Hiii, ngeri, geli, takut, jijik, tapi sepintas tampak menggiurkan. Apa sih? Kabar menghebohkan (lagi) tentang bakso daging sapi yang dioplos dengan daging babi. Rumornya karena harga daging sapi yang sempat naik dengan cukup "wow", jadi ada pihak yang ingin memanfaatkan situasi supaya tidak merugi. Belum lagi tayangan liputan berita khusus yang memata-matai praktek curang pedagang makanan, demi meminimalisir modal serta memaksimalkan keuntungan yang diperoleh. Memang, sebagian pedagang itu ada yang mengaku tidak tahu bahaya dari bahan bahaya yang digunakan, atau tahu tapi pura-pura tidak tahu. Misalnya makanan atau minuman berwarna dibuat dengan campuran pewarna tekstil, penggunaan boraks atau formalin supaya makanan dan minuman yang dijual tidak cepat rusak, penambahan pemanis buatan yang melebihi dosis, atau lebih parahnya untuk membuat gorengan tetap garing dan renyah, botol plastik bekas minuman dimasukkan dalam minyak goreng panas.
Walaupun tidak semua produsen bahan pangan atau makanan dan minuman siap
saji, melakukan kecurangan yang merugikan konsumen. Jadi tinggal kita
sebagai konsumen yang harus jeli memilih, dengan banyaknya informasi
yang disediakan oleh media. Orang dewasa mungkin sudah bisa memilih makanan dan minuman apa yang sekiranya baik untuk kesehatan. Apalagi jika memiliki kemauan, minat, atau bahkan ahli memasak. Setidaknya bahaya tersebut dapat diminimalisir karena pengolahannya dilakukan sendiri di rumah. Kenapa hanya bisa meminimalisir? karena kenyataannya bahan mentah pun banyak yang kurang aman dan kurang sehat jika produsennya curang.
Lain halnya dengan anak-anak balita dan anak sekolah, yang biasanya masih memilih makanan dan minuman dari segi fisik (warna, rasa, aroma, dan bentuknya). Jika warnanya menarik, bentuknya lucu, ditambah harganya yang murah dan rasanya disukai anak-anak, hampir bisa dipastikan jenis makanan atau minuman yang biasanya dikenal sebagai jajajan itu laris manis. Balita juga biasanya masih selalu berada dekat ibu atau pengasuhnya, jadi masih bisa mengontrol jajanannya. Sedangkan anak usia SD sampai SMP, hampir dipastikan terbiasa menerima uang saku, dan membelanjakannya sendiri saat waktu istirahat atau pulang sekolah. Padahal tidak semua jajanan yang mereka sukai itu, aman dan sehat.
Walaupun di dalam area sekolah, disediakan kantin yang biasanya sudah terkontrol dari kebersihan dan keamanan pangannya, tapi jika di luar sekolah ada pedagang jajanan bukan tidak mungkin anak sekolah lebih memilih jajan diluar. Kenapa? Karena jenis dan bentuk jajanan yang dijual di luar kantin sekolah, biasanya lebih beragam, lebih menarik, lebih berasa (jelas karena penambah rasa yang digunakan bisa dari MSG atau gula biang), dan bisa jadi lebih murah (kemungkinan memakai bahan-bahan tidak aman).
Setidaknya itu juga yang Saya alami saat dulu masih SD. Jika dibandingkan jumlah siswa yang jajan di dalam kantin sekolah, lebih banyak yang memilih jajan di luar. Walaupun pihak sekolah akhirnya memberi peraturan bahwa saat jam istirahat sekolah, tidak ada yang boleh jajan di luar, tetap saja banyak yang nekat jajan dengan cara membeli jajanan lewat sela-sela pagar pembatas. Sekali ditegur, tetap saja besok-besoknya dilakukan lagi. Saya sendiri sewaktu SD juga lebih tertarik dengan jajanan yang dijual di luar sekolah, tapi tidak berani membelinya saat waktu istirahat, karena yang berani nekat seperti itu mayoritas anak laki-laki. Jadi kadang istirahat makan bekal yang dibawa dari rumah, dan sepulang sekolah baru membeli jajanan yang kadang sudah dipikirkan beberapa saat sebelum bel pulang berbunyi. Cape deh!!!
Loh, tadi perasaan di awal membahas tentang makanan dan minuman dari sisi keamanan dan kesehatannya, kok sekarang malah nostalgia? Iya, maaf ya pembaca bukan maksud tidak konsisten, namanya juga sekedar mencoretkan isi pikiran sekalian curhat colongan ^_^. Selain itu wawasan penulis juga kurang banyak tentang isu tersebut, dan pasti sudah banyak yang membahas tentang hal itu, para ahlinya langsung malahan.
Jadi tidak usah berpanjang kata dengan masalah yang rumit itu. Sebagai masyarakat awam penulis hanya bisa berharap semoga masalah terkait makanan dan minuman yang berbahaya untuk kesehatan, bisa berkurang dan di kemudian hari bisa tuntas. Kalau memang ditemukan para pedagang yang belum tahu bahwa bahan yang digunakan tidak layak untuk makanan atau minuman, semoga pemerintah bisa mensosialisasikan dengan harapan pedagang juga memikirkan kesehatan konsumennya. Dan semoga anak-anak penerus masa depan tetap sehat dan berprestasi baik dalam bidang apa pun, sehingga bisa memajukan negeri ini. Happy holiday!!!
Jadi tidak usah berpanjang kata dengan masalah yang rumit itu. Sebagai masyarakat awam penulis hanya bisa berharap semoga masalah terkait makanan dan minuman yang berbahaya untuk kesehatan, bisa berkurang dan di kemudian hari bisa tuntas. Kalau memang ditemukan para pedagang yang belum tahu bahwa bahan yang digunakan tidak layak untuk makanan atau minuman, semoga pemerintah bisa mensosialisasikan dengan harapan pedagang juga memikirkan kesehatan konsumennya. Dan semoga anak-anak penerus masa depan tetap sehat dan berprestasi baik dalam bidang apa pun, sehingga bisa memajukan negeri ini. Happy holiday!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar