Daisypath - Personal pictureDaisypath Anniversary tickers

Senin, 11 Februari 2013

Antara Perasaan dan Tulisan Kita.

Jika ada yang bertanya tentang gaya penulisan, maka Saya masih berada di area kebingunan untuk menjawabnya. Soalnya selama ini cenderung berlatih menulis apa saja, walaupun seringnya nonfiksi. Seperti yang pembaca temukan di blog ini. Warna-warni dan nyaris tidak ada tema khusus yang diutamakan. Karena memang targetnya adalah "Yang Penting Menulis (YPM)." Tapi bukan tidak mungkin suatu saat, setelah kutemukan di genre apa yang paling membuatku nyaman, maka di situlah Aku akan terus berkarya.

Seringkali saat berhasil menyelesaikan sebuah tulisan, dan berusaha ingin menulis hal lain dengan gaya tulisan yang sama, Saya mengalami kesulitan. Karena sebenarnya setiap tulisan, dan proses pengerjaannya memiliki suatu sensasi rasa tersendiri, yang akan mempengaruhi hasil akhirnya. Setiap tulisan kita, sedikit banyak mencerminkan perasaan/emosi yang kita rasakan saat itu.

Mungkin saat sedang bahagia, tulisan yang dihasilkan cenderung berhasil menyampaikan pesan optimisme kepada pembaca. Lain lagi ketika kita sedang marah, kecewa, atau bersedih. Sekalipun tulisan yang sedang dikerjakan, memiliki unsur semangat/kebahagiaan, maka kata-kata yang dipilih cenderung dapat menyiratkan bahwa si penulis dalam keadaan sebaliknya.

Mungkin hal seperti itu tidak kita temukan dalam sebuah karya tulis yang dikerjakan dalam waktu lama (berminggu-minggu atau berbulan-bulan). Tapi jika sekedar tulisan singkat seperti tulisan yang dipublikasikan di blog pribadi, biasanya dapat terlihat akan emosi penulisnya saat itu. Terutama jika blog yang dikelola bersifat personal blog, yang cenderung mengisahkan sebagian besar pengalaman hidup empunya blog.

Kadang kita tidak menyadarinya saat proses pengerjaan tulisan sedang berlangsung. Tapi setelah membaca ulang sekaligus mengedit tulisan itu, saat itulah kita menyadarinya. Tersadar bahwa secara tidak langsung perasaan yang terpendam, ikut muncul di dalam tulisan. Meski awalnya kita tidak berniat menunjukkan pada para pembaca, atau berusaha sekuat tenaga menyembunyikan kondisi hati yang sedang buruk saat menulis. Dan kadang tulisan itu menjadi pelampiasan sisi lain hati nurani, yang ingin menghibur bagian hati yang sedang terluka.

Kira-kira, tampak kah emosi apa yang sedang mendominasi diri Saya dalam tulisan ini? Atau ada yang mulai membaca ulang seluruh tulisannya, untuk memastikan kebenaran teori ngaco dari Saya? Hehe kalau memang benar, semoga bisa memberikan tambahan wawasan. Jika pendapat Saya ini salah, ya berarti hal ini hanya terjadi pada pengalaman menulis Saya pribadi. Have a nice Monday ^_^.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar