Dear my blog (begaya nostalgia zaman ABG yang sering menulis kata-kata "Dear my diary"). Sedang merapikan file-file di laptop yang hampir empat tahun menjadi sahabat setiaku, meski sempat beberapa kali di-"operasi" karena bermasalah sama LCD-nya. Laptop yang masih setia mau bertahan hidup atas bantuan "dokter" spesialis laptop dan komputer (kalo disingkat gelarnya Sp.LK, hehe ngaco dah). Terutama penyakit yang menyerang LCD-nya akibat kesalahanku mengajak si laptop naik turun angkot, diboncengin sepeda motor dengan guncangan kecil sampai guncangan hebat, tanpa pelindung tas khusus laptop. Karena dulu berpikir sepertinya cukup deh pakai tas ransel biasa, tapi itu dulu sekarang udah ada tas khususnya kok.
Lah, jadi ceritain si laptop. Oke, kembali ke aktivitas yang tadi kulakukan, ngeberesin file-file lama di laptop. Dan sampailah pada sebuah folder bernama "Kumpulan Tulisan." Jadi itu adalah folder tempat kumenyimpan beberapa tulisan yang sempat berhasil (ada yang selesai dan ada juga yang masih ngambang karena keburu merasa buntu tapi berharap suatu saat bisa dilanjutin) kubuat untuk latihan, atau diikutsertakan dalam lomba. Lagi-lagi pasti belum pernah menang, tapi tetap berusaha menulis dan menulis lagi. Ada yang berupa fiksi atau pun non fiksi. Mulai dari sekedar curhatan dodol cewek kurang pergaulan, sedikit berimajinasi dengan puisi atau cerpen abal-abal, sampai coretan sotoy yang berusaha mengingatkan diri sendiri dan orang lain melakukan hal-hal positif.
Salah satunya adalah sebuah tulisan, kalau tidak salah tulisan ini termasuk kategori artikel. Tulisan tersebut kubuat saat masih aktif mengikuti sebuah pelatihan menulis, dimana Aku memilih peminatan artikel yang mewajibkan kami pesertanya membuat sebuah artikel setiap minggunya untuk dibedah ramai-ramai barenga mentor dan teman sesama peserta. Jadi selain dibedah artikelnya, kami juga disarankan aktif mencoba mengirimkan artikel ke media massa (terutama media cetak). Waktu itu sepertinya Aku sempat mengirimkan artikelku ke redaksi koran ternama, yang memiliki kolom artikel bernuansa islami. Tapi, sudah diduga terutama karena baru pertama buat artikel, ya tidak diterima. Maka daripada membusuk di laptop (emang buah ya bisa busuk?) maka kuputuskan membaginya di sini. Lumayan menambah postingan kan? Memang tulisannya sudah lama banget dibuatnya, tapi yang penting tetap original karya sendiri ^_*.
Selamat membaca karya seseorang yang memaksa membuat artikel ini, kritik dan saran dengan senang hati diterima oleh penulisnya.
MEMETIK
HIKMAH
Kehilangan, kegagalan, kekecewaan, dan hal yang tidak kita suka dalam
hidup pasti pernah dialami. Namun, ketika itu dialami seseorang seringkali menjadikannya
patah semangat. Padahal tanpa semangat bagaimana mungkin hidup kita akan
menjadi bahagia? Bahkan kehilangan semangat dapat menghancurkan masa depan.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-isra’ ayat 83:
“Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia, niscaya dia
berpaling dan menjauhkan diri dengan sombong; dan apabila ditimpa kesusahan,
niscaya dia berputus asa.”
Hikmah bagaikan buah yang kita petik lalu dimakan dan zat-zat gizi yang
terkandung di dalamnya dimanfaatkan untuk kesehatan jasmani. Hikmah segala
peristiwa yang ada harus diambil, direnungi dan dijadikan pelajaran berharga
sehingga kita menjadi manusia yang bijak dalam menjalani kehidupan. Hikmah dari
suatu kejadian yang pernah kita alami pun dapat diceritakan kepada orang lain. Terutama
untuk menghibur dan memotivasi supaya orang itu bangkit dari keterpurukan.
Kebahagiaan yang kita rasakan di dunia belum tentu adalah yang terbaik.
Begitu pula kesedihan akan musibah dan penderitaan yang dirasakan belum tentu hal
yang buruk untuk kita. Hanya
Allah-lah yang benar-benar tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Oleh karena
itu sebagai makhluk Allah SWT sepatutnya
kita menerima segala ketentuannya. Hal ini dijelaskan di dalam surat Albaqarah
ayat 216:
“Diwajibkan atas kamu
berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak
menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai
sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui.” (Q.S Albaqarah:
216)
Selalu melihat hal positif di
balik semua kejadian yang dialami, meyakini bahwa setelah kesedihan selalu ada
kebahagiaan, dan yakin bahwa kejadian apapun yang menimpa, adalah yang terbaik
untuk diri kita.
Mari kita jalani kehidupan
dengan sabar, syukur, tawakal, ikhtiar serta selalu ber-husnudzan
akan ketentuan Allah. Hal-hal tersebut dapat membuah kita lebih ikhlas menerima
apa yang kita dapatkan. Melihat dan memanfaatkan buah hikmah yang dihasilkan
oleh setiap peristiwa.
Pondok Cabe, 29 Maret 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar