Daisypath - Personal pictureDaisypath Anniversary tickers

Minggu, 21 Juli 2013

CARA CERDAS PILIH JAJANAN SEHAT UNTUK ANANDA (4)

4.
KIAT CERDAS DAN TEPAT MEMILIH JAJANAN SEHAT
UNTUK ANAK

Dalam bidang kesehatan terdapat dua istilah yang sering disebut, yaitu pencegahan dan pengobatan. Pencegahan lebih baik daripada pengobatan, baik dari segi keparahan penyakit maupun secara ekonomi. Begitu pula mengenai masalah kebiasaan jajan pada anak. Apabila anak belum terbiasa jajan atau mengenal berbagai jenis jajanan di lingkungannya, maka kita harus mendidik anak untuk dapat memilih makanan dan minuman yang bersih, sehat, dan aman. Namun alangkah baiknya jika sebelum anak mengenal kebiasaan jajan, kita mengarahkannya untuk menghindari kebiasaan jajan, sebagai upaya meminimalisir bahaya kesehatan dari mengkonsumsi jajanan tidak sehat.

Apa yang harus kita lakukan? Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan mencegah permasalahan terkait kebiasaan jajan pada anak.

A.  Mengedukasi Anak tentang Gizi, serta Memilih Makanan & Minuman yang Sehat
Pendidikan mengenai gizi dan makanan yang sehat harus dimulai sejak dini, supaya ia dapat mengingat dan mempraktekkannya sampai dewasa. Kita harus aktif mencari informasi mengenai hal ini, sehingga tidak mengalami kesulitan ketika mengedukasi anak mengenai makanan, minuman, serta zat-zat yang terkendung di dalamnya.

Jelaskan bahwa jajanan dibuat dengan bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa atau pemanis buatan yang dapat menimbulkan penyakit. Hindari penggunaan kalimat larangan, terutama dengan kata “jangan” atau “tidak boleh”. Apabila anak dilarang terutama dengan kata “jangan” dan dengan bentakan, ia akan semakin penasaran. Bisa jadi tanpa sepengetahuan kita, anak berusaha mendapatkan makanan atau minuman yang dilarang.

Sebaliknya dengan nada bicara lembut, dan tidak secara langsung melarang, anak akan lebih mengerti. Apalagi menasehati anak dengan contoh-contoh nyata yang dekat dengan kehidupannya. Contohnya, “Dek, makanan itu rasanya enak ya? tapi kalau kamu kebanyakan makan itu nanti kamu bisa sakit kepala, enggak bisa belajar dan main sama teman-teman. Kalau sakit harus minum obat, Adek mau minum obat?” Atau jika anak memiliki hobi menyanyi, “Dek, katanya mau pintar menyanyi, kalau kamu minum itu nanti suaranya jadi hilang dan tenggorokannya bisa sakit.” Sesuai contoh tersebut, biasanya anak tidak suka minum obat jadi jelaskan bahwa jika ia sakit karena jajanan yang tidak aman, maka harus minum obat. Anak akan berpikir bahwa minum obat bukanlah hal yang menyenangkan, secara otomatis anak tidak mau mengkonsumsi jajanan yang tidak aman tersebut.

B.  Memperkenalkan Konsep Hemat kepada Anak
Kebiasaan jajan adalah salah satu perilaku konsumtif, yang dapat ditiru anak dari lingkungan, terutama keluarga sebagai lingkungan pertamanya. Orang tua yang memiliki perilaku konsumtif tinggi, seperti sering belanja berlebihan, dapat membuat anak bersikap boros. Hanya saja sikap boros anak disalurkan pada kebiasaan jajan. Maka orang tua sebaiknya berperilaku hemat jika tidak ingin anaknya menjadi “pecandu” kebiasaan jajan.

Sebaiknya sejak usia dini, anak diajarkan hidup hemat, dan menggunakan uang sesuai kebutuhan. Kita harus mencontohkan tradisi menabung atau menyisihkan sebagian uang yang didapat untuk simpanan, yang dapat digunakan saat ada kebutuhan mendesak. Membelikan anak sebuah celengan berbentuk lucu, merupakan salah satu cara mengenalkan konsep hemat dengan menabung. Akan lebih baik lagi jika kita juga terlibat dalam kegiatan menabung di celengan ini. Mulailah mengisi celengan dalam waktu yang bersamaan, dan buat seolah-olah ada lomba mengisi celengan. Maka ketika anak mendapat uang, ia ingat untuk menabungkan uangnya.

Membiasakan anak untuk saling berbagi dengan sesama manusia. Ajak anak untuk berbagi materi dan kebahagiaan kepada orang-orang yang membutuhkan. Hal ini dapat meningkatkan kepekaan sosial anak, selanjutnya beri pengertian bahwa tidak semua orang mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan mudah. Tidak semua orang memiliki uang banyak, dan bisa makan minimal 3 kali sehari. Oleh sebab itu sebagai manusia harus bersyukur dengan cara menggunakan uang sesuai kebutuhan.

Saat mengajak anak berbelanja, biasanya anaka akan meminta makanan, minuman, atau mainan. Tanyakan alasan dan seberapa penting manfaatnya. Misalnya anak merengek untuk dibelikan susu, roti, makanan ringan, dan mobil remote control. Jelaskan pada anak bahwa yang terpenting untuk kesehatannya adalah susu, dan roti yang akan dikonsumsi saat sarapan. Maka makanan ringan yang mengandung bahan penyedap rasa dalam jumlah besar, dan mobil remote control (mainan di rumah sudah banyak) tidak perlu dibeli.

C.  Mencontohkan Perilaku Hidup yang Bersih dan Sehat
Pernahkah kita mendengar istilah PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)? PHBS adalah “upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menyiptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya (http://usupress.usu.ac.id).”

PHBS dibagi menjadi 5 kelompok, berdasarkan tatanan (tempat sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain, berinteraksi, dan lain-lain): PHBS tatanan rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan, dan tempat-tempat umum (http://dinkes-sulsel.go.id).

PHBS di tatanan rumah tangga, bertujuan supaya anggota rumah tangga (keluarga) sadar, mau dan mampu melakukan tindakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Sehingga dapat melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Perilaku yang termasuk dalam PHBS di antaranya: cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan, cuci tangan dengan sabun setelah buang air di toilet, makan makanan yang bergizi seimbang, minum air putih minimal 8 gelas setiap hari, menggosok gigi minimal 2 kali sehari, dan beraktivitas fisik atau olahraga secara teratur.

Seseorang mendapatkan asupan gizi seimbang dari makanan dan minuman yang menyumbangkan zat gizi karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan serat. Namun, tidak ada satu pun bahan pangan yang memiliki semua zat di dalamnya. Maka setiap harinya kita harus mengkonsumsi beraneka macam bahan pangan. Biasakan anak mengkonsumsi buah dan sayur, karena selain mengandung vitamin dan mineral, buah dan sayur kaya akan serat. Serat berfungsi melancarkan pencernaan, dan memberikan rasa kenyang lebih lama. Maka keinginan jajan pun bisa berkurang.

Kebiasaan menggosok gigi secara teratur dan cara yang benar, dapat menjaga kesehatan mulut dan gigi. Apabila terjadi masalah pada bagian mulut dan gigi, biasanya akan berpengaruh pada pola makan anak. Misalnya, menghindari makanan bergizi karena tekstur makanan tersebut keras karena tidak kuatnya gigi untuk menggigit dan mengunyah. Apalagi pada masa anak-anak sedang tumbuh gigi susu sebagai awal pembentukan gigi menuju ke gigi dewasa.

Ajarkan anak untuk selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan, juga setelah buang air di toilet. Setelah bermain juga sebaiknya dibiasakan mencuci tangan dan kaki, dengan sabun. Hal itu dikarenakan kebiasaan main anak yang belum tentu bersih, bahkan beberapa anak sangat suka bermain tanah, dan pasir, yang bisa saja mengandung kuman atau parasit (cacing).

D.  Membiasakan Anak untuk Sarapan
Jangan remehkan sarapan, karena sarapan berfungsi sebagai cadangan energi di awal hari. Terutama untuk anak sekolah yang sejak pagi sudah harus berangkat ke sekolah dan paling cepat 4 jam kemudian baru pulang ke rumah. Anak yang melewatkan sarapan atau makan di pagi hari, akan merasa lemas dan kurang konsentrasi. Selain itu anak terus memikirkan jajanan apa yang akan dibelinya saat istirahat jika sebelum berangkat sekolah tidak sarapan terlebih dahulu.

Jika tidak sempat sarapan di rumah, sebaiknya bawakan bekal makanan, dengan jenis dan porsi yang berat (mengenyangkan) seperti nasi goreng, mie goreng, atau roti dengan isian daging atau telur. Bekal makanan ini dapat dimakan dalam perjalanan menuju sekolah, sesaat sebelum pelajaran dimulai, atau saat istirahat.
Biasakan makan bersama seluruh anggota keluarga setiap waktu makan. Makan bersama dapat mendisiplinkan anak untuk makan tepat waktu dan teratur, serta menambah semangat anak untuk makan. Ketika anak semangat untuk makan, sangat kecil kemungkinan terjadi masalah penolakan makanan. Jika sudah demikian, anak akan merasa kenyang saat menyantap hidangan utama, dan tidak ingin membeli makanan jajanan.

Makan bersama juga dapat mendekatkan hubungan antar keluarga, terutama antara orang tua dan anak. Jika hubungan antar keluarga baik, maka akan semakin mudah mendidik dan membesarkan anak menjadi anak yang cerdas, sehat, dan berkelakuan baik.

E.  Menyiapkan Bekal Makanan
Supaya anak tidak jajan, kita dapat menyiapkan bekal makanan untuk dibawa ke sekolah atau ketika bepergian bersama keluarga. Apabila tidak sempat memasak, kita dapat membelinya, atau memesan kepada penjual makanan yang diketahui menjual makanan bersih, sehat, dan menggunakan bahan-bahan yang aman untuk dikonsumsi.

Membawakan bekal makanan secara tidak langsung mengajarkan pada anak, mengenai jenis makanan yang aman dan sehat. Jadi ketika anak bertambah besar dan sudah bisa membeli sendiri jajanan yang diinginkan, kemungkinan anak tidak akan membeli makanan yang tidak seperti bekal makanannya sehari-hari.

Siapkan bekal makanan anak dalam penampilan, dan perpaduan warna makanan yang dapat menarik rasa penasaran anak untuk memakanannya. Di Jepang, salah satu kebiasaan orang di sana adalah menghias makanan bekal makan siang anggota keluarga (anak, suami, kakak, adik, dan lain-lain), dengan penampilan yang sangat menarik. Hal ini dapat membangkitkan selera makan. Seni menata bekal makanan di Jepang, dinamakan “Kyaraben”.

Kyaraben adalah singkatan yang berasal dari kata “charaben (character bento)”. Kyaraben adalah seni penataan bento (bekal makan ala jepang), dengan bentuk-bentuk menyerupai manusia, hewan, tanaman, dan karakter film (http://sekolahtetum.org). Di Indonesia, sudah ada beberapa komunitas yang mayoritas terdiri dari para ibu, menyelenggarakan acara berupa pelatihan (workshop), mengenai teknik menghias bekal makanan untuk anak. Hal ini bertujuan untuk membuat anak memakan habis bekal makanan mereka tanpa memilih-milih makanan, yang biasanya menolak makan buah atau sayur.

Kita dapat mencari informasi mengenai pelatihan seperti ini jika tertarik mengikutinya. Jika kita tidak memiliki waktu atau dana yang cukup untuk mengikuti pelatihan semacam itu, carilah informasi atau artikel di internet mengenai cara menata bekal yang menarik, dan mengandung gizi lengkap dan seimbang, serta dengan bahan pangan yang mudah didapat. Mudah dan praktis bukan?

F.   Membuat Camilan Sehat di Rumah, dan Mengajak Anak Memasak Bersama
Anak tidak menyukai bahan pangan tertentu, dapat disebabkan oleh berbagai alasan. Bosan, tidak enak, atau tidak menarik terkadang keluar dari mulut si kecil yang berusaha menolak makanan yang kita siapkan. Akhirnya anak lebih suka jajan, dan menyukai jajanan meskipun tidak aman dan tidak sehat bila dikonsumsi secara terus-menerus.

Masalah ini dapat diatasi dengan memulai membuat berbagai jenis camiln sehat di rumah. Anak sebaiknya dilibatkan dalam pengambilan keputusan mengenai camilan yang diinginkan, dan dilibatkan dalam proses pembuatannya. Mulailah dari camilan yang praktis dan mudah dibuat. Biarkan anak melakukan sendiri apa yang ia bisa lakukan, dengan bimbingan dan pengawasan kita atau orang terdekat di rumah. Ketika anak terlibat langsung, suka atau tidak suka ia merasa harus menghabiskan hasil masakannya sendiri. Apabila anak menyukai rasanya tentu bukan tidak mungkin di kemudian hari ia ketagihan melakukan kegiatan “masak-masakan” ini.

Saat ini banyak restoran atau lembaga pendidikan yang menyediakan kursus memasak khusus anak-anak. Hal ini juga bertujuan mendidik anak tidak terbiasa jajan, dengan cara mengajarkan memasak. Menu yang diajarkan biasanya terdiri dari camilan atau hidangan utama yang disukai anak, tetapi tetap mengutamakan aspek kebersihan, kesehatan, dan keamanan pangan. Lebih mudahnya kita dapat mencari informasi dari buku atau internet mengenai menu camilan sehat, kemudian mempraktekkannya bersama si kecil di rumah.

Setelah mempraktekkan berbagai menu camilan sehat dan bergizi, ada baiknya mengabadikan hasil masakan karya anak dengan kamera. Buat kliping (kumpulan) resep dan hasil foto makanan dan minuman sehat yang telah dipraktekkan. Kliping tidak hanya dapat dibuat di kertas atau dalam bentuk buku. Kemajuan teknologi seperti internet juga bisa dimanfaatkan, seperti situs jejaring sosial atau blog pribadi yang kita buat sebagai tempat berbagi kreasi masakan hasil karya orang tua dan anak. Dari internet terkadang banyak pengguna internet lainnya yang memberikan komentar, terlebih jika komentar positif dan saat kita menyampaikan pada anak, pasti ia akan merasa senang.

Anak akan merasa dihargai atas hasil karyanya, dan mengurangi keinginan untuk membeli jajanan di luar rumah. Selain itu mendokumentasikan resep camilan sehat, dapat menjadi panduan untuk menentukan camilan apa yang belum pernah kita sajikan kepada anak, sehingga tidak menimbulkan rasa bosan.

G.  Hindari Kebiasaan Memberi Hadiah Uang atau Makanan kepada Anak
Terkadang saat anak melakukan suatu hal positif atau berprestasi, keluarga atau orang terdekat memberikan uang, makanan atau benda lainnya sebagai hadiah. Namun, ternyata cara ini kurang bijaksana meskipun bertujuan menghargai usaha anak yang berkelakuan baik.

Lantas apa yang harus dilakukan? Bukankah mengacuhkan setiap perbuatan baiknya sama saja membuat anak merasa tidak dihargai? Berikanlah pujian kepada anak, karena dengan pujian anak akan merasa bangga dan berusaha melakukan hal-hal baik untuk seterusnya. Sesekali kita boleh memberikan hadiah, tapi jika terlalu sering akan menyebabkan anak berbuat kebaikan seolah mengharapkan hadiah. Jalan-jalan mengunjungi tempat rekreasi yang mengandung unsur pendidikan, juga bisa dijadikan alternatif hadiah ketika anak berulang tahun atau berprestasi.

Terlebih apabila hadiah yang diberikan berupa makanan enak tapi mengandung gula, atau penyedap rasa yang cukup tinggi. Maka membuat anak dapat mengidap kegemukan, atau gejala yang diakibatkan konsumsi MSG secara berlebihan. Makanan yang disukainya dapat membuat ketagihan, sehingga anak bisa memintanya setiap saat.

Hadiah berupa uang akan membuat anak ingin menggunakan uang tersebut untuk jajan. Apalagi jika anak tidak dibiasakan untuk hidup hemat, dan lingkungannya mendukung untuk melakukan kebiasaan jajan. Memberikan uang juga mengajarkan anak merasa meminta uang dari siapa saja, adalah hal yang wajar. Ini dapat membuat anak menjadi malas bekerja keras saat dewasa.

H.  Mengarahkan Anak pada Kegiatan yang Positif
Pada saat-saat tertentu seorang anak biasanya rewel atau susah diatur, untuk makan atau pun melakukan hal lain seperti mandi, sekolah, dan lain-lain. Untuk mengatasi hal tersebut terkadang kita atau pengasuh anak akan memberikan pangan jajanan supaya anak mau melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan.

Namun, kebiasaan ini sama saja mendidik anak untuk menggunakan senjata berupa tangisan dan teriakan saat menginginkan jajanan yang dimaksud. Jika anak rewel karena menolak makanan sebaiknya jangan dipaksa untuk makan. Seringkali karena rasa khawatir pada anak yang tidak mau makan, orang tua atau pengasuh akan memaksa anak dan memmarahinya. Jika hal itu dilakukan dapat membuat anak trauma dan merasa waktu makan adalah waktu yang paling tidak menyenangkan. Trauma yang terjadi sejak usia anak-anak akan sulit untuk dilupakan, dan banyak yang menetap sampai dewasa. Tentu kita pernah menemui orang dewasa yang tidak suka nasi, sayur, buah, susu, dan bahan makanan lainnya. Penolakan terhadap makanan bergizi itu, biasanya dimulai sejak kecil dan sulit untuk diubah.

Jika anak tidak mau makan, jangan dipaksa. Arahkan anak untuk melakukan hal-hal positif yang menyenangkan. Misalnya belajar sambil bermain, atau sekedar bermain bersama teman sebaya di lingkungan rumah kita. Setelah bermain maka anak akan merasa lapar, dan ia akan mengatakan ingin makan karena sudah lapar.

I.     Meminimalisir Waktu Menonton Televisi
Televisi sebagai media informasi berperan penting dalam mendorong keinginan anak mengkonsumsi produk makanan dan minuman yang diiklankan. Maka ketika menemukan produk sejenis, besar kemungkinan anak merengek ingin mencobanya. Ditambah lagi dengan banyaknya iklan produk makanan dan minuman yang mempromosikan adanya hadiah mainan, atau dibintangi oleh artis idolanya, tentu anak akan semakin tertarik.
Tidak hanya anak yang dibatasi menonton televisi, sebaiknya anggota keluarga lainnya juga tidak mengajarkan kebiasaan berlama-lama menonton TV. Dampingi juga anak saat menonton TV, sehingga kita dapat mengetahui informasi apa saja yang disaksikan. Jika ada sesuatu hal yang perlu mendapatkan pengarahan orang tua, hal tersebut dapat langsung disampaikan. Pilihkan acara yang bersifat mendidik, dan memberikan pengetahuan kepada anak.

Sebaiknya jangan letakkan TV di kamar anak, meskipun pada awalnya kita bertujuan menyediakan tontonan bermutu lewat tayangan TV kabel berlangganan. Keberadaan TV di kamar anak, dapat membuatnya kecanduan menonton dan sulit untuk belajar. Meletakkan TV di ruang tengah (ruang keluarga) akan memudahkan kita dalam mendampingi anak saat menonton.

J.    Trik Jitu Hadapi Anak yang Kecanduan Jajan
Masalah yang sering kita hadapi adalah ketika anak terlanjur melakukan kebiasaan jajan. Merubah kebiasaan jajan atau sekedar menasehati dan melarangnya mengkonsumsi jajanan tertentu, bukanlah hal yang mudah. Tetapi sebagai orang tua, kita harus cerdas dan mengetahui perkembangan pangan jajanan yang disukai anak, serta menggunakan cara yang tepat untuk mengajarkan anak untuk memilih jajanan yang sehat.

Pada dasarnya jajanan yang layak dikonsumsi anak harus terdiri dari syarat-syarat berikut: sehat (memenuhi kebutuhan gizi anak), bersih (terbebas dari kotoran/bahan cemaran), dan aman (tidak mengandung zat-zat berbahaya). Apabila anak sudah terbiasa membeli dan mengkonsumsi jajanan, kita harus mengetahui jenis pangan jajanan yang disukai anak dan teman-teman sebaya di lingkungan rumah dan sekolah.

Sebaiknya temani anak saat jajan supaya kita dapat mengetahui jajanan yang dipilihnya. Apabila kesibukan di luar rumah atau anak tidak dapat diawasi karena berada di sekolah, luangkan waktu santai untuk ngobrol dengan anak mengenai kegiatan sehari-hari. Dari obrolan inilah, kita dapat mengarahkan anak untuk bercerita tentang makanan dan minuman apa saja yang dikonsumsi dalam sehari. Dengan cara ini anak dapat menceritakan pangan jajanan yang dikonsumsi tanpa merasa ditanya. Jika langsung ditanya, anak dapat merasa disalahkan, terutama jika ternyata diam-diam anak mengkonsumsi jenis makanan atau minuman yang selama ini dilarang. Setelah itu barulah jelaskan segala sesuatu tentang jajanan secara perlahan secara menyenangkan.

Beberapa hal di bawah ini dapat kita jadikan acuan dalam memilihkan jajanan sehat, dan dapat disampaikan kepada anak supaya tidak salah memilih pangan jajanan:

1)   Perhatikan kebersihan lingkungan sekitar tempat penjualan makanan atau minuman jajanan.
Kita harus memastikan bahwa anak membeli makanan atau minuman dari tempat penjualan yang bersih. Lingkungan yang tidak bersih membuat pangan jajanan yang dijual mudah terkontaminasi oleh bakteri atau cemaran fisika seperti batu, tanah, dan lain-lain. Selain lingkungan yang bersih, penjual pangan jajanan juga harus dalam keadaan bersih dan tidak jorok. Penjual yang menggunakan peralatan makan ketika menyentuh dan menyajikan makanan tanpa kemasan, akan lebih higienis daripada penjual yang langsung menyentuh makanan dengan tangan.

2)   Usahakan memilih makanan yang disimpan dalam keadaan tertutup atau terbungkus.
Untuk menarik perhatian, biasanya penjual sengaja memajang pangan jajanan di tempat yang mudah terlihat. Namun, terkadang tidak memperhatikan aspek kebersihannya, misalnya gorengan atau kue yang tidak ditutup dengan tudung saji atau tidak disimpan dalam lemari kaca. Beberapa penjual makanan bahkan sudah ada yang mengemas jajanan dalam kemasan tertutup, sehingga tidak terlalu mengkhawatirkan untuk dikonsumsi.

Tertutup saja tidak cukup, beberapa bahan yang biasa digunakan untuk membungkus jajanan juga ada yang berbahaya untuk kesehatan. Kertas/Koran bekas, botol atau gelas bekas, dan kemasan makanan bahan sterefoam, adalah beberapa contoh dari bahan pembungkus yang tidak semestinya digunakan. Peralatan makan berbahan melamin juga sebaiknya dihindari karena bahan melamin biasanya mengandung racun formalin.

3)   Apabila jajanan yang dipilih merupakan makanan dan minuman kemasan (buatan pabrik), perhatikan informasi yang tercantum dalam kemasan makanan.
Kemasan makanan dan minuman biasanya diberi label bertuliskan informasi terkait produk tersebut. Itu merupakan suatu kewajiban produsen sebelum mendapatkan izin dari Badan POM atau Departemen Kesehatan. Informasi yang ditulis yaitu nama produk, tanggal kadaluarsa, komposisi bahan pembuat produk, nilai gizi yang terkandung dalam produk, juga nama dan alamat perusahaan yang memproduksi produsen.

Tanggal kadaluarsa menunjukkan batas waktu produk pangan aman untuk dikonsumsi, jika dikonsumsi melewati tanggal tersebut akan menyebabkan keracunan. Komposisi bahan memberikan informasi supaya kita sebagai konsumen mengetahui jumlah dan jenisn dari bahan-bahan pangan yang terkandung dalam suatu produk.

Sedangkan informasi nilai gizi memberi gambaran umum mengenai jenis dan jumlah zat gizi yang didapat dengan mengkonsumsi suatu produk makanan atau minuman. Ajarkan kepada anak yang sudah bisa membaca, untuk terbiasa teliti membaca label pada kemasan makanan dan minuman kemasan.

Banyak orang yang tidak teliti membaca label makanan karena ketidaktahuan akan pentingnya hal ini, selain itu mungkin juga dikarenakan tidak mengetahui maksud dari beberapa singkatan pada label makanan. Beberapa singkatan yang sering dicantumkan pada label makanan yaitu (Depkes, 2003):

a)      MD      : Makanan yang dibuat di dalam negeri. Pada label makanan akan tertulis MD yang diikuti sederatan angka sebagai nomor yang menunjukkan bahwa makanan atau produk pangan tersebut telah terdaftar di Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM) Republik Indonesia.

b)      ML      : Makanan luar negeri atau berbagai produk pangan hasil impor. Seperti MD, pada label makanan yang diimpor dan telah terdaftar di Badan POM akan tertulis ML disertai nomor pendaftarannya. Dengan demikian produk pangan tersebut aman untuk dikonsumsi.

c)      Exp      : Tanggal kadaluwarsa. Penulisan tanggal yang diawali dengan singkatan ini menunjukkan batas waktu makanan tersebut masih layak dikonsumsi. Sebaiknya dikonsumsi sebelum mencapai tanggal kadaluwarsa. Jika dikonsumsi melewati batas tanggal kadaluarsa maka memungkinkan terjadinya keracunan akibat makanan/minuman kemasan tersebut.

d)     SNI     : Standar Nasional Indonesia. Keterangan ini menunjukkan bahwa mutu makanan telah sesuai dengan persyaratan.

e)      SP        : Sertifikat Penyuluhan. Seperti MD dan ML, penulisan SP juga diikuti dengan deretan angka sebagai nomor pendaftaran yang diberikan oleh Dinas kesehatan kabupaten/kodya kepada pengusaha kecil dengan modal terbatas. Dinas kesehatan kabupaten/kodya bertugas mengawasi dan memberikan penyuluhan untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang berlaku.

4)   Menghindari makanan dan minuman yang berwarna sangat cerah, atau memiliki rasa agak pahit.
Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa tanda pangan jajanan yang mengandung pewarna terlarang, adalah memiliki warna mencolok (sangat cerah). Warna cerah biasanya lebih menarik rasa penasaran anak untuk mencobanya. Jelaskan pada anak bahwa tidak semua penjual jajanan menggunakan bahan pewarna yang aman untuk makanan. Beritahukan pula bahwa mengkonsumsi makanan dan minuman yang dibuat dari pewarna berbahaya, dapat menimbulkan penyakit sehingga ia tidak bisa bermain dan belajar dengan teman-teman. Selain dari warnanya, pangan jajanan berbahan pewarna terlarang biasanya menimbulkan rasa sedikit pahit saat dikonsumsi.

5)   Utamakan memilih jajanan yang dibuat dengan bahan pangan yang merupakan sumber karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral.
Karbohidrat paling banyak terdapat pada makanan pokok (nasi, ubi, singkong, kentang, jagung) dan berbagai olahannya, seperti: mie, pasta, roti, dan lain-lain. Daging, daging unggas, ikan, telur, susu, keju, tahu, dan tempe, merupakan beberapa bahan pangan yang mengandung protein tinggi. Sedangkan vitamin dan mineral banyak didapat dari sayur dan buah-buahan.

Meski dalam satu jenis jajanan belum mengandung semua zat gizi utama (karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral), setidaknya jajanan yang dikonsumsi bukanlah jajanan “miskin gizi”. Jajanan berupa permen, keripik, chiki, biasanya mengandung gula atau bahan penyedap rasa dalam jumlah besar. Maka jajanan “miskin gizi” tersebut sebaiknya tidak dikonsumsi, atau boleh dikonsumsi dengan jumlah sangat sedikit, dan tidak sering dikonsumsi.

6)   Memilih jajanan yang dijual di dalam kantin sekolah.
Kantin sekolah pada umumnya menyediakan makanan dan minuman dengan pengawasan berdasarkan standar tertentu yang ditetapkan oleh sekolah. Standar tersebut biasanya mengacu pada kebersihan dan keamanan pangan, serta lingkungan dan cara pengolahan yang higienis. Namun, biasanya masih terdapat pedagang kaki lima yang berjualan jajanan di luar sekolah (terlebih sekolah yang belum memiliki kantin). Biasakan anak untuk memilih membeli makanan dan minuman di dalam kantin sekolah, atau membawakan bekal makanan dari rumah.

Apabila kita merasa khawatir akan kebersihan kantin sekolah, hubungi pihak sekolah dan sampaikan mengenai hal ini. Dengan demikian sekolah dapat segera melakukan perbaikan pada kebersihan lingkungan dan pangan jajanan di sekolah. Unit Kesehatan Sekolah (UKS) biasanya berada di bawah pengawasan puskesmas di daerah sekolah berada. Mengawasi dan memastikan masalah kantin sekolah menjadi salah satu tugas UKS, seperti yang telah ditetapkan oleh Badan POM RI (2007) tentang peran pihak-pihak tertentu dalam pengawasan Jajanan Anak Sekolah (JAS). 

7)   Mewaspadai makanan dan minuman yang dijual dengan harga sangat murah dibandingkan yang dijual tempat lain.
Jajanan yang murah tidak selalu bergizi, tetapi jajanan yang mahal juga tidak selalu baik untuk kesehatan. Salah satu alasan produsen menggunakan bahan-bahan berbahaya yang ditambahkan ke dalam pangan jajanan, yaitu untuk menghemat biaya yang dikeluarkan. Dengan sedikitnya modal berjualan, penjual dapat memasang harga jajanan semurah mungkin tanpa mengalami kerugian.

Harga jajanan yang murah biasanya dapat menarik anak untuk membelinya, sehingga penjual tersebut juga mendapat untung karena dagangannya laris terjual. Makanan dan minuman yang dapat bertahan lama (tidak cepat basi) dan memiliki rasa sangat manis dengan harga cukup murah juga harus diwaspadai. Kemungkinan makanan dan minuman tersebut telah dicampurkan dengan bahan pemanis buatan dan bahan pengawet yang membahayakan kesehatan.

Harga jajanan yang jauh di bawah harga standar, juga patut diwaspadai. Kemungkinan jajanan tersebut sudah tidak layak konsumsi, seperti sudah basi, melewati tanggal kadaluwarsa, atau sudah tercemar oleh kotoran atau binatang yang dapat menyebarkan penyakit. Penampilan jajanan dari warna, bentuk, dan aroma dapat dijadikan acuan menentukan layak tidaknya suatu jenis jajanan dikonsumsi. Jajanan basi atau kadaluwarsa biasanya memiliki aroma tidak sedap, mengalami perubahan warna dan rasa, serta untuk kue-kue basah akan mengeluarkan lendir/tampak lengket ketika dipotong/dibelah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar