Daisypath - Personal pictureDaisypath Anniversary tickers

Sabtu, 27 Oktober 2012

Ikan dan Imajinasiku

Kita memang tidak bisa memilih sebelum dilahirkan ke dunia. Mau jadi makhluk jenis apa, dan bagaimana kita harus menjalani kehidupan. Tapi bolehlah sesekali kita berimajinasi, jika ada yang mengajukan pertanyaan, " Seandainya kamu dijadikan binatang, ingin jadi apa?" Setiap oran pasti memiliki imajinasi dan keinginan nyeleneh masing-masing, yang bisa jadi kemungkinan besar merupakan cerminan akan harapan dan impian yang belum tercapai.

Kalau saya pribadi jika dibolehkan memilih saya ingin menjadi ikan. Bukan hanya karena nama Saya yang juga persis sama dengan nama salah satu ikan air tawar, yang seumur hidup belum pernah saya cicipi untuk memakannya. Mungkin kalau pun disodorkan sepiring ikan Nila matang pun, belum tentu tega memakannya karena merasa memiliki persamaan nama.

Alasan pertama adalah ikan merupakan salah satu binatang yang menurut hadits (kalau tidak salah), bangkainya adalah halal untuk dikonsumsi. Maka, jika satu-satunya pangan yang ada hanya ikan, maka tidak ada keraguan untuk seluruh kaum muslim untuk mengkonsumsi berbagai jenis kelompok ikan-ikanan. Alasan kedua adalah, ikan bebas kesana-kemari selama masih di lingkungan perairan. Berenang tanpa jenuh, mungkin tanpa tidur karena selama ini belum pernah melihat ikan diam di tempat selain ketika ajal menjemput. Ini memiliki alasan pribadi karena Saya tidak bisa berenang, waktu kecil belajar berenangnya tidak tuntas sampai mahir. Alasan ketiga, di film "Finding Nemo" ada satu ikan berwarna biru, yang memiliki ingatan sangat pendek. Hanya dalam beberapa detik, sudah lupa kejadian sebelumnya. Jadi selalu merasa setiap hari adalah hari yang baru. Tidak pernah merasa bosan, dan pastinya tidak stres dengan berbagai permasalahan hidup. Maka jika pagi merasa sedih, marah, kecewa, atau takut diterkam mangsa, maka siang atau sore sudah kembali ceria mencari makanan (rezeki) untuk tetap bertahan hidup.

Back to the real, Saya hanya manusia dan sudah terlanjur diciptakan Tuhan untuk menjadi hamba-Nya dalam wujud manusia. Terima kasih Tuhan, Kau telah beri nikmat untuk menjadi seorang manusia, sehingga bisa menikmati proses menjadi seorang blogger. Loh???


read more »

Selasa, 23 Oktober 2012

84 Tahun Peringatan Sumpah Pemuda

 Bicara mengenai Sumpah Pemuda yang pertama kali diikrarkan pada Bulan Oktober, tanggal 28 di tahun 1928, maka mengingatkanku pada mata pelajaran favorit sejak duduk di bangku kelas 5 MI. Penyebabnya tak lain adalah karena untuk pertama kali (dan terakhir kali juga) mendapat nilai sempurna (100) karena saat ulangan IPS berhasil menjawab soal essay yang meminta untuk menuliskan teks proklamasi secara lengkap. Teman-teman yang lain juga benar semua jawabannya, hanya saja ada sedikit ada yang kurang saat menuliskan teks proklamasi, jadi rata-rata nilainya antara 95-98, nyaris sempurna. Sejak itulah sampai kelas 2 MA, tetap menyukai pelajaran sejarah. Waktu penjurusan meski hasil psikotes menunjukkan lebih cenderung ke bidang bahasa dan sosial, tapi tetap nekat memilih IPA, karena menghindari pelajaran ekonomi, yang saat itu selalu kesulitan membedakan antara debit dan kredit dari sebuah soal cerita khas ekonomi. Selain alasan tersebut, juga karena saat itu Biologi menjadi mata pelajaran bidang IPA yang kuminati, walaupun untuk matematika dan kimia jangan ditanya, mboten paham juga hehe.

Kembali ke sejarah dan tentang Sumpah Pemuda. Kalau sekarang tahun 2012, maka pada tahun ini adalah peringatan ke-84 tahun sejak pertama kalinya para pemuda dari berbagai daerah di Indonesia, berkumpul dan bersama-sama mengikrarkan sumpah yang terdiri dari tiga poin penting. Satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, yaitu Indonesia. Tidak ada lagi saling membanggakan suku, bahasa, atau kebudayaan daerah masing-masing, sebagai yang terbaik sedangkan yang lainnya lebih rendah.

Sederhana, namun tidak juga mudah diwujudkan meski zaman sudah moderen (katanya). Meski mayoritas kaum muda zaman sekarang menggembor-gemborkan gaya hidup yang (katanya lagi) mengedepankan pikiran terbuka. Menerima segala seuatu perbedaan untuk tetap bersatu dalam kedamaian dan toleransi, tapi belum semua kaum muda mampu menerapkannya. Lihatlah seberapa sering berita di TV memutar rekaman kaum muda (pelajar, mahasiswa, para pekerja, bahkan mereka yang sudah dipanggil "Ayah, Bapak, Papa" oleh anak-anaknya) begitu lihainya melempar batu, menusuk, membakar fasilitas umum. Hanya karena alasan memiliki perbedaan, terutama jika masalah utamanya berkaitan SARA. Nyaris sulit menemukan dua belah pihak yang bersebrangan pendapat, mampu duduk di dalam suatu ruangan, secara tertib dan damai menyelesaikan permasalahan. Padahal susah payah para pemuda Indonesia berjuang sampai lahirlah sebuah sumpah yang kini dikenal sebagai "Sumpah Pemuda."

Jika ditanya harapan yang tercetus dalam benak penulis setelah 84 tahun sejak peristiwa bersejarah tersebut, maka tidak muluk-muluk. Hanya ingin supaya tidak ada lagi kekerasan, tawuran, baku hantam, apalagi menimbulkan korban nyawa yang tidak ada sangkut pautnya dengan masalah yang diributkan. Hentikan semua kekerasan tersebut, apalagi jika permasalahannya hanya karena perbedaan hal-hal terkait SARA. Ingat kembali isi Sumpah Pemuda berikut ini:
  1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
  2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
  3. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. 

 Jika kita pernah mendengar istilah sesama bus kota dilarang saling mendahului, maka bolehlah kita gunakan kalimat sesama pemuda Indonesia dilarang saling baku hantam. Hehe maaf, sama sekali bukan bermaksud ingin menyamakan pemuda Indonesia dengan bus kota, hanya ingin sedikit membuat analogi yang lebih sederhana dan sedikit unik. Daripada dianalogikan dengan hal-hal serius, nanti malah jadi pusing membaca postingan ini, ya kan?

Sebagai penulis (walaupun hanya bisa jadi penulis blog pribadi di dunia maya) mungkin salah satu hal yang paling sederhana dapat dilakukan ya menulis. Maksudnya menuliskan ide, gagasan, pendapat mengenai kemajuan pemuda Indonesia. Selanjutnya jika memiliki link kepada organisasi, LSM atau lembaga yang bergerak dalam bidang peningkatan kualitas pemuda, segera salurkan ide atau langkah awalnya bergabung untuk bersama-sama memajuka Indonesia. Tentu saja dengan semangat persatuan, tanpa memandang suku, agama, apalagi sekedar tampilan fisik.

Fasilitas yang ada semestinya sudah cukup untuk membuat para pemuda melakukan hal-hal posititf. Hanya saja mungkin bagaimana mensosialisasikannya itu, yang membuat masih adanya pemuda yang bertindak anarkis, dengan alasan sulit menemukan fasilitas atau pun media untuk menyalurkan produktivitas dan kreatifitas mereka ke arah yang positif. Mungkin blog bisa menjadi salah satu alternatif untuk menyebarkan semangat persatuan, dan saling menghargai perbedaan yang ada. Selamat hari Sumpah Pemuda, semoga kita semua pemuda Indonesia tetap bersatu selama Indonesia masih ada di muka bumi ini.
read more »

Jumat, 19 Oktober 2012

INSOMNIA

Saat mata sulit terpejam, tidak selalu karena si empunya mata habis minum kopi. Bisa juga bukan karena banyak hal yang dipikirkannya. Namun, tanpa sebab yang jelas pun seseorang bisa merasakan bahwa tidur di waktu malam, yang bagi orang lain adalah kebiasaan, sesuatu yang wajar bahkan telah menjadi kewajiban rutin setiap hari. Tapi bagi yang merasakan sulit tidur, ini sangat sungguh menyiksa. Insomnia, begitulah kurang lebih apa nama untuk kondisi tersebut. Selamat malam, sekian info kecil untuk malam  ini.
read more »

(MENDADAK) KREATIF

 Ada yang bilang kreatifitas (kreatifitas atau kreativitas, tulisan bakunya) itu terkadang muncul di saat-saat kepepet. Di saat terdesak oleh keadaan, apa pun itu. Mungkin itulah yang terjadi padaku semalam. Saat mencoba membujuk adik sepupu yang masih berusia 4 tahun, supaya lekas tidur. Bukan hal yang mudah tapi juga tidak sulit namun perlu berbagai cara dengan memaksakan orang dewasa di sekitarnya lebih kreatif. Apalagi dengan suasana hati anak sekecil itu yang sedang ditinggal orang tuanya menunaikan ibadah haji. Mudah berubah-ubah, dan sulit diprediksi. 

Tapi satu hal yang membuatku takjub adalah, kemampuan si kecil yang bisa menyembunyikan perasaannya. Terutama kalau sedang diungkap atau dibicarakan mengenai Abah, Ibu, kata "Haji", dan tanah suci. Saat ada liputan berita haji di TV pun, dengan santainya dia bisa tersenyum sambil melontarkan celoteh khas anak kecil yang membuat kami tertawa. Padahal saat ditelpon orang tuanya, meski sebelum-sebelumnya ada banyak hal yang ingin dibicarakan, seketika itu dia diam hanya mengangguk-anggukkan kepala. Mata berkaca-kaca, tapi air mata ditahan menetes, sama sekali tidak menangis sewajarnya anak kecil, kalau ingin menangis, ya menangis saja.

Kembali ke masalah kreatifitas dan membujuk anak kecil untuk segera tidur. Mungkin zaman dulu, zaman Saya masih kecil masih akrab kata "dongeng." Terlebih lagi dongeng Si Kancil dengan berbagai kisahnya bersama Pak Tani, Buaya, sampai tentang perlombaan larinya melawan Kura-kura. Atau pesan moral yang disampaikan dari kisah Bawang Merah dan Bawang Putih, yang nyaris semua orang tahu ceritanya. Meski sudah jarang melihat orang mendongeng, Saya pun memaksakan diri mencoba untuk menjadi pendongeng dadakan buat Si Sepupu kecil. Awalnya tentang Si Kancil yang memakan habis seluruh Timun siap panen milik Pak Tani, kemudian tentang Si Kancil yang berhasil mengelabuhi para Buaya dan menjadikan Buaya sebagai jembatan penyebrangan di sungai. 

Dan semalam Saya nyaris kehabisan ide, karena hanya dongeng serba Si Kancil yang nyaris masih Saya ingat betul. Malam sebelumnya sempat mengarang dongeng hasil aransemen (emang lagu ^_^) cerita yang mendunia "Si Kerudung Merah dan Serigala." Tapi diubah dengan nama Indonesia (kalau ini request Si Putri kecil yang menamakan tokoh utama pakai nama temannya), dengan konflik dan ending cerita versi Saya (kalau ini memang lupa ending di cerita aslinya *_*). Akhirnya semalam keingetan kalau adikku punya file koleksi cerita anak-anak, tapi berbahasa Inggris. Dan inti dari postingan kali ini pun dimulai.

Meski itu cerita untuk anak-anak, tapi tetap saja secara tata bahasa menggunakan grammar dan vocabularies yang tidak sesederhana inti kisahnya (sok tahu menebak inti ceritanya). Maka dengan kesotoy-an tingkat tinggi Saya mulai mendongeng dengan hanya mengikuti beberapa kata yang dimengerti maknanya, selebihnya ngarang se-ngarangnya dan berusaha supaya ceritanya tetap bisa dipahami oleh seorang gadis usia 4 tahun. Berusaha menggunakan bahasa tidak baku, meski saat membaca teks Inggris itu selalu nyaris keceplosan kayak lagi belajar translate tugas bahasa Inggris zaman sekolah dulu. Parahnya lagi berusaha tiba-tiba nyiptain atau lebih tepatnya menggubah lirik lagu supaya sesuai sama cerita salah satu tokoh yang senang bernyanyi.

Jangan tanya semalam saya cerita apa saja untuk menjadi pendongeng dadakan (tapi lumayan seru, sambil mikir sambil memperhatikan ekspresi si pendengar, paham atau ga ya?). Wong, Saya sendiri sekarang lupa sendiri alur cerita karangan sendiri. Bukan cuma karena jumlah dongengnya yang lebih dari satu sebelum adik sepupuku benar-benar terlelap, tapi juga karena faktor kreatifitas spontanitas yang begitu mudah terlupakan. Mungkin jika suatu saat sedang ada mood untuk menulis cerita anak-anak, Saya akan coba memasukkan beberapa kisah karangan dadakan itu menjadi salah satu postingan di sini.

Jadi kalau orang bilang kepepet bisa membuat seseorang kreatif mendadak, Saya setuju 100%, meskipun kreatifitas tanpa sesuatu yang kepepet atau dalam situasi terdesak mungkin akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan sempurna (aduh, ngutip kata favoritnya salah satu Magician ^_*). Terima kasih sudah mampir dan sejenak membaca kisah unik ga unik yang penting ditulis.
read more »

Kamis, 18 Oktober 2012

Blogger Nusantara 2012???

Subuh-subuh keingetan kalau ada yang terlupakan yaitu tantangan untuk nulis antara pukul 00.00 sampai pukul 06.00. Di sisa menit terakhir ini baru tahu temanya tentang Blogger Nusantara 2012. Hmm, apa ya? Mungkin itu sejenis acara berkelanjutan yang diadakan oleh @dotsemarang setelah Liga Blogger Indonesia mendapat sambutan cukup baik (melihat dari daftar klasmen yang diupdate beberapa kali dalam seminggu) dari para pesertanya.

Pastinya pesertanya adalah para blogger asli Indonesia yang sama-sama mempunyai minat untuk menulis dan berbagi kisah pada dunia, hehe meski baru jagad dunia maya tapi suatu saat mungkin para blogger ini akan dipertemukan dalam suatu tempat dan waktu yang sama dan bertemu di dunia nyata. Melihat timeline di @dotsemarang juga kabarnya akan ada kelanjutan dari LBI, lalu para peserta akan diundang ke Semarang layaknya liga olahraga yang pada hari penutupan atau penyerahan piala, semua pesertanya diundang untuk merayakan sportifitas yang telah mereka berikan selama pertandingan berlangsung. Keren... Semoga di ajang LBI berikutnya bisa terus ikutan, dan akhirnya blog ini dipenuhi oleh tulisan-tulisan yang mungkin tahun depan saat membuka blog, hati ini bertanya-tanya "Beneran ni semua tulisan gue sendiri?"

Sip lah, meski hati masih juga penasaran seperti apa Blogger Nusantara 2012 itu, tapi kuyakin ini berhubungan dengan dunia tulis menulis di blog. Dan pastinya ada yang memotivasi untuk nge-blog itu rasanya senang sekali, tidak merasa aneh sendirian lagi ketak-ketik di dunia maya, yang pada awalnya mungkin dianggap tidak ada yang membaca tulisan kita. Toh, bukankah tulisan itu akan abadi sampai kapan pun? jadi tidak dibaca sekarang pun tak apa, akan ada masanya nanti, entah hitungan bulan, tahun, atau bahkan abad sekalipun, saat kita tidak lagi mampu meng-update tulisan, akan ada orang yang membaca tulisan kita.

Blogger Nusantara 2012??? I'll waiting for you ^_^
read more »

Rabu, 17 Oktober 2012

Bebas itu Milik Siapa Pun, Asal...

Bebas. Apa yang ada di benak pembaca saat tercetus sebuah kata tersebut? Mungkin yang paling banyak pertama kali terpikir adalah tentang sebuah kemerdekaan diri dalam bertindak, berpendapat, berbicara, dan menulis tentunya bagi para blogger. Namun, tidak ada yang benar-benar 100% bebas jika kita masih mau hidup harmonis dengan seluruh makhluk alam. Masih ada batas-batas tertentu, terutama di negara Indonesia yang penduduknya masih menjunjung tinggi masalah norma kehidupan (semoga masih banyak).

Berapa banyak jumlah film dan hasil karya berupa tulisan yang diprotes karena terdapat unsur-unsur yang dianggap melanggar norma, melecehkan agama atau budaya, memojokkan pihak tertentu? Berapa banyak juga orang-orang yang dianggap aneh, nyeleneh, atau bahkan yang kasarnya disebut sinting karena memiliki pendapat atau prinsip berbeda dari orang kebanyakan? Berapa banyak juga yang sesama keluarga, kerabat, saudara, teman, bisa dalam sekejap menjadi musuh karena merasa berbeda dan tidak dapat mentolerir adanya sebuah kebebasan, yang dianggap masing-masing pihak "Kamu salah, dan Aku benar."

Sebagai makhluk Tuhan yang dinamakan manusia, maka suatu kebebasan tidak akan jauh-jauh pembahasannya dari HAM, alias Hak Asasi Manusia. Suatu hal yang dapat memicu protes besar-besaran ketika seorang tokoh yang memperjuangkan HAM, secara tiba-tiba "dibunuh" oleh pihak yang mungkin merasa terancam dan bersalah akibat pernah mendzalimi orang lain, dengan melanggar HAM milik korbannya. Seseorang atau sekelompok orang baik dari komunitas agama, suku, atau pun profesi tertentu juga bisa meradang emosinya, ketika ada yang mencoba mengusik mereka dengan pelecehan terhadap norma atau prinsip yang mereka junjung tinggi.

Namun, terkadang tidak semua bisa menyikapi kemarahan dan ketidakterimaan akan hak dan kebebasannya yang dirasa dibatasi atau dilecehkan pihak lain, dengan cara yang baik nan damai. Beberapa di antaranya (seperti yang dikabarkan media massa) bahkan mengekspresikannya dengan melanggar hak milik orang lain juga. Contohnya, ketika ingin menyampaikan protes dengan berdemonstrasi, apakah harus sampai menimbulkan kerusuhan, merusak fasilitas umum yang dibangun dengan uang rakyat, atau bahkan melukai orang-orang yang sebenarnya tidak bersalah terkait apa yang mereka permasalahkan? Terlebih bertambah sedih melihatnya ketika sekelompok warga antar kampung tawuran, dan akhirnya membakar "komplek" rumah gubuk. Hampir semua orang berpendapat bahwa yang tinggal di rumah (yang mungkin tanpa dibakar pun dapat roboh dalam waktu singkat), adalah mereka yang belum tentu 3 kali sehari bisa makan meski hanya nasi dan lauk tempe tahu. Tapi masih pula dihancurkan dalam sesaat dengan kobaran api yang sengaja dimunculkan.

Apa atau siapa yang salah, bukanlah hal terpenting. Tapi masing-masing dari diri kita harus selalu memikirkan dan berusaha menghargai bahwa ada hak diri ini untuk memperoleh kebebasan, dan memang itu salah satu perwujudan HAM. Tapi kita harus ingat, ada hak milik orang lain yang juga mesti kita hormati. Tidak enak bukan rasanya saat hak kita dirampas atau diganggu orang lain? Dan jika hal tersebut terlanjur terjadi, merasa didzalimi, maka suarakan dan ekspresikan dengan cara yang baik, yang tidak menunjukkan bahwa diri kita "sebelas dua belas" dengan mereka yang mendzalimi kita. Jadi saling toleransi lah ya.
read more »

Kamis, 11 Oktober 2012

MEMETIK HIKMAH

 Dear my blog (begaya nostalgia zaman ABG yang sering menulis kata-kata "Dear my diary"). Sedang merapikan file-file di laptop yang hampir empat tahun menjadi sahabat setiaku, meski sempat beberapa kali di-"operasi" karena bermasalah sama LCD-nya. Laptop yang masih setia mau bertahan hidup atas bantuan "dokter" spesialis laptop dan komputer (kalo disingkat gelarnya Sp.LK, hehe ngaco dah). Terutama penyakit yang menyerang LCD-nya akibat kesalahanku mengajak si laptop naik turun angkot, diboncengin sepeda motor dengan guncangan kecil sampai guncangan hebat, tanpa pelindung tas khusus laptop. Karena dulu berpikir sepertinya cukup deh pakai tas ransel biasa, tapi itu dulu sekarang udah ada tas khususnya kok.

Lah, jadi ceritain si laptop. Oke, kembali ke aktivitas yang tadi kulakukan, ngeberesin file-file lama di laptop. Dan sampailah pada sebuah folder bernama "Kumpulan Tulisan." Jadi itu adalah folder tempat kumenyimpan beberapa tulisan yang sempat berhasil (ada yang selesai dan ada juga yang masih ngambang karena keburu merasa buntu tapi berharap suatu saat bisa dilanjutin) kubuat untuk latihan, atau diikutsertakan dalam lomba. Lagi-lagi pasti belum pernah menang, tapi tetap berusaha menulis dan menulis lagi. Ada yang berupa fiksi atau pun non fiksi. Mulai dari sekedar curhatan dodol cewek kurang pergaulan, sedikit berimajinasi dengan puisi atau cerpen abal-abal, sampai coretan sotoy yang berusaha mengingatkan diri sendiri dan orang lain melakukan hal-hal positif.

Salah satunya adalah sebuah tulisan, kalau tidak salah tulisan ini termasuk kategori artikel. Tulisan tersebut kubuat saat masih aktif mengikuti sebuah pelatihan menulis, dimana Aku memilih peminatan artikel yang mewajibkan kami pesertanya membuat sebuah artikel setiap minggunya untuk dibedah ramai-ramai barenga mentor dan teman sesama peserta. Jadi selain dibedah artikelnya, kami juga disarankan aktif mencoba mengirimkan artikel ke media massa (terutama media cetak). Waktu itu sepertinya Aku sempat mengirimkan artikelku ke redaksi koran ternama, yang memiliki kolom artikel bernuansa islami. Tapi, sudah diduga terutama karena baru pertama buat artikel, ya tidak diterima. Maka daripada membusuk di laptop (emang buah ya bisa busuk?) maka kuputuskan membaginya di sini. Lumayan menambah postingan kan? Memang tulisannya sudah lama banget dibuatnya, tapi yang penting tetap original karya sendiri ^_*.

Selamat membaca karya seseorang yang memaksa membuat artikel ini, kritik dan saran dengan senang hati diterima oleh penulisnya.

MEMETIK HIKMAH
Kehilangan, kegagalan, kekecewaan, dan hal yang tidak kita suka dalam hidup pasti pernah dialami. Namun, ketika itu dialami seseorang seringkali menjadikannya patah semangat. Padahal tanpa semangat bagaimana mungkin hidup kita akan menjadi bahagia? Bahkan kehilangan semangat dapat menghancurkan masa depan. Allah SWT berfirman dalam surat Al-isra’ ayat 83:
“Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia, niscaya dia berpaling dan menjauhkan diri dengan sombong; dan apabila ditimpa kesusahan, niscaya dia berputus asa.”
Hikmah bagaikan buah yang kita petik lalu dimakan dan zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya dimanfaatkan untuk kesehatan jasmani. Hikmah segala peristiwa yang ada harus diambil, direnungi dan dijadikan pelajaran berharga sehingga kita menjadi manusia yang bijak dalam menjalani kehidupan. Hikmah dari suatu kejadian yang pernah kita alami pun dapat diceritakan kepada orang lain. Terutama untuk menghibur dan memotivasi supaya orang itu bangkit dari keterpurukan.
Kebahagiaan yang kita rasakan di dunia belum tentu adalah yang terbaik. Begitu pula kesedihan akan musibah dan penderitaan yang dirasakan belum tentu hal yang buruk untuk kita. Hanya Allah-lah yang benar-benar tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Oleh karena itu sebagai makhluk Allah SWT  sepatutnya kita menerima segala ketentuannya. Hal ini dijelaskan di dalam surat Albaqarah ayat 216:
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S Albaqarah: 216)
Selalu melihat hal positif di balik semua kejadian yang dialami, meyakini bahwa setelah kesedihan selalu ada kebahagiaan, dan yakin bahwa kejadian apapun yang menimpa, adalah yang terbaik untuk diri kita.
Mari kita jalani kehidupan dengan sabar, syukur, tawakal, ikhtiar serta selalu ber-husnudzan akan ketentuan Allah. Hal-hal tersebut dapat membuah kita lebih ikhlas menerima apa yang kita dapatkan. Melihat dan memanfaatkan buah hikmah yang dihasilkan oleh setiap peristiwa.
Pondok Cabe, 29 Maret 2009
read more »

Rabu, 10 Oktober 2012

New Heart, New Eyes, New Kidney, and New Life for Other People

 Annyong haseo... Hehe lagi sok-sok-an menyapa visitors pake Korean language (namanya juga sok tahu jadi maaf ya kalau tulisannya salah). Ini ada sedikit hubungannya dengan sebuah drama korea yang tanpa sengaja semalam Saya saksikan di TV. Saat sedang jaga rumah selagi yang lain belum pada pulang. Drama-nya sih sudah lama dan kayaknya sudah beberapa kali diputar ulang di TV meski Saya belum pernah sekalipun menonton dari awal sampai akhir (maklum rada males kalau nonton drama korea harus baca subtittle ^_*). Judul dramanya "New Heart", mengisahkan tentang lika-liku, suka duka, dan bahkan berbagai konflik yang dialami para dokter sebuah rumah sakit universitas ternama di Korea Selatan.

Intinya bagaimana seorang dokter itu mampu menyelamatkan nyawa pasien, apalagi bedah toraks dan jantung berisiko tinggi, kalau pasien meninggal bukan mustahil keluarga pasien menyalahkan dokter meski sudah berusaha melakukan yang terbaik. Jadi semalam kebetulan ceritanya tentang transplantasi jantung (dibikin blur aja masih bikin merinding saat melihat proses operasi dan jantung yang dimasukkan dalam plastik, lalu disimpan dalam kotak es). Setelah sebelumnya banyak konflik dan masalah dimulai dari dokter yang dianggap cukup ahli sedang "terbang" ke Amerika, kemudian kesulitan mencari organ jantung yang siap didonorkan, sampai dilema seorang dokter muda yang juga ternyata putri dari pasien (direktur RS) yang sedang berada di antara hidup dan mati. Bergantung pada keberhasilan transplantasi jantung, menanti sekepalan jantung baru dari orang lain yang sudah meninggal (katanya sih besar jantung itu sebesar kepalan tangan kita, jadi kepalkan tanganmu kalau mau membayangkan ukurannya).

Ternyata dokter ahli tersebut sempat direndahkan (bahasa diganti didzalimi aja ya) oleh direktur RS, dan memutuskan untuk mengundurkan diri dari RS dan nyusul keluarganya di Amerika. Maka para dokter lainnya pun sempat kesulitan membujuknya untuk kembali dan menolong direktur yang juga sekaligus menjadi pasien yang harus diselamatkan kala itu. Bahkan saat putri direktur memohon kepadanya melalui telepon pun, tetap dijawab tidak bisa. Sampai akhirnya mungkin karena memang naluri seorang dokter adalah menyelamatkan pasien, maka tanpa menghiraukan sakit hatinya, dia pun bersedia mengoperasi direktur RS. Alhamdulillah, berhasil. Walau direktur RS-nya masih gengsi buat ngucapin makasih, yang penting satu nyawa bisa diselamatkan saat itu.

Nah, yang membuatku tersentuh adalah mengenai donor organ tubuh. Bayangkan kalau nanti kita meninggal, dikubur, dikremasi, atau diawetkan sekalipun, bukankah kelengkapan anggota tubuh tidak mempengaruhi proses penghitungan amal kebaikan kita di hadapan Tuhan? Jadi kalau ternyata masih bisa bermanfaat untuk orang lain, maka itu jauh lebih baik jika setelah meninggal nanti organ yang masih layak "pakai" ditransfer pada orang lain. Mungkin kalau di agama Saya ada istilah amal jariyah (amal kebaikan yang pahalanya masih bisa mengalir kepada seseorang meski sudah meninggal), mungkinkah donor organ bisa menjadi salah satu amal jariyah kita? Terlepas dari harapan untuk mendapat pahala, organ yang didonorkan dapat membuat yang sakit jadi sehat kembali. Mereka yang tidak dapat melihat warna-warni dunia ini, bisa melihat kembali. Mereka yang nyaris tidak bisa hidup lebih lama karena bergantung pada "cuci darah", bisa mendapatkan harapan baru untuk melanjutkan hidup.

Maka dari itu, sepertinya mulai detik ini kita harus menjaga kesehatan. Bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain, dan terutama jika niat untuk memberi manfaat bagi orang lain itu sudah ada. Niat membuat orang lain dapat meneruskan hidupnya dengan lebih produktif, walaupun jiwa sudah berpisah dengan raga kelak. Setidaknya ada beberapa organ tubuh yang bisa didonorkan, seperti kornea mata, ginjal, jantung, hati, dan sum-sum tulang belakang. Ada yang bisa didonorkan pada saat pendonor masih hidup, tapi ada juga yang didonorkan setelah seseorang meninggal dunia. Memang belum tentu semua orang mengizinkan bagian tubuh anggota keluarganya (terutama yang sudah almarhum) diberikan pada orang lain. Namun, semoga kelak makin banyak yang punya keinginan dan kesediaan mendaftarkan diri sebagai pendonor organ. Karena Indonesia memiliki banyak penduduk, dengan berbagai masalah kesehatan. Tapi juga tidak sedikit kan, yang  masih memiliki organ tubuh yang sehat saat meninggal nanti.

Jadi tidak ada yang salah kalau seseorang sedini mungkin mendaftarkan diri sebagai pendonor. Kan umur belum ada yang tahu sampai mana batasnya. Saya sendiri juga belum mendaftar atau tercatat sebagai calon donor organ, mungkin salah satu yang baru memiliki keinginan terpendam. Belum juga berani merealisasikannya dengan datang ke Bank Mata misalnya. Tapi keinginan ini yang mungkin juga mewakili suara hati banyak orang, bisa memantapkan hati kita supaya suatu saat bisa berpartisipasi memberikan secercah harapan bagi mereka yang membutuhkan.

Karena tubuhku bukan milikku sepenuhnya. Karena tubuh ini hanya amanah Tuhan yang mesti kita jaga semasa hidup. Karena ada kalanya saat jiwa meninggalkan raga, satu bagian atau beberapa bagian dari dalam raga ini begitu berarti bagi sesama. Mungkin lebih bermanfaat jika organ-organ tubuh ini melanjutkan hidup bersama mereka daripada terkubur saja di dalam tanah. Semoga kata-kata donor atau transplantasi organ tubuh tidak lagi menjadi hal yang tabu, tidak lagi dianggap sesuatu hal yang memicu kontroversi, semoga kelak kita bisa menjadi salah satu yang berpartisipasi di dalamnya. Sedikit mengacu pada judul drama korea tersebut, bagaimana kalau kita beri judul postingan ini dengan "New Heart, New Eyes, New Kidney, and New Life for Other."
read more »

Selasa, 09 Oktober 2012

Batik, Kini Bukan Sekedar untuk Kondangan dan Orang Tua Style.

 Salam sejahtera untuk semua... Mumpung masih bulan Oktober dan kebetulan dikasih tema untuk memposting tentang "Hari Batik Nasional", maka mari kita sedikit berbincang tentang batik (Asli Indonesia loh). Selamat Hari Batik Nasional, meski baru tiga tahun ditetapkan mudah-mudahan tetap akan selalu diingat oleh anak bangsa selamanya sebagai salah satu warisan budaya kita. Jangan hanya heboh digembor-gemborkan atau beramai-ramai berbatik ria di Bulan Oktober, tapi selamanya kita harus bangga pada batik.

Masih teringat dalam benakku (deuh,, bahasanya lebay nian) beberapa tahun lalu saat sebelum batik heboh diklaim sebagai budaya milik negara tetangga. Saat di mana batik masih identik dengan orang tua, bapak-bapak, ibu-ibu, dan hanya dipakai saat acara formal atau hajatan alias kondang bo'. Waktu itu masih sangat sulit menemukan manusia Indonesia, terutama di perkotaan yang dengan bangga berbatik ria. Kecuali anak sekolah, guru atau pegawai negeri yang biasanya diwajibkan dalam seminggu ada hari khusus untuk memakai pakaian batik.

Saya yang memiliki Mama yang berteman dengan para pengusaha kain/baju batik pun sesekali dibelikan baju atau rok bermotif batik. Lagi-lagi di saat batik belum menjadi tren fashion untuk segala usia seperti sekarang. Waktu itu dengan cueknya PeDe berbatik ke kampus (emang aslinya cuek bebek sama penampilan, dandan aja males apalagi masalah baju *_*). Walaupun tidak semua orang berani secara langsung mengkritisi gaya pakaian Saya, tetapi dari tatapan atau bahkan ledekan yang maksudnya bercanda pun Saya tahu bahwa saat itu ada mahasiswi kurang gaul nan bergaya lain daripada yang lain. Salah satu candaan mereka adalah "Mau kondangan ya bu?" Padahal atasan batik yang saat itu kukenakan, masih dipadukan sama bawahan rok jeans, untuk menimbulkan kesan sedikit santai ala anak muda. Apalagi kalau pake rok kain batik juga, bisa-bisa dibilang mau jadi penerima tamu di acara nikahan. 

Dengan senyum yang lebar dan tawa yang jauh lebih pelan dari ketawanya mbak Kuntilanak, kujawab ringan "Hehe, iya nih abis kuliah mau langsung ke Wisma Sy*hida." Sambil menunjuk suatu gedung di komplek kampus yang biasa disewakan untuk masyarakat umum. Dan kebetulan hari itu Sabtu pagi, jadi beneran ada yang pasang janur kuning di depan gerbang kampus. Dalam hati sih ada sekelebat pikiran, lihat aja nanti kalo batik udah jadi tren, kalian juga jadi salah satu orang yang bakal petantang-petenteng gaya berbatik meski cuma hangout di kantin (nyumpahin nih ceritanya? peace ya).

Setelah hari itu pun Saya memang tidak kecil hati untuk sesekali berbatik ke kampus. Tidak lama kemudian hebohlah berita yang menyebar dengan begitu cepat ke se-antero dunia. Berita kalau negara tetangga telah meng-klaim batik sebagai budaya negara mereka. Seketika muncul berbagai reaksi masyarakat Indonesia yang mayoritas tidak suka dan cenderung marah. Wajar sih, budaya yang jelas-jelas udah dari zaman baheula berasal dari Indonesia, tiba-tiba diakuin negara lain. Tapi seharusnya saat itu kita enggak cuma marah karena negara jiran itu ngaku-ngaku batik punya mereka, tapi lebih kepada penyadaran diri. Sudahkah kita sebagai anak bangsa benar-benar bangga dan melestarikan budaya negeri sendiri? Apa saat itu mungkin kita masih merasa risih dengan budaya sendiri, dan berbangga-bangga mengikuti tren luar negeri? Makanya kecolongan deh, negara gedung kembar itu mengakui batik sebagai punya mereka.

Sejak itu mulai menjadi tren memakai pakaian atau aksesoris bermotif batik. Para perancang busana asal Indonesia beramai-ramai mengenalkan batik sebagai fashion yang tetap bisa tampil lebih muda, moderen, dan cocok untuk segala usia. Bahkan tidak sedikit yang menyelenggarakan pameran baik di dalam maupun di luar negeri. Media massa mulai memberitakan batik yang semakin go international. Bahkan kalau diingat-ingat saat ada pertangdingan sepakbola antar timnas Indonesia dan timnas negara jiran tersebut, sempat ada anjuran yang tidak jelas dari siapa, untuk menonton pertandingan dengan berbatik ria. Bahkan di kantor atau kampus yang sebelumnya tidak diwajibkan berpakaian batik, jadi ada kesepakatan tidak tertulis yang menetapkan satu hari khusus berbatik ramai-ramai (Kebanyakan dipilih hari Jum'at).

Ya sudah, yang lalu biar berlalu. Saya juga belum benar-benar jadi anak bangsa yang sempurna memahami dan melestarikan budaya bangsa kita. Tapi setidaknya kita harus mencoba untuk tetap menyuburkan rasa bangga akan budaya sendiri. Maka ada sisi positif dari pengakuan negara jiran bahwa batik itu berasal dari negara mereka, yaitu pada akhirnya UNESCO menetapkan bahwa batik sebagai warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia ^_^. Dan pemerintah pun akhirnya menetapkan tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional.

Dan sekarang, sudah tidak ada lagi yang bilang pakai batik itu kuno, cuma untuk orang tua, cuma buat pergi kondangan, dan tidak bisa terlihat moderen. Sekarang semua rakyat Indonesia bangga saat memakai batik. Batik bisa diaplikasikan di pakaian formal, pakaian santai, pakaian tidur, sepatu, tas, dan bahkan para penggila gadget pun bisa bergaya dengan batik di aksesoris gadget-nya. O iya, satu lagi seorang musisi Indonesia juga ada yang punya mobil dengan motif batik :).

Selamat Hari Batik Nasional, semoga kami anak bangsa bisa terus melestarikan kebudayaan Indonesia meski era globalisasi telah menggempur dengan kekuatan dahsayatnya. Semoga budaya dan kesenian lain khas Indonesia juga semakin berkembang dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Aamiin.



read more »

Jumat, 05 Oktober 2012

Maka Aku Menulis

Karena tak semua kisah bisa dan mesti diceritakan.

Karena tak semua pendapat dan gagasan bisa langsung tersampaikan.

Karena ada hal yang cukup untuk disimpan sendiri, itulah rahasia.

Karena rahasia terkadang membuat sesak, bahkan sesekali ingin diungkap meski hanya di atas kertas.

Karena pesan tak harus diucapkan dalam bentuk lisan.

Karena kadang bibir terasa kaku untuk sekedar menyapa dan menyampaikan isi hati.

Karena tulisan kadang mampu meredakan emosi daripada sebuah nasehat panjang yang keluar dari mulut.

Karena kadang secarik kertas bersama sebuah pulpen bisa menjadi sahabat terbaik di setiap waktu.

Karena hidup ini harus tetap dijalani sampai kita mencapai batas waktu yang telah ditetapkan oleh-Nya.

Karena kita tidak tahu kisah siapa yang akan menjadi pelajaran berharga bagi manusia lain di masa depan.

Maka Aku Menulis....
read more »

Kamis, 04 Oktober 2012

Judulnya Apa Aja Boleh...

Perempuan, sulung, dan sudah berkepala dua (hiii serem), maksudnya berusia 20 tahun lebih apalagi nyaris 1/4 abad. Glek, serasa ada hujan es menimpa disusul dengan sebilah pedang besi menancap di jantung. Tatkala Sang Bunda menyampaikan kekhawatirannya, dengan sebuah pengharapan besar supaya Sang anak tidak menyesal di kemudian hari jika menikah di usia yang telat. Seperti halnya orang tua manapun di dunia yang mengharapkan kebahagiaan untuk anak-anaknya, setiap anak pun punya harapan ingin selalu membahagiakan orang tuanya. Apalagi dengan kenyataan bahwa sebesar apa pun kasih sayang atau sebanyak apa pun materi yang mampu diberikan anak pada orang tua, tak akan mampu membalas semua yang telah dikorbankan orang tua pada anaknya.

Namun, kadang kenyataan tidak sejalan sesuai harapan. Terkadang tidak semua yang orang tua harapkan akan sejalan dengan kenyataan atau pun sekedar harapan anak. Terutama salah satu hal yang kerap menjadi konflik, atau hanya sekedar uneg-uneg hati terpendam kalau ada yang menyinggung tentang jodoh. Huft, mungkin acara keluarga, nikahan, atau hari raya adalah moment dimana manusia-manusia dewasa muda mulai diteror oleh sebuah pertanyaan atau segerombolan pertanyaan (antara benar-benar bertanya atau sengaja menyindir meski sudah tahu kenyataannya), "Mana pacarnya?", "Mana calonnya?", "Kapan nikah?". Meski berusaha bisa menjawab dengan tersenyum, "Segera, doain aja ya, atau mau nyariin?". Gubrak. Asli deh meski kebanyakan mereka yang ditodong pertanyaan itu memasang wajah ramah (atau terpaksa ramah karena yang nanya lebih sepuh?), di lubuk hati terdalam pasti ada setitik rasa BT. Sambil berharap bisa secepat mungkin menghilang dari kerumunan itu, apalagi kalau di antara anggota keluarganya yang berani nikah muda, berusia di bawah orang yang ditanyain.

Emang sih katanya menikah itu ibadah, menjauhkan maksiat, dan terutama kata orang tua dulu, semakin muda usia perempuan saat menikah, maka ada lebih banyak keuntungan daripada menikah di atas 25 tahun. Tapi, bukankah semua itu ada yang mengatur, Tuhan. Memang manusia disuruh usaha, tapi usaha buat mereka yang juga sudah benar-benar siap secara mental khususnya untuk masa depan. Lah, kenyataan yang ada meski di zaman modern pun, orang tua semakin risau saat anak terutama perempuan berusia 20 tahunan masih cuek bebek dan belum mau memikirkan tentang pernikahan, dan mulailah nyomblang-nyomblangin alias menjodoh-jodohkan anaknya dengan kerabat dari kerabat temannya. Atau dengan teman dari teman dari kerabatnya (halah,, ngelantur).

Fenomena ini mengingatkan akan kisah Siti Nurbaya, yang diharuskan mau menerima perjodohan dengan pria tua namun berharta benda melimpah, dengan harapan orang tuanya yaitu anaknya bahagia karena memilih juragan kaya daripada pemuda sederhana yang sebetulnya telah berhasil mendapatkan hati seorang Siti Nurbaya. Tentu saja sekarang ini perjodohan tidak hanya berdasarkan alasan materi seperti kasus Siti Nurbaya, namun lebih dari itu. Karena agama, ilmu, latar belakang pendidikan, dan segala hal yang memang tidak berkutat di status sosial atau harta duniawi saja. Meski banyak yang tanpa perlawanan menerima perjodohan macam ini, ada pula yang berkeras ingin mencari sendiri terlebih dahulu. Atau ada sebagian lainnya yang tidak melawan namun dalam hati tetap berharap tidak jadi dengan seseorang yang dipilihkan orang tuanya, hanya demi satu alasan. Berusaha tidak mengecewakan orang tua, meski hati belum bisa menerima perjodohan.

Banyak mereka yang bahagia karena dijodohkan (kata orang-orang), tapi bukan tidak mungkin banyak juga yang hanya berpura-pura bahagia demi melihat orang tuanya bahagia. Melihat bagaimana orang tuanya bergitu antusias pada si cowok yang sama sekali belum dikenalnya, tentu tidak akan membuat sang anak tega secara tegas menolak hal itu. Apalagi jika kenyataannya sang anak memang tidak memiliki hubungan terikat dengan laki-laki yang biasanya disebut pacar, kekasih, atau apa lah itu namanya. Namun, ketika hati sudah terikat pada satu nama, meski hanya cinta diam-diam pada orang yang jauh dari harapan orangtua, seketika itu pula sulit berkata jujur. Dilema antara galau berkepanjangan atau harus membuat orang tua sedih karena sang anak yang hanya bisa memendam rasa selama bertahun-tahun.

Haruskah seseorang menikah? O iya katanya itu ibadah. Tapi kenapa banyak mereka yang mengkhianati sebuah janji yang mereka buat sendiri? Ada yang selingkuh, poligami tanpa sepengetahuan istri pertama, atau bahkan dengan mudahnya bercerai hanya karena alasan sudah tidak ada kecocokan lagi? (alasan simpel para artis kalau kabar perceraiannya muncul di infotainment) Mungkin begitulah daur hidup manusia. Menjadi janin di rahim, melewati masa bayi, anak-anak, remaja, menyelesaikan pendidikan, seolah stigma orang-orang yang benar-benar bekerja ya harus masuk 5 hari seminggu dari jam 8 sampai jam 5 sore, kemudian menikah, punya anak melanjutkan pewaris gen keluarga, lalu membesarkan anak dan kemudian baru tenanglah untuk meninggalkan dunia.

Padahal umur, ajal, itu misteri Tuhan. Maka, tidak harus ketika orang-orang seusia diri kita sudah pada punya anak, lantas diri ini menjadi minder karena belum bertemu soulmate. Ketika orang-orang seusia diri kita sudah punya mobil dan rumah pribadi, janganlah kita selalu memandang diri rendah dan mereka yang tinggi, paling sukses dan bahagia. Kita dapat melakukan hal-hal lain yang tidak bisa mereka lakukan. Karena sukses dan bahagia tidak diukur dari pandangan masyarakat. Kita yang tahu diri sendiri apa yang diinginkan, dicapai dan dikerjakan untuk mengisi hari-hari berkurangnya masa hidup. Passion, sebuah kata yang sering terdengar namun masih jarang menemukan mereka yang benar-benar hidup dengan passion-nya.

Karena hidup hanya sekali, maka hiduplah yang berarti. Bagi diri sendiri dan mencoba berarti bagi mereka yang menyayangi kita. Mencoba jujur meski harus menyisakan sedikit luka, memang berat. But, keep trying to tell the truth of our heart. I'll try, you'll try, and we'll try to do the best.


read more »

Rabu, 03 Oktober 2012

Liga Blogger Indonesia, I am Coming :)

Li-ga Blog-ger In-do-ne-sia. Ku-eja tiga kata tersebut dalam hati saat tanpa sengaja membaca informasi mengenai sebuah lomba blog yang sepertinya ada hal yang membedakannya dari beberapa kompetisi blog yang sudah ada. Sembari mengira-ngira gerangan apakah acara yang dimaksud? Kata "Liga" bagiku identik dengan suatu pertandingan olahraga, khususnya sepak bola. Olahraga yang sampai saat ini tidak kumengerti istilah-istilahnya kecuali "gol" dan "penalti."

Sempat terpikir bahwa akan ada suatu pertandingan (entah berkaitan dengan menulis atau bukan) secara tatap muka antar blogger. Tapi ternyata ini adalah suatu kompetisi secara online, yang pesertanya cukup memposting tulisan di blog-nya. Walaupun ada tema khusus yang ditentukan setiap minggunya, tetapi jika menulis tema lainnya pun tetap mendapat poin, tentunya dengan jumlah poin yang lebih kecil. Kan intinya adalah memotivasi supaya para blogger lebih semangat untuk menulis secara rutin, syukur-syukur bisa menang untungnya berlipat hehe.

Wow!!! Kali ini Aku benar-benar bisa bilang "Wow" sembari mengetik pastinya (karena ga mungkin koprol sambil ngetik ^_*). Apalagi kalau bukan karena Liga Blogger Indonesia (LBI) ini akan sangat membantuku dalam mendisiplinkan diri memposting tulisan di blog setiap minggunya minimal 1 tulisan. Enggak perlu takut kehabisan ide seperti pengalaman yang sebelumnya, karena ada tema mingguan yang ditetapkan oleh panitia. Jadi kalau bingung mau menulis apa, ya diikuti saja tema tersebut. Kalau ada ide lainnya lumayan tulis lagi saja, bertambah deh postingannya. Ini dia lomba blog yang kunantikan. Benar-benar memacu semangat untuk menulis.

You know what? Sampai detik ini saat jari masih menari di atas keyboard laptop, Aku sama sekali tidak penasaran dengan hadiah apa sebetulnya yang akan diperebutkan oleh para blogger Indonesia. Bukan hanya karena sadar diri sebagai blogger yang masih "anak kemarin sore." Tapi juga karena tujuan ikut LBI adalah untuk kembali (lagi) berusaha konsisten menulis dan mempublikasikannya di blog secara rutin. Seperti harapan, impian, visi (atau apalah itu istilahnya) ketika pertama kali kenal sama "buku harian online" yang bernama "Blog." Waktu itu punya niat minimal dalam satu bulan akan ada tiga tulisan yang diposting di blog. Enggak mesti setiap minggu satu tulisan sih, saat ingin menulis ya menulis kalau lagi buntu akan ide, ya istirahat dulu. Asalkan sebulan 3 tulisan. Tapi cara itu kurang efektif, hehe kelamaan buntunya lalu tanpa terasa berbulan-bulan tanpa ada tulisan yang nangkring di blog.

Dan sekarang, saat yang tepat untuk memulainya kembali. Diawali dengan adanya LBI, dan bahkan ketika nanti LBI sudah selesai musimnya (harapanku sih LBI terus ada selamanya ya ^_^), Aku akan tetap berusaha rutin meng-update blog dengan berbagai tulisan. Entah dengan tulisan fiksi, non fiksi, sekedar informasi ringan dari sumber yang pasti harus dicantumkan, atau sekedar berbagi segala hal unik yang kutemui di sekitarku.

Welcome LBI!!! For all Indonesian Blogger, let's writing, posting, and sharing our story to the world. Good luck all ^_^ Semangat ya.... Hidup Liga Blogger Indonesia! Hidup blogger Indonesia!


read more »