Daisypath - Personal pictureDaisypath Anniversary tickers

Senin, 22 April 2013

Ini Museum Digitalku, Mana Museum Digitalmu?

Museum. Apa yang terlintas di pikiran kita saat kata tersebut kita baca atau dengar? Saya pribadi akan mengingat masa-masa sekolah dulu, saat mengikuti kegiatan study tour, yang seringkali mengunjungi berbagai museum, dan mengerjakan tugas terkait mata pelajaran tertentu di museum yang dikunjungi. Intinya museum secara sederhana menurut  saya, adalah suatu tempat penyimpanan benda-benda bersejarah, baik sejarah yang bersifat nasional, internasional, serta didirikan dan dikelola oleh pemerintah atau oleh pihak swasta yang memiliki dana untuk memamerkan koleksi pribadinya pada masyarakat.

Namun, tidak harus menjadi orang terkenal atau memiliki harta melimpah terlebih dahulu, untuk memiliki semacam museum pribadi. Ini menurut saya loh, karena setelah beberapa bulan belakangan aktif nge-blog, ternyata blog itu bisa dikatakan sebagai sebuah museum digital milik pribadi atau kelompok jika sebuah blog dibuat untuk suatu komunitas atau kelompok tertentu. Terutama sebuah blog pribadi, yang sedikit banyak menceritakan tentang kisah hidup Sang Blogger. Menceritakan berbagai pengalaman hidup yang mungkin saat ini belum tampak manfaatnya, tapi suatu saat jika diperlukan maka kisah itu bisa dijadikan rujukan untuk orang lain yang ingin mengetahuinya. Juga dokumentasi ingatan kalau suatu saat kita mengalami amnesia alias lupa ingatan (waduh, korban sinetron nih).

Contohnya, saat ini saya bukanlah siapa-siapa, dan belum bisa dikatakan menjadi orang yang hebat, atau berguna bagi nusa, bangsa, dan agama. Tapi siapa tahu di masa depan, saya bisa melakukan beberapa hal yang memancing banyak orang ingin mengetahui sekelumit kisah hidup atau karya apa saja yang pernah saya buat. Maka, tidak perlu susah-susah mencarinya dan tanpa memerlukan biaya banyak untuk transportasi dan pulsa telepon. Cukup bermodalkan internet, yang sudah semakin murah (katanya) atau bahkan gratis dengan beberapa ketentuan, kemudian berselancar di internet dan temukanlah blog ini. Maka orang-orang akan tahu sedikit gambaran tentang siapa saya di masa lalunya. Kalau pun belum ada hal bermanfaat yang bisa saya lakukan, setidaknya saat nanti saya sudah tiada mereka yang belum sempat mengenal lebih dekat dengan diri ini, bisa membaca beberapa tulisan sebagai warisan yang bisa ditinggalkan untuk mereka yang memerlukannya.

Jadi, untuk memiliki sebuah mueseum pribadi, tidak perlu memiliki modal banyak. Tidak harus menemukan lokasi tanah atau bangunan yang akan disulap menjadi museum. Tidak perlu bingung memutuskan berapa tarif yang akan dikenakan pada para pengunjungnya, karena proses pembuatan museum digital ini juga bisa gratis. Kalaupun ingin memiliki website pribadi yang berbayar pun, tidak memerlukan biaya sebanyak museum fisik.

Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, kita buat museum pribadi kita, walaupun masih berbentuk digital dan gratisan. Walaupun tidak setiap hari bisa memperbarui tulisan atau berbagi hal menarik dari hidup kita, tapi setidaknya kalau dilakukan rutin terus menerus seumur hidup, salah satu manfaatnya adalah mengurangi risiko dari kepikunan. Karena proses menulis, akan membuat otak kita terus terasah mengingat suatu hal, memikirkannya, dan selanjutnya mengeluarkannya dalam sebuah tulisan.

Ini Museum Digitalku, Mana Museum Digitalmu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar