Daisypath - Personal pictureDaisypath Anniversary tickers

Sabtu, 01 Desember 2012

Karena AIDS Tidak Muncul di Tanggal 1 Desember Saja.

Selamat memperingati hari AIDS sedunia. Semoga angka kejadian penularan infeksi HIV menurun, adanya peningkatan pelayanan kesehatan bagi para ODHA (Orang Dengan HIV dan AIDS), serta tidak ada lagi diskriminasi atau pengucilan terhadap ODHA karena kurangnya sosialisasi mengenai berbagai hal terkait AIDS. Mengenai apa itu AIDS, HIV, serta bagaimana cara penularan dan perkiraan perkembangan penyakitnya tidak secara detail dibahas di sini. Namun jika berminat mencari tahu secara rinci mungkin bisa dicek dari referensi yang Saya gunakan untuk menulis postingan kali ini, ini dia linknya.

Jadi kurang lebih intinya adalah bahwa AIDS merupakan suatu sindrom (kumpulan gejala atau infeksi) yang terjadi karena sistem kekebalan tubuh (imun) kita melemah/rusak akibat infeksi dari suatu virus. Nah, nama virusnya ini yang terkenal sebagai HIV. Jadi jangan heran kalau ada orang yang divonis terinfeksi HIV tapi kondisi fisiknya masih segar bugar. Ini bisa terjadi karena si virus HIV baru masuk ke tubuh, tetapi belum sampai pada tahap munculnya berbagai gejala akibat kerusakan sistem imun, yang disebut AIDS. Sekitar 9 atau 10 tahun waktu yang diperlukan oleh HIV untuk berkembang dan memunculkan kondisi AIDS, tapi itu kalau belum diterapi oleh obat antiretrovirus. Jika lebih cepat diketahui kalau sudah terinfeksi HIV, maka bisa lebih cepat juga ditangani untuk menjaga supaya masa puncak keparahannya bisa ditunda. Meski belum bisa mengobati minimal membantu menjaga kondisi ODHA supaya tetap bisa produktif.

Awalnya belum terpikir untuk menulis tentang HIV AIDS ini. Tapi tayangan berita yang sempat kutonton siang tadi membuat pikiran ini bekerja, dan menggoda jemari untuk mengetikkan beberapa paragraf untuk berpartisipasi di hari AIDS sedunia tahun ini. Berita tadi siang menayangkan kisah seorang pria yang positif menjadi ODHA, dan diduga itu terjadi karena malpraktik. Miris bukan? Di saat luar sana banyak para ODHA yang mengalami diskriminasi karena ulah "kenakalannya" mendekati faktor risiko terinfeksi HIV, orang ini yang katanya menjalankan hidupnya baik-baik saja malah terinfeksi HIV. Mungkin berita itu ditayangkan untuk menyampaikan pada publik bahwa masih ada saja orang yang mengucilkan atau bersikap diskriminatif pada ODHA. 

Kenapa Saya katakan demikian? Karena berita itu menitikberatkan pada kondisi ODHA tersebut yang bagaikan sudah jatuh tertimpa tangga. Siapa sih yang mau sakit, atau padahal sudah menjalani kehidupan secara baik, tapi takdir menentukan bahwa dia harus terinfeksi HIV, dan kemudian diceraikan oleh istrinya. Apalagi jika alasannya karena tidak mau menanggung malu dan aib. Aib? Masihkah adil jika itu dikatakan aib jika terjadi bukan karena kelalaian menjaga kesehatan dan gaya hidup? Itu terjadi karena menjadi korban praktik kesehatan (katanya). Mungkin ini juga bukan sepenuhnya salah istrinya, tapi kondisi masyarakat yang masih belum paham betul, dan seringkali memandang ODHA dengan pandangan negatif. Selalu mengidentikkan HIV-AIDS dengan perilaku "nakal" di masa lalu.

Ada banyak ODHA yang menerima nasib itu bukan karena kisah "nakal"nya sendiri, tapi hanya menjadi korban. Misalnya anak yang terinfeksi HIV sejak lahir, kasus terinfeksi HIV karena malpraktik, ulah orang-orang yang dengan sengaja menyebarkan HIV (mungkinkah mereka bertindak demikian karena diskriminasi yang diterima dari masyarakat?). Jadi ingat kalau beberapa tahun lalu Saya sempat mendengar adanya peringatan untuk hati-hati ketika berada di tempat-tempat umum. Karena bisa jadi di kursi bioskop, kursi transportasi umum, atau di tempat umum lainnya ada yang menyebarkan jarum yang telah terinfeksi HIV. Entah itu nyata atau sekedar isu yang bisa membuat ODHA semakin dikucilkan.

Sosialisasi. Sebenarnya tanpa terlalu banyak sosialisasi pun, di zaman serba internet ini, jika saja para keluarga atau masyarakat yang di lingkungannya terdapat ODHA, bisa mencari tahu apa-apa saja hal meningkatkan risiko penularan HIV-AIDS. Minimal perlakukan mereka sewajarnya seperti orang lainnya, berjabat tangan dan sekedar menyapa atau mengobrol, tidak akan membuat kita terinfeksi HIV. Mungkin jika boleh Saya menyarankan jam tayang sinetron (khusnya di waktu prime time) yang kurang mendidik, bisa diganti dengan tayangan bisa berupa drama atau sinetron yang menceritakan tentang ODHA yang tidak sepatutnya mendapat diskriminasi, sekaligus memberikan pendidikan bagaimana pencegahan dan penanganan jika terlanjur terinfeksi HIV. Khususnya apa-apa saja yang harus dilakukan keluarga ODHA untuk memotivasi anggota keluarga mereka yang (tidak pernah terbayangkan) harus berbagi tubuh dengan makhluk bernama HIV. Tentunya tanpa dibumbui oleh tokoh antagonis yang jahatnya di luar batas, atau konflik yang berlebihan. Intinya mendidik masyarakat dengan cara yang tanpa disadari  penonton bahwa mereka sedang belajar.

Hehe, mungkin Saya memang cuma bisa ber-opini di sini, dan sama sekali belum bisa menyumbangkan sesuatu hal yang nyata terkait ide di atas. Tapi setidaknya Saya harap suatu saat tayangan tersebut bisa ada, atau tayangan TV mendidik lainnya bisa banyak bermunculan kembali. Tidak hanya mensosialisasikan masalah HIV-AIDS saja, begitu pula masalah kesehatan lainnya, dan masalah lain non-kesehatan yang selama ini diperlukan masyarakat untuk membuat hidup menjadi lebih baik, aman, penuh toleransi, tanpa adanya diskriminasi atau kekerasan baik fisik maupun psikis. Semoga tidak hanya sekedar wacana di setiap tanggal 1 Desember. Karena AIDS bukanlah masalah yang muncul di tanggal 1 Desember saja. Sekian :).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar