Pernahkah dalam kehidupan kita selama ini, melakukan atau tanpa sengaja berbuat hal yang konyol? Mungkin hanya 0,0001% kemungkinannya mereka yang merasa kehidupannya sempurna tanpa sekali pun terjebak dalam situasi konyol nan absurd. Begitu pula penulis, namun tentu saja tidak semua kejadian konyol yang mungkin jumlahnya tak terhitung itu, masih jelas diingat. Tetapi kadang saking konyolnya atau memang kejadiannya begitu meninggalkan kesan mendalam, maka ada saja kejadian aneh, konyol, dan mungkin sempat menjadi hiburan bagi orang lain (dengan menertawakan kita) itu masih teringat sampai saat ini. Betul atau betul? Hmm wajar kok, setidaknya hal seperti itu membuat hidup lebih berwarna. Setidaknya ada beberapa kekonyolan yang pernah Saya alami, dan memberikan suatu kesan, pelajaran, bahkan mungkin juga sedikit trauma. Tapi kali ini satu dulu saja ya, yang lain bisa diposting kapan-kapan. Sepertinya ini merupakan kejadian konyol pertama dalam hidup Saya, yang masih teringat sampai sekarang.
Kacang (jenis kacang tanah) goreng. Pasti semua orang tahu dan mayoritas pernah memakannya kan? Tapi mungkin juga banyak yang menghindarinya karena memiliki masalah jerawat. Saya sendiri sebenarnya sudah diperingatkan dokter untuk menghindari segala jenis kacang-kacangan, tapi tetap saja menghajar bumbu kacang kalau si somay tiba-tiba muncul di depan mata. Tapi kali ini bukan mau membahas jerawat ya, lain kali mungkin ada kesempatannya si Acne jadi bintang utama di salah satu postinganku.
Jadi begini kisahnya, suatu waktu di kala penulis masih berusia sekitar 5 - 7 tahun (enggak ingat pasti soalnya) menemukan ada toples berisi kacang goreng made by Sang Mama tercinta. Umur-umur segitu biasanya masih amat sangat terpengaruh dengan apa pun yang dilihatnya kan? Nah, itu juga yang terjadi padaku saat itu. Seketika ingat pernah melihat iklan ketika ada orang makan kacang dengan cara unik. Mungkin sebagian dari pembaca sudah menebak gaya apakah itu. Ya, gaya makan kacang yang dianggap keren (setidaknya oleh anak-anak), dengan cara melempar kacang ke atas, kemudian menengadahkan kepala, dan dengan sigap mulut menangkap kacang, lalu dikunyah deh. Tiba-tiba saja tercetus pikiran untuk mempraktekannya, meski tanpa latihan dan pengawasan dari sang ahli (apa sih).
Percobaan pertama, sebuah kacang goreng siap di tangan kemudian dilemparkan ke atas kepala. Meleset, dan sukses mendarat di lantai. Percobaan kedua masih gagal. Berkat kegigihan seorang bocah perempuan, akhirnya mencoba lagi dan lagi. Sampai akhirnya kacang goreng itu berhasil masuk.....hidung. Panik lah masa panik dong? Glek, seketika hening tidak mampu bersuara atau mengaduh memanggil orang dewasa yang ada di rumah. Mencoba sendiri menundukkan kepala dengan harapan kacangnya masih berada di pintu lubang hidung. Tapi naas, tidak ada sesuatu yang jatuh dari hidung. Bahkan ada sensasi rasa aneh di dalam hidung, hampir di bagian atasnya. Gawat, sepertinya memang menyangkut di situ. Ini harus dihirup atau dipaksa keluar seperti saat mengeluarkan ingus? Dilema, mau bilang orang rumah takut dimarahi karena memang itu kesalahan pribadi, tidak bilang tapi ketakutan sendiri. Akhirnya saat orang dewasa (lupa siapa yang dulu mengetahui kejadian ini) di rumah meihat gelagat aneh Saya, dan berusaha membantu setelah mendapat penjelasan ala anak kecil ini. Masih belum berhasil, sampai akhirnya Saya kelelahan mencoba berbagai cara untuk mengeluarkan kacang dari dalam hidung.
Saat itu hanya bisa duduk tegang sambil berdoa semoga tidak terjadi hal-hal yang membahayakan. Karena memang entah sugesti perasaan bersalah, atau memang tidak menimbulkan kesakitan, membuat Saya sama sekali tidak mengeluhkan rasa sakit. Makanya tidak ada tindakan lanjut dibawa periksa ke dokter. Beberapa jam kemudian, muncul sensasi menggelikan di hidung seperti orang yang akan bersin. Ternyata benar, dalam sekejap Saya langsung bersin dengan suara yang cukup menggelegar (emang petir?). Tampak seonggok benda kecil berwarna kuning kecokelatan di lantai setelah bersin yang cukup heboh itu. Yeay, kacang gorengnya berhasil keluar bersamaan dengan bersin tadi, masih dalam kondisi utuh tak berkurang. Atau memang bersin itu muncul karena bulu-bulu hidung sudah tidak tahan lagi berlama-lama membiarkan benda asing masuk daerah kekuasaannya? Ya, yang jelas Saya sangat senang saat itu, karena berhasil lolos dari bahaya yang bukan tidak mungkin mengancam nyawa (lebay ya, biarin memang sengaja mendramatisir).
Buat yang punya anak, adik, keponakan, atau mungkin cucu masih anak-anak sebaiknya diperhatikan lebih meski tidak perlu juga banyak melarang ini itu. Karena mereka memang masih pada usia yang senang meniru apa saja yang dilakukan oleh orang dewasa, terutama iklan memberikan pengaruh kuat juga. Dampingi mereka kalau sedang menonton TV, dan jelaskan bila ada hal-hal yang semestinya tidak perlu dipraktekkan di rumah. Cukup Saya saja ya yang mengalami kekonyolan ini, jangan diiikuti ya adik-adikku sayang (kali aja ada anak SD yang baca kisah ini). Tidak selamanya yang kalian lihat di TV itu, bisa dilakukan oleh siapa saja. Have a nice day!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar