Annyong haseo... Hehe lagi sok-sok-an menyapa visitors pake Korean language (namanya juga sok tahu jadi maaf ya kalau tulisannya salah). Ini ada sedikit hubungannya dengan sebuah drama korea yang tanpa sengaja semalam Saya saksikan di TV. Saat sedang jaga rumah selagi yang lain belum pada pulang. Drama-nya sih sudah lama dan kayaknya sudah beberapa kali diputar ulang di TV meski Saya belum pernah sekalipun menonton dari awal sampai akhir (maklum rada males kalau nonton drama korea harus baca subtittle ^_*). Judul dramanya "New Heart", mengisahkan tentang lika-liku, suka duka, dan bahkan berbagai konflik yang dialami para dokter sebuah rumah sakit universitas ternama di Korea Selatan.
Intinya bagaimana seorang dokter itu mampu menyelamatkan nyawa pasien, apalagi bedah toraks dan jantung berisiko tinggi, kalau pasien meninggal bukan mustahil keluarga pasien menyalahkan dokter meski sudah berusaha melakukan yang terbaik. Jadi semalam kebetulan ceritanya tentang transplantasi jantung (dibikin blur aja masih bikin merinding saat melihat proses operasi dan jantung yang dimasukkan dalam plastik, lalu disimpan dalam kotak es). Setelah sebelumnya banyak konflik dan masalah dimulai dari dokter yang dianggap cukup ahli sedang "terbang" ke Amerika, kemudian kesulitan mencari organ jantung yang siap didonorkan, sampai dilema seorang dokter muda yang juga ternyata putri dari pasien (direktur RS) yang sedang berada di antara hidup dan mati. Bergantung pada keberhasilan transplantasi jantung, menanti sekepalan jantung baru dari orang lain yang sudah meninggal (katanya sih besar jantung itu sebesar kepalan tangan kita, jadi kepalkan tanganmu kalau mau membayangkan ukurannya).
Ternyata dokter ahli tersebut sempat direndahkan (bahasa diganti didzalimi aja ya) oleh direktur RS, dan memutuskan untuk mengundurkan diri dari RS dan nyusul keluarganya di Amerika. Maka para dokter lainnya pun sempat kesulitan membujuknya untuk kembali dan menolong direktur yang juga sekaligus menjadi pasien yang harus diselamatkan kala itu. Bahkan saat putri direktur memohon kepadanya melalui telepon pun, tetap dijawab tidak bisa. Sampai akhirnya mungkin karena memang naluri seorang dokter adalah menyelamatkan pasien, maka tanpa menghiraukan sakit hatinya, dia pun bersedia mengoperasi direktur RS. Alhamdulillah, berhasil. Walau direktur RS-nya masih gengsi buat ngucapin makasih, yang penting satu nyawa bisa diselamatkan saat itu.
Nah, yang membuatku tersentuh adalah mengenai donor organ tubuh. Bayangkan kalau nanti kita meninggal, dikubur, dikremasi, atau diawetkan sekalipun, bukankah kelengkapan anggota tubuh tidak mempengaruhi proses penghitungan amal kebaikan kita di hadapan Tuhan? Jadi kalau ternyata masih bisa bermanfaat untuk orang lain, maka itu jauh lebih baik jika setelah meninggal nanti organ yang masih layak "pakai" ditransfer pada orang lain. Mungkin kalau di agama Saya ada istilah amal jariyah (amal kebaikan yang pahalanya masih bisa mengalir kepada seseorang meski sudah meninggal), mungkinkah donor organ bisa menjadi salah satu amal jariyah kita? Terlepas dari harapan untuk mendapat pahala, organ yang didonorkan dapat membuat yang sakit jadi sehat kembali. Mereka yang tidak dapat melihat warna-warni dunia ini, bisa melihat kembali. Mereka yang nyaris tidak bisa hidup lebih lama karena bergantung pada "cuci darah", bisa mendapatkan harapan baru untuk melanjutkan hidup.
Maka dari itu, sepertinya mulai detik ini kita harus menjaga kesehatan. Bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain, dan terutama jika niat untuk memberi manfaat bagi orang lain itu sudah ada. Niat membuat orang lain dapat meneruskan hidupnya dengan lebih produktif, walaupun jiwa sudah berpisah dengan raga kelak. Setidaknya ada beberapa organ tubuh yang bisa didonorkan, seperti kornea mata, ginjal, jantung, hati, dan sum-sum tulang belakang. Ada yang bisa didonorkan pada saat pendonor masih hidup, tapi ada juga yang didonorkan setelah seseorang meninggal dunia. Memang belum tentu semua orang mengizinkan bagian tubuh anggota keluarganya (terutama yang sudah almarhum) diberikan pada orang lain. Namun, semoga kelak makin banyak yang punya keinginan dan kesediaan mendaftarkan diri sebagai pendonor organ. Karena Indonesia memiliki banyak penduduk, dengan berbagai masalah kesehatan. Tapi juga tidak sedikit kan, yang masih memiliki organ tubuh yang sehat saat meninggal nanti.
Jadi tidak ada yang salah kalau seseorang sedini mungkin mendaftarkan diri sebagai pendonor. Kan umur belum ada yang tahu sampai mana batasnya. Saya sendiri juga belum mendaftar atau tercatat sebagai calon donor organ, mungkin salah satu yang baru memiliki keinginan terpendam. Belum juga berani merealisasikannya dengan datang ke Bank Mata misalnya. Tapi keinginan ini yang mungkin juga mewakili suara hati banyak orang, bisa memantapkan hati kita supaya suatu saat bisa berpartisipasi memberikan secercah harapan bagi mereka yang membutuhkan.
Karena tubuhku bukan milikku sepenuhnya. Karena tubuh ini hanya amanah Tuhan yang mesti kita jaga semasa hidup. Karena ada kalanya saat jiwa meninggalkan raga, satu bagian atau beberapa bagian dari dalam raga ini begitu berarti bagi sesama. Mungkin lebih bermanfaat jika organ-organ tubuh ini melanjutkan hidup bersama mereka daripada terkubur saja di dalam tanah. Semoga kata-kata donor atau transplantasi organ tubuh tidak lagi menjadi hal yang tabu, tidak lagi dianggap sesuatu hal yang memicu kontroversi, semoga kelak kita bisa menjadi salah satu yang berpartisipasi di dalamnya. Sedikit mengacu pada judul drama korea tersebut, bagaimana kalau kita beri judul postingan ini dengan "New Heart, New Eyes, New Kidney, and New Life for Other."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar