Saat mata belum mau terpejam, saat ini pula mengingat masih punya hutang puasa enam lagi, baru berkurang satu kemarin sore. Maka sesaat sebelum kaki kuajak melangkah ke dapur untuk mengerjakan sunnah sahur sebelum puasa, izinkan jari ini melakukan olahraga di atas tombol-tombol keyboard. Semoga suatu saat nanti jika raga ini sudah terpisah dari jiwanya, tidak ada lagi hutang yang kutinggalkan. Apalagi jika hutang itu tidak sebatas hutang pada sesama makhluk, tetapi juga hutang kewajibanku sebagai hamba Allah swt. Semoga, biidznillah. Aamiin.
Bicara tentang hal tersebut, berarti penting sekali ya ternyata berwasiat, minimal untuk memberitahu pada keluarga yang ditinggalkan mengenai hal hutang piutang atau janji yang belum tertunaikan. Buat mereka yang sudah memiliki materi berlimpah, memang sudah biasa selalu mempersiapkan wasiat, karena dikhawatirkan akan menimbulkan perpecahan keluarga jika tidak ada surat wasiat. Tapi bagi kita yang belum memiliki materi berlimpah, juga bukan berarti tidak perlu menuliskan wasiat, dan meng-update-nya secara berkala. Minimal kita catat di sebuah buku harian atau agenda, atau saat zaman sudah canggih silahkan dibuat di gadget masing-masing.
Ini juga hampir sama dengan menuliskan impian dan harapan kita di masa depan. Jika tercapai maka kita akan merasa puas dan bangga (tetap jangan lupa bersyukur) akan pencapaian itu. Kalau lah kemungkinan terburuk, hidup kita di-stop dan tidak bisa lagi meraih impian itu, minimal kita meninggalkan dunia tanpa menyesal karena belum memiliki impian yang akan diraih. Jika ada yang membacanya di kemudian hari, juga bisa memotivasinya untuk lebih giat meraih impian, ketika kesempatan itu masih dimilikinya.
Tapi karena tidak ada yang tahu kapan waktu "itu"datang, maka kita hanya bisa melakukan hal terbaik semaksimal mungkin. Membiasakan membuat jurnal harian atau sekedar menulis sebait dua bait rangkaian kalimat, tidak akan membebani diri seolah seberat saat akan menulis wasiat di kala sakit parah. Sebait dua bait rangkaian kalimat itu setiap harinya tanpa disadari akan menjadi sebuah rangkaian kisah hidup kita, dan dapat dijadikan referensi untuk meraih hidup yang lebih baik. Begitu pula jika saat jiwa sudah tidak lagi menyatu dengan raga, suatu saat akan ada manfaatnya. Kalau suatu saat kita menjadi orang yang terkenal pun, enggak perlu susah-susah mengingat masa lalu kita untuk dijadikan sebuah biografi misalnya. Halah, mulai ngelantur, tadi pembukaan ngomongin apa, pertengahan belok ke mana, endingnya rada kacau. Ya, maaf hanya sekedar ingin mengolahragakan jari walau kondisi pikiran tak mendukung untuk berpikir sistematis. Dah!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar