Setelah banyak (ga banyak-banyak amat sih) tulisan bercerita tentang Korea, kali ini kita coba membahas tentang India. Biar para fans Bollywod tidak iri dengan para K-popers, terutama setelah Jakarta kembali didatangi oleh para bintang Bollywood, belum lama ini. Sebenarnya waktu masih kecil, selalu heran kenapa si Mbak (asisten rumah tangga) sangat menggemari film India. Menurutku saat itu, film India terlalu banyak menyanyi, menari, kejar-kejaran, dan sering banget ada adegan berantem antara penjahat melawan polisi. Sama sekali tidak menarik. Masih ingat? Kira-kira seperti itulah gambaran film India di tahun 90-an.
Sampai suatu saat, antara tahun 1999 - 2000 (lupa, waktu itu kelas 5 atau kelas 6 SD) dua orang temanku sibuk saling menceritakan adegan demi adegan sebuah film. Berasa jadi makhluk yang paling ketinggalan zaman saat itu, karena tidak memahami maksud pembicaraan mereka. Dan ternyata setelah dijelaskan, barulah kutahu bahwa mereka sedang membicarakan film India yang lain daripada yang lain. Dengan cerita yang lebih moderen dan T.O.P B.G.T (kata mereka), judulnya Kuch Kuch Hotahe. Saat itu Aku cuma bisa menganggukkan kepala walau sama sekali tidak nyambung. Ya iya lah, waktu itu belum tahu Shah Ruh Khan, Kajol, Rani Mukhrejee itu siapa, kayak apa tampangnya, terus tiba-tiba diceritain ada tokoh bernama Rahul, Tina, dan Anjeli. Blank.
Beberapa tahun berlalu sejak masa itu, sampai akhirnya kembali mengetahui fakta bahwa banyak juga yang menggemari film India setelah masa kejayaan Kuch Kuch Hotahe. Ya, masuk pesantren dan bertemu banyak teman yang juga menggemari film tersebut. Bahkan beberapa kali saat ada panggung gembira (semacam pentas seni tahunan), ada saja yang menampilkan tarian+lip sing (play back disebutnya saat itu) dengan lagu-lagu India.
Dan saat kelas 3 SMP, tepatnya sewaktu liburan di sebuah villa milik salah seorang teman, dimulailah perkenalanku dengan film India. Kali ini cukup berhasil mengubah pandanganku tentang film India, yang tidak lagi selalu menampilkan adegan berantem antar penjahat dan polisi. Kabhi Kushi Kabhi Gham, sebuah film yang diputar di pagi hari sebelum dimulainya beberapa acara inti (kalau tidak salah waktu itu acara perpisahan seangkatan). Karena tidak ada lagi yang bisa dikerjakan, maka mau tidak mau kutonton juga film tersebut.
Seperti terbius, Aku bisa bertahan mengikuti jalan ceritanya sampai akhir. Dan berhasil membuat air mata mengalir karena adegan yang mengharukan. Jelas saja karena film tersebut menceritakan tentang kasih sayang antar orang tua dan anak, dengan segala permasalahan yang rumit. Bagian yang paling mengharukan adalah saat anak kecil yang keturunan India selalu berlatih menyanyikan lagu berbahasa Inggris. Sang nenek pun menyayangkan kenapa anak sekarang lebih memilih budaya asing dibandingkan budaya/bahasa Ibu yang seharusnya tetap dikuasai oleh anak-anak sekalipun tinggal di luar negeri. Ternyata di sebuah acara sekolah, si anak dan teman-temannya bukan menyanyikan lagu yang digunakan saat latihan, melainkan lagu berbahasa India. Kira-kira liriknya tentang Ibu. Otomatis terharu sekali kan ibu dari anak itu? Sukses membuat air mataku dan teman lainnya mengalir dari mata kami. Terutama karena kami saat itu memang tinggal di asrama yang tidak memungkinkan bertemu orang tua setiap hari.
Sip, sekarang film India tidak selalu membosankan bagiku. Tergantung kisahnya, dan terbukti memang tahun-tahun berikutnya bermunculan film India yang memberikan pesan moral, seperti: My Name Is Khan, 3 Idiots, dan Paa. Ya, intinya penulis sudah tidak anti lagi dengan film India, tetapi juga tidak bisa dibilang suka yang fanatik ^_^.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar