Entah obsesi atau suatu refleks tertentu yang tidak disadari ketika melakukan setahap demi setahap dalam rangkaian aktivitas menulis, ada satu hal yang sering terjadi dan baru disadari. Yaitu memasukkan kata mati, kematian, meninggal, atau apapun terkait ajal atau maut. Di beberapa tulisan saya, baik fiksi atau non fiksi, mungkin ada lebih dari lima tulisan memuat unsur tersebut, segala hal yang berhubungan dengan kematian. Mau jadi penulis spesialis kematian ya? Ngaco, emang ada apa istilah kayak gitu.
Ada apa? Tanpa diniatkan sebelumnya, hanya saja setiap kali kata tersebut muncul di pikiran, ya otomatis saya masukkan dalam artikel terbaru di blog ini. Begitu juga dengan beberapa karya cerpen (meski mungkin belum bisa dianggap cerpen oleh para penulis fiksi yang sudah mumpuni di bidangnya) yang pernah saya buat beberapa tahun belakangan ini. Selalu saja ada tokoh yang meninggal, hampir meninggal, atau baru saja berniat untuk mengakhiri hidupnya, meski gagal karena belum waktunya Sang Pencabut Nyawa bertugas.
Bohong jika saya mengelak pernah memikirkan kematian diri sendiri, yang entah kapan datangnya. Sedikit banyak tentu sebuah tulisan fiksi pun, akan mencerminkan beberapa hal yang ada di kepala penulisnya. Kecuali untuk penulis yang benar-benar jenius menciptakan sebuah dunia khayal yang murni tidak terinspirasi dari pengalaman atau persepsi pribadi penulisnya. Begitu juga dengan diri ini yang sempat memikirkan (beruntung belum melakukan) hal bodoh nan konyol untuk mencapai sebuah kematian.
Padahal sudah diajarkan sejak dulu, bahwa kematian itu hanya Tuhan yang tahu waktunya, saat itu tiba maka Tuhan akan mengutus malaikat pencabut nyawa menjemput kita. Di mana pun, kapan pun, dan apa pun aktivitas yang saat itu sedang kita lakukan. Ya, ketika emosi menguasai diri ini untuk bertindak konyol, maka sisi lain dari diri kita yang disebut akal akan mengingatkan apa-apa saja yang pernah dipelajari. Salah satunya adalah bunuh diri dengan alasan apapun tidak akan membuat kita memiliki peluang masuk ke surga-Nya. Terima kasih Tuhan telah mencegahku melakukan hal bodoh itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar