbagi. Jadi Aku adalah Aku, beliau, dia, dan mereka.
Usah hiraukan kesedihan saat Aku adalah beliau, dia, atau mereka. Karena tanpa ada beliau, dia, atau mereka, maka adanya Aku tidak ada bedanya dengan tidak adanya Aku. Ada hal yang tidak sesuai dengan harapku, inginku, pilihanku, tapi banyak hal yang akan datang sesuai kebutuhanku. Masa depan tidak hanya masalah diriku sendiri, maka Aku harus berbagi. Jadi Aku adalah Aku, beliau, dia, dan mereka.
Kutipan Puisi "AKU"
(Karya Chairil Anwar, sumber:http://en.wikipedia.org)
Kalau sampai waktuku
Kumau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Kumau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu!
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Dari kumpulannya terbuang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar