“Ngedengerin ceramah??? Pasti BT
banget. Tiap peringatan Isra Mi’raj pasti ada acara ceramah.” Aku hanya
bisa bersungut-sungut dalam hati. Ya, hari ini peringatan Isra Mi’raj diisi dengan
ceramah yang disampaikan oleh seorang wanita yang disebut ustadzah. BT banget, apalagi acaranya dipisah
cowok dan cewek. Nggak bisa lihat doi deh.
Dengan berat kulangkahkan kaki menuju aula. Anak-anak ROHIS sudah berdiri di
samping pintu menyambut seluruh siswi SMU PUSPA BANGSA.
“Fir, dateng juga lo, gue kira seorang
Fira enggak bakalan mau ikut acara kayak gini.” “Sebenernya gue ogah, tapie nggak enak sama anak ROHIS. Waktu kita punya
acara minggu lalu anak ROHIS udah mau dateng plus ngasih sambutan sebagai
support mereka buat kegiatan KIR.” Lala hanya mengangkat kedua bahunya
sembari berjalan di sisiku menuju deretan kursi di bagian tengah. Acara demi
acara pun berlangsung meski aku mengikutinya dengan perasaan terpaksa.
**********
Perkataan ustadzah di aula kemarin telah membuatku sering merenung. “Fir, kenapa sih? Kayaknya gue perhatiin
akhir-akhir ini jadi enggak fokus di kelas. Punya masalah?” “Enggak, lagi males
aja.” “Oh, ya udah. Asal pelajaran jangan sampai keteteran gitu dong.” “Sip,
makasih ya, La.”
Lala sahabat yang selalu setia mendengarkan uneg-unegku. Selain itu, di
KIR aku menjabat sebagai ketua dan Lala adalah sekretaris. Jadi makin kompak
deh. “Teeetttt…”. Bel berbunyi, tanda
waktu pulang telah tiba. Seperti biasanya Aku pulang bareng Lala. “Fir, lo mau
nemenin gue ke toko buku nggak? Bokap nitip something sama gue.” “Oke, gue mau
nemenin kok”. Kuiyakan permintaan Lala karena memang Aku sedang malas
buru-buru pulang ke rumah yang sepi.
Di Knowledge
Book Store.
Pandanganku tertuju pada buku bercover hijau dengan judul “WANITA dan
JILBAB.” Ingatanku kembali pada saat acara Isra Mi’raj di sekolah. Ustadzah
Aisyah berkata bahwa islam mewajibkan umatnya khususnya muslimah untuk menutup
aurat. Caranya, dengan berjilbab. Kuambil buku itu dan kubaca sinopsisnya di
cover bagian belakang. “Sering tidak kita
sadari bahwa rambut dapat mengundang maksiat. Maka di buku ini dijelaskan
perintah Allah dan Rasul-NYA untuk menutup aurat dengan berjilbab bagi wanita.”
“Fir, ngapain lo? Pulang yuk.”
Ucapan Lala mengagetkanku. Refleks
kukembalikan buku itu ke tempatnya. Sepanjang perjalanan, Lala menceritakan
kisah buku yang ia beli, namun aku hanya menganggapinya dengan kata-kata “Ya, bagus banget” dan mengangguk-angguk
seolah memperhatikan ucapannya.
**********
“Bunda, kapankah seorang muslimah diwajibkan
berjilbab ?” Bunda termenung sesaat kemudian tersenyum, “Fira, sebetulnya ketika perempuan sudah
baligh, maka ia wajib menutup auratnya. Tapi kalau sudah berjilbab harus
konsisten. Jangan memakai jilbab dengan niat setengah-setengah.”
Aku
terdiam dan berpikir apakah aku sudah siap dengan segala hal yang akan kuhadapi
nanti. “Apa kamu berniat berjilbab ?”
Bunda seperti tahu apa yang ada di benakku. “Mungkin,
tapi kayaknya nggak sekarang, soalnya Fira ingin menguatkan tekad terlebih
dahulu.” Bunda tersenyum penuh harap putrinya akan mengikuti jejaknya yang
berjilbab sejak tiga tahun lalu.
**********
Kegaduhan terjadi di depan kantor
TU. Nilai UAN sudah diumumkan. Ada yang melonjak senang karena lulus, ada pula
yang menangis karena tidak lulus dan harus mengikuti remedial saat yang lulus
sudah libur nantinya. Ada pula yang tak berekspresi karena tak tahu melanjutkan
kemana.
Aku lulus dengan rata-rata 9,00.
akhirnya aku berhasil meraih PMDK di FMIPA UI. Sedangkan Lala mendapat PMDK di
FKM UI, jadi kami masih akan tetap dekat dan mudah untuk bertemu. Saat inilah
aku berani terus terang padanya perihal keinginanku untuk berhijrah.
Lala memelukku penuh haru. “Alhamdulillah, akhirnya hidayah telah
datang. Kok kebetulan, aku juga ingin mengatakan hal yang sama.” Ketika pelukan
lepas, kami berjanji akan bersama-sama berhijrah. Bersama-sama konsisten,
sampai akhir hayat. Aamiin.
Ditulis di Kota Hujan, sekitar bulan Oktober atau November 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar