Daisypath - Personal pictureDaisypath Anniversary tickers

Selasa, 02 Juli 2013

Oh Gini Ya Rasanya Cetak Gigi

Mual. Setelah hampir satu jam baru berasa mual, hampir muntah. Ditambah lagi memang kondisi kesehatan yang agak kacau karena radang tenggorokan bahkan sudah beberapa kali bersin. Sudah mual, kemudian batuk karena ada sisa-sisa bahan pencetak gigi yang nyangkut di dekat amandel, terus eneg pengen muntah tapi enggak bisa.

Perasaan waktu di Puskesmas tadi sewaktu dokter mencetak gigi pakai sesuatu bahan berwarna biru bertekstur mirip pasta gigi, enggak ada masalah. Eneg juga masih bisa ditahan, cuma agak ngilu sedikit waktu cetakan tersebut akan keluarkan. Berasa giginya ditarik. Ternyata harus bikin gigi tiruan 2 buah, geraham kanan bawah dan kiri bawah. Siapa suruh trauma segala waktu kecil sama dokter gigi, jadi gini kan hasilnya telat dan susah sendiri. Siapa suruh juga dokter gigi yang nyabut gigi saya waktu SD itu, enggak ramah dan cenderung jutek padahal pasiennya anak-anak. Udah trauma sama sakitnya proses pencabutan, Bu dokter (karena udah agak sepuh mungkin jadi enggak ramah sama bocah) sama sekali enggak menenangkan. Malah sibuk menggerutu tentang keadaan gigi seorang anak yang katanya buruk. 

Bukankah pasien datang ke dokter karena ingin mengobati masalah kesehatannya ya? Jelas anak-anak digituin malah berasa takut dan ngerasa udah datang ke tempat yang salah. Masih kebayang tuh muka dokternya yang enggak ada sedikitpun menenangkan saya dan berusaha membujuk supaya tidak takut lagi kembali datang untuk kontrol. Alhasil, kalau tidak mendesak banget karena sakit, maka sebisa mungkin saya hindari klinik gigi. Gini deh akhirnya pakai gigi tiruan di usia belum genap 1/4 abad. Tadi aja waktu di Puskesmas, asisten dokternya aja pas bersihin karang gigi anak kecil, benar-benar membujuk supaya si anak santai dengan mengajak ngobrol tentang liburan. Dan sekedar tahu, dulu pengalaman traumatis yang saya alami itu terjadi di klinik gigi dari sebuah rumah sakit (sekarang rumah sakitnya sudah bergedung tinggi letaknya di depan kampus negeri kawasan Ciputat, tahu ya?). Meski beda tahun, tetap saja semua orang tahu perbandingan periksa di RS dan Puskesmas, mana yang lebih terjangkau biayanya.

Dengan berat hati saya katakan, lebih nyaman di Puskesmas, walau antrian panjang dan ruangan tidak ber-AC, tapi dari keramahan petugasnya tetap lebih unggul di Puskesmas, bahkan menurut banyak pasiennya yang beberapa kali saya temui di ruang tunggu, mereka mengakui bahwa keahlian dokter maupun asistennya tidak kalah dengan rekan sejawatnya di rumah sakit besar dan terkenal. Pantas saja meski kami sudah tidak tinggal lagi di dekat Puskesmas Pangkalan Jati, Komplek Angkatan Laut, Cilandak, tapi ibu saya masih tetap berobat ke sana sesekali waktu.

*Masih berasa mual jadi malas mengedit tulisan sesuai EYD.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar