"Kamu bisa melihat hal-hal yang "begitu" (makhluk halus/gaib yang tidak semua manusia bisa melihat atau merasakan keberadaannya) ya?" Pertanyaan seorang teman di suatu kesempatan, membuatku kaget nan terkejut. Terang saja kaget dan hanya bisa menggelengkan kepala sembari menjelaskan padanya bahwa seumur hidup sampai saat ini belum pernah mendengar suara, melihat wujud, apalagi berkomunikasi dengan makhluk "seperti itu." Meski dalam hati heran dan bingung kenapa ada yang bertanya seperti itu, tapi kuurungkan untuk bertanya sebab musababnya kenapa dia bertanya demikian. Kalau kutanyakan, khawatir dia akan berpikir bahwa jawabanku itu bohong hanya untuk menutupi kemampuan unik itu. Padahal sumpe deh enggak punya tuh kemampuan macam itu, malah tidak mau karena sadar diri imannya belum kuat.
Meski punya nama yang kalau diartikan ke dalam bahasa inggris menjadi sebuah istilah untuk orang-orang yang biasanya memiliki kemampuan unik dari orang kebanyakan, tetap saja itu hanya kebetulan. Bukan benar-benar menggambarkan kondisi diriku. Apalagi dari beberapa sumber yang kubaca, anak-anak yang terpilih memiliki kemampuan unik itu, mulai lahir pada tahun setelah 1990. Sedangkan penulis lahir 2 tahun sebelum tahun 1990, berarti tidak termasuk kan (maksa ya)?
Bicara tentang makhluk gaib yang juga memiliki haknya untuk tinggal dunia ini, tidak ada pengalaman yang benar-benar dirasakan sendiri oleh penulis. Dulu sempat bingung kenapa ada beberapa orang yang bisa merasakan keberadaan "mereka" atau bahkan melihat serta berkomunikasi dengan "mereka." Namun, setelah mendengar cerita-cerita itu, penulis bersyukur karena tidak diberi kemampuan seperti itu oleh Allah. Karena jika imannya belum kuat atau minimal tidak memiliki mental yang baja maka bukan mustahil akan ketakutan dan konon katanya rentan kesurupan.
Meski tidak bisa dikategorikan pemberani, tapi penulis juga bukan orang yang super penakut, dan bisa mengekspresikan ketakutan yang dirasa di depan orang lain. Jadi lebih sering memberanikan diri atau bahkan kadang membuat diri seperti orang yang pemberani ketika sedang bersama teman atau kerabat yang level ketakutannya sedikit lebih tinggi dariku. Jangan-jangan karena hal ini juga, sampai seorang kawan itu bertanya pertanyaan aneh di paragraf pertama. Apa karena seringnya melihat diri ini cuek bebek melenggang ke toilet atau ke mushola yang kadang pencahayaannya kurang terang, tanpa mengajak seorang teman untuk menemani. Atau ketika masih sekolah dan aktif ngampus, saat ada perlu ke bank atau ke kantin sendirian tanpa meminta seseorang untuk menemani. Padahal itu lebih karena sifat diri yang "tidak enakan", khawatir mengganggu aktivitas orang lain, jadi kalau ada yang berkepentingan sama ya syukur ada teman, kalau tidak ada ya nekat saja sendiri. Dan Alhamdulillah belum pernah mengalami hal-hal aneh, jangan sampai deh ya.
Masih bicara mengenai kemampuan seseorang dalam mengekspresikan rasa takutnya, yang tidak sama pada setiap orang. Mungkin penulis salah satu manusia yang sulit untuk mengekspresikan segala bentuk rasa yang dialami, baik takut, senang, sedih, kecuali malu yang mungkin tampak jelas pada umumnya orang yang terlanjur di-cap sebagai manusia pemalu bin pendiam. Apalagi rasa takut akan hal-hal yang terlihat itu, sebenarnya ada rasa ciut juga ke kamar mandi sendirian saat malam hari, tapi biasanya kalau kita tampak ketakutan, maka orang di sekitar kita lah yang makin senang meledek (ternyata jaim bisa memotivasi diri untuk sedikit lebih berani).
Suatu ketika saat di asrama tempat penulis menuntut ilmu dulu, pernah terjadi suatu hal yang cukup menghebohkan asrama putri. Terutama asrama yang terletak dekat jemuran pakaian dan juga ruang makan. Mungkin saat itu masih tren rumor mengenai jalangkung yang sempat juga dibuat filmnya. Sebagai remaja yang masih labil, maka ada beberapa orang yang mungkin penasaran akan kebenaran urban legend tersebut. Detail kejadiannya tidak penulis ketahui, karena lokasi "permainannya" di kamar sebelahku. Entah karena ada makhluk "lain" yang merasa terganggu atau mungkin marah, maka terjadilah beberapa kejadian "kemasukan" secara bergantian. Selama beberapa hari sangat terasa hawa aneh, nyaris ketakutan kemana-mana sendiri (khususnya malam hari), ketakutan kalau menjadi target "kemasukan" selanjutnya, atau menjadi target gangguan atau sasaran kemarahan "mereka". Bahkan tidur pun yang biasanya 1 kasur setiap orang, saat itu satu kasur kami tidur berdua, yang kasurnya di ranjang atas, pindah ke bawah untuk sementara sampai keadaan aman.
Sungguh, saat itu rasanya ingin pulang ke rumah, tapi apa alasannya? Kalau takut, bukankah sudah jelas kita hanya boleh takut pada Allah. Kalau pun alasan rasa ketidaknyamanan, bukankah semuanya juga merasa tidak nyaman atas keadaan ini? Nyaris beberapa kali dalam satu hari ada beberapa orang yang menjadi sasaran gangguan "mereka". Kata guru kami, itu bisa terjadi terutama jika pikiran kita kosong, maka kami dianjurkan untuk lebih sering berdzikir (menyebut nama Allah), membaca ayat-ayat Alqur'an, dan jangan sampai melamun atau memiliki rasa ketakutan yang berlebihan. Karena kejadiannya sudah sangat lama, maka tidak lagi ingat entah bagaimana suasana asrama kembali seperti semula. Entah berapa hari sampai kami hampir benar-benar melupakan kejadian mencekam tersebut. Kembali seperti biasa tidur di kasur masing-masing, dan tidak ada satu pun yang membicarakan kejadian itu lagi. Kalau diingat-ingat kok seperti kisah Harry Potter, yang sempat asramanya mengalami kondisi tidak aman karena munculnya para dementor yang gentayangan di sekitar Hogwarts. Aduh, masih sempat pula ngejayus (supaya tidak terlalu tegang).
Meski sudah tidak ada lagi kejadian heboh seperti itu, namun sewajarnya dunia ini juga bukan hanya manusia yang menempati, maka sesekali "mereka" pun bisa meminjam tubuh seseorang untuk dikunjungi. Rasanya tegang ketika mendengar atau melihat langsung ada kawan, kakak kelas atau adik kelas, yang katanya sedang "kemasukan." Tapi sekuat hati juga berusaha menepis rasa takut, karena konon "mereka" tahu manusia-manusia mana yang pikirannya kosong atau bahkan sekedar terbesit rasa takut. Bukankah itu lebih memungkinkan kita untuk "mereka" senangi sebagai teman ataupun permainan bagi makhluk yang tidak semua orang bisa melihatnya itu.
Mungkin itu pula yang membuat beberapa orang sedikit melihatku sebagai pribadi aneh. Padahal hanya berbeda mengekspresikan rasa terutama ketakutan akan sesuatu hal. Kebetulan saja meski geli dan sedikit takut pada beberapa jenis binatang, tetapi tidak sampai ada fobia yang membuat lari tunggang langgang atau jejeritan dengan lantang saat berada di dekat hal yang membuat takut. Tanpa disengaja, meski tidak benar-benar berniat menjaga image (jaim), namun tidak menyalahkan pula mereka yang sempat men-cap diri ini super jaim. Mungkin karena pola asuh dan lingkungan keluarga masing-masing yang berbeda, atau pengalaman di masa kecil yang berbeda, dan mungkin juga efek menjadi seorang sulung sedikit banyak bisa mempengaruhi seseorang untuk bersikap tampat jaim, terutama di asrama sedikit memaksa jaim dengan angan-angan tidak membuat pusing orang tua. Padahal ketika seseorang merasa bahwa dirinya sedikit berbeda dari lingkungan sekitarnya, tanpa disebutkan pun dia menyadarinya, apalagi kalau masih dalam usia remaja. Masih labil dalam semua hal, terutama masalah pergaulan dengan teman yang nyaris menjadi prioritas utama.
Padahal jika boleh jujur, ada rasa juga bahwa mungkin betapa menyenangkannya mereka yang bersikap apa adanya di mana pun dan kapan pun. Terutama jika itu masih berada di usia remaja, karena saat itulah masa pencarian jati diri, dan semestinya tidak ada hal yang dimanupulasi supaya masa depannya tidak mengalami suatu penyesalan karena masih bingung dengan dirinya sendiri. Jika yang sudah melewati masa remaja, dan merasakan hal tersebut, maka belum terlambat untuk mencoba menjadi diri sendiri meski sudah memasuki usia dewasa. Karena sejatinya sebelum Izrail menjemput kita, diri ini masih akan terus belajar. Buat yang masih remaja, jangan ragu menunjukkan siapa sesungguhnya diri kita, apa yang kita ingin capai di masa depan. Jangan khawatir mengecewakan orang-orang yang kita sayan jika ternyata impian itu berbeda dengan harapan mereka. Selama masih dalam hal positif, maka jika dibicarakan secara baik-baik, bukan mustahil impian itu akan semakin cepat kita raih dengan dukungan dari orang-orang tersayang.
Intinya setiap individu adalah unik dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Jika ada yang men-cap kita aneh, jangan dianggap sebagai hal negatif. Ganti saja kata aneh dengan unik, kemudian kita introspeksi diri apakah yang dianggap orang lain aneh itu, hal positif atau negatif? Kalau positif dipertahankan, dan jika hal itu ternyata negatif sebaiknya berusaha diminimalisir dan berusaha menjadi diri yang lebih baik lagi. Jadi jangan sedih kalau secara tersurat atau tersirat, ada yang men-cap kita aneh. Katakan saja "I am not freak, but I am unique, and also you are unique too, because everybody is unique."
Masih bicara mengenai kemampuan seseorang dalam mengekspresikan rasa takutnya, yang tidak sama pada setiap orang. Mungkin penulis salah satu manusia yang sulit untuk mengekspresikan segala bentuk rasa yang dialami, baik takut, senang, sedih, kecuali malu yang mungkin tampak jelas pada umumnya orang yang terlanjur di-cap sebagai manusia pemalu bin pendiam. Apalagi rasa takut akan hal-hal yang terlihat itu, sebenarnya ada rasa ciut juga ke kamar mandi sendirian saat malam hari, tapi biasanya kalau kita tampak ketakutan, maka orang di sekitar kita lah yang makin senang meledek (ternyata jaim bisa memotivasi diri untuk sedikit lebih berani).
Suatu ketika saat di asrama tempat penulis menuntut ilmu dulu, pernah terjadi suatu hal yang cukup menghebohkan asrama putri. Terutama asrama yang terletak dekat jemuran pakaian dan juga ruang makan. Mungkin saat itu masih tren rumor mengenai jalangkung yang sempat juga dibuat filmnya. Sebagai remaja yang masih labil, maka ada beberapa orang yang mungkin penasaran akan kebenaran urban legend tersebut. Detail kejadiannya tidak penulis ketahui, karena lokasi "permainannya" di kamar sebelahku. Entah karena ada makhluk "lain" yang merasa terganggu atau mungkin marah, maka terjadilah beberapa kejadian "kemasukan" secara bergantian. Selama beberapa hari sangat terasa hawa aneh, nyaris ketakutan kemana-mana sendiri (khususnya malam hari), ketakutan kalau menjadi target "kemasukan" selanjutnya, atau menjadi target gangguan atau sasaran kemarahan "mereka". Bahkan tidur pun yang biasanya 1 kasur setiap orang, saat itu satu kasur kami tidur berdua, yang kasurnya di ranjang atas, pindah ke bawah untuk sementara sampai keadaan aman.
Sungguh, saat itu rasanya ingin pulang ke rumah, tapi apa alasannya? Kalau takut, bukankah sudah jelas kita hanya boleh takut pada Allah. Kalau pun alasan rasa ketidaknyamanan, bukankah semuanya juga merasa tidak nyaman atas keadaan ini? Nyaris beberapa kali dalam satu hari ada beberapa orang yang menjadi sasaran gangguan "mereka". Kata guru kami, itu bisa terjadi terutama jika pikiran kita kosong, maka kami dianjurkan untuk lebih sering berdzikir (menyebut nama Allah), membaca ayat-ayat Alqur'an, dan jangan sampai melamun atau memiliki rasa ketakutan yang berlebihan. Karena kejadiannya sudah sangat lama, maka tidak lagi ingat entah bagaimana suasana asrama kembali seperti semula. Entah berapa hari sampai kami hampir benar-benar melupakan kejadian mencekam tersebut. Kembali seperti biasa tidur di kasur masing-masing, dan tidak ada satu pun yang membicarakan kejadian itu lagi. Kalau diingat-ingat kok seperti kisah Harry Potter, yang sempat asramanya mengalami kondisi tidak aman karena munculnya para dementor yang gentayangan di sekitar Hogwarts. Aduh, masih sempat pula ngejayus (supaya tidak terlalu tegang).
Meski sudah tidak ada lagi kejadian heboh seperti itu, namun sewajarnya dunia ini juga bukan hanya manusia yang menempati, maka sesekali "mereka" pun bisa meminjam tubuh seseorang untuk dikunjungi. Rasanya tegang ketika mendengar atau melihat langsung ada kawan, kakak kelas atau adik kelas, yang katanya sedang "kemasukan." Tapi sekuat hati juga berusaha menepis rasa takut, karena konon "mereka" tahu manusia-manusia mana yang pikirannya kosong atau bahkan sekedar terbesit rasa takut. Bukankah itu lebih memungkinkan kita untuk "mereka" senangi sebagai teman ataupun permainan bagi makhluk yang tidak semua orang bisa melihatnya itu.
Mungkin itu pula yang membuat beberapa orang sedikit melihatku sebagai pribadi aneh. Padahal hanya berbeda mengekspresikan rasa terutama ketakutan akan sesuatu hal. Kebetulan saja meski geli dan sedikit takut pada beberapa jenis binatang, tetapi tidak sampai ada fobia yang membuat lari tunggang langgang atau jejeritan dengan lantang saat berada di dekat hal yang membuat takut. Tanpa disengaja, meski tidak benar-benar berniat menjaga image (jaim), namun tidak menyalahkan pula mereka yang sempat men-cap diri ini super jaim. Mungkin karena pola asuh dan lingkungan keluarga masing-masing yang berbeda, atau pengalaman di masa kecil yang berbeda, dan mungkin juga efek menjadi seorang sulung sedikit banyak bisa mempengaruhi seseorang untuk bersikap tampat jaim, terutama di asrama sedikit memaksa jaim dengan angan-angan tidak membuat pusing orang tua. Padahal ketika seseorang merasa bahwa dirinya sedikit berbeda dari lingkungan sekitarnya, tanpa disebutkan pun dia menyadarinya, apalagi kalau masih dalam usia remaja. Masih labil dalam semua hal, terutama masalah pergaulan dengan teman yang nyaris menjadi prioritas utama.
Padahal jika boleh jujur, ada rasa juga bahwa mungkin betapa menyenangkannya mereka yang bersikap apa adanya di mana pun dan kapan pun. Terutama jika itu masih berada di usia remaja, karena saat itulah masa pencarian jati diri, dan semestinya tidak ada hal yang dimanupulasi supaya masa depannya tidak mengalami suatu penyesalan karena masih bingung dengan dirinya sendiri. Jika yang sudah melewati masa remaja, dan merasakan hal tersebut, maka belum terlambat untuk mencoba menjadi diri sendiri meski sudah memasuki usia dewasa. Karena sejatinya sebelum Izrail menjemput kita, diri ini masih akan terus belajar. Buat yang masih remaja, jangan ragu menunjukkan siapa sesungguhnya diri kita, apa yang kita ingin capai di masa depan. Jangan khawatir mengecewakan orang-orang yang kita sayan jika ternyata impian itu berbeda dengan harapan mereka. Selama masih dalam hal positif, maka jika dibicarakan secara baik-baik, bukan mustahil impian itu akan semakin cepat kita raih dengan dukungan dari orang-orang tersayang.
Intinya setiap individu adalah unik dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Jika ada yang men-cap kita aneh, jangan dianggap sebagai hal negatif. Ganti saja kata aneh dengan unik, kemudian kita introspeksi diri apakah yang dianggap orang lain aneh itu, hal positif atau negatif? Kalau positif dipertahankan, dan jika hal itu ternyata negatif sebaiknya berusaha diminimalisir dan berusaha menjadi diri yang lebih baik lagi. Jadi jangan sedih kalau secara tersurat atau tersirat, ada yang men-cap kita aneh. Katakan saja "I am not freak, but I am unique, and also you are unique too, because everybody is unique."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar