Air identik dengan masih adanya kehidupan yang berlangsung di suatu tempat. Manusia, binatang, dan tumbuhan, semua makhluk hidup memerlukan air walaupun dengan tingkat kebutuhan yang berbeda-beda. Terutama manusia sebagai makhluk yang paling mendominasi segala hal yang ada di muka bumi. Tentu saja karena manusia diberikan kelebihan berupa akal, sehingga dapat berusaha berpikir dan bertindak untuk tetap menjaga kelestarian alam dan ketersediaan air bersih untuk berbagai keperluan.
Akhir-akhir ini masalah yang menjadi sorotan utama di negara kita adalah banjir di Jakarta dan beberapa daerah di propinsi lainnya. Semakin berkembangnya kemajuan informasi, membuat masalah ini tidak hanya menjadi sorotan penduduk Indonesia, tapi juga dari negara lain. Apalagi status Jakarta sebagai ibu kota negara dan pusat pemerintahan, yang memunculkan isu untuk memindahkan ibu kota. Masalah isu tersebut sejenak kita kesampingkan terlebih dahulu. Karena ada hal yang lebih penting yaitu tentang ketersediaan air bersih, kesehatan dan produktivitas masyarakat.
Walaupun bumi ini sebagian besar terdiri dari air, tetapi yang banyak adalah air laut (air asin). Bukan air tawar, air permukaan, air tanah, mata air pegunungan yang layak untuk dikonsumsi dan berbagai keperluan terkait Mandi Cuci Kakus (MCK). Banjir yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia menunjukkan alam sudah mulai rusak, dan beberapa sebabnya juga karena ulah kita para manusia. Tidak bermaksud menyalahkan siapa pun, hanya ingin mengajak melihat fakta yang ada. Daerah pegunungan dan dataran tinggi yang normalnya banyak tumbuh pepohonan untuk menyerap air permukaan di akarnya, semakin berkurang lahannya. Banyak yang menjadikannya lahan bisnis di berbagai bidang, penebangan pohon secara besar-besaran, diubahnya tanah perkebunan menjadi villa atau tempat wisata yang dianggap penting untuk sektor pariwisata. Di daerah perkotaan juga demikian, nyaris tidak ada lagi daerah resapan air, setiap tahun selalu ada gedung tinggi yang baru dibangun. Daya tarik rezeki melimpah (katanya) di kota membuat banyak orang rela berbondong-bondong datang ke kota meski harus tinggal di lokasi ilegal, misal Daerah Aliran Sungai (DAS).
Katanya banjir besar seperti ini pernah dialami beberapa tahun silam. Kalau begitu bukankah dampak yang ditimbulkan oleh banjir sudah pernah dirasakan sebelumnya. Tetapi mengapa masih saja ada pembangunan villa atau gedung di tanah rawan longsor masih diizinkan, beberapa pusat perbelanjaan di Jakarta dengan cepatnya terus bertambah dengan alasan memenuhi kebutuhan pasar. Stop! Tolong hentikan itu semua, dan sebaiknya kita memfokuskan pada upaya untuk pencegahan banjir, melakukan penanaman pohon yang lebih banyak, dan menghentikan sejenak pembangunan gedung-gedung yang dapat mempengaruhi kerusakan alam. Setelah itu barulah menindak tegas terhadap kebiasaan membuang sampah sembarangan, yang sepertinya sudah mendarah daging di masyarakat.
Kekurangan air bersih dapat menimbulkan
berbagai masalah, terutama kesehatan. Tidak akan produktif dan bisa maju
jika manusianya tidak memiliki kondisi kesehatan yang baik. Berbagai
penyakit dapat muncul dari masalah ketersediaan air bersih. Meski saat
bencana banyak yang memberikan sumbangan berupa air mineral kemasan,
tetapi penulis tidak yakin kecukupan air putih mereka terpenuhi setiap
harinya. Kalaupun mencukupi, kondisi lingkungan yang kurang bersih,
tetap memungkinkan tercemarnya air yang akan dikonsumsi.
Orang dewasa dalam keadaan normal
(tidak sakit, suhu lingkungan normal, bukan ibu hamil dan menyusui,
serta melakukan aktivitas tidak terlalu berat) minimal membutuhkan
sekitar 2 liter (8 gelas @ 250 ml) air putih untuk diminum setiap
harinya. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka akan terjadi
kondisi kekurangan cairan (dehidrasi). Untuk mengetahui apakah diri kita
kekurangan cairan atau tidak, dapat dilihat dari warna/kejernihan
urine. Ada tabel PURI (Periksa Urine Sendiri), dengan delapan warna
yang dapat dibandingkan dengan warna urine. Untuk kategori warna di
kelompok 1, 2, dan 3, menunjukkan bahwa kita terhidrasi dengan baik
(sudah cukup mengkonsumsi air putih). Di kategori dengan nomor 4, 5, dan
6, berarti bahwa kita kurang terhidrasi dengan baik (membutuhkan
sedikit tambahan air putih lebih banyak dari kebiasaan). Sedangkan
dengan nomor 7 dan 8, menunjukkan bahwa kita sudah mengalami kekurangan
cairan, yang mengharuskan menambah sangat banyak jumlah air putih yang
diminum dalam sehari.
Tabel PURI
Maka untuk yang sedang tidak mengalami kesusahan mendapatkan air bersih, manfaat kesempatan sebaik-baiknya tanpa harus memboroskannya penggunaan air bersih. Gunakan seperlunya tanpa mengesampingkan kebutuhan yang harus kita penuhi. Dimulai dari kebiasaan kecil tapi rutin, minum air putih sebelum benar-benar merasa haus. Terkadang kesibukan membuat kita malas beranjak untuk sekedar minum air putih. Yuk, rajin minum air putih supaya tidak mengalami dehidrasi, tubuh semakin sehat, dan produktivitas meningkat. Eh, lupa belum minum air putih sejak satu jam lalu. Mari minum air putih minimal 8 gelas sehari.
Nila Amalia Husna
23 Januari 2013
*Referensi: Kurniasih, dkk. 2010. Sehat & Bugar Berkat Gizi Seimbang. Kompas Gramedia: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar