Aku ingin menjadi manusia super egois. Aku ingin bisa mengutarakan apa pun tanpa takut ada yang sedih, marah atau kecewa. Aku ingin marah, teriak, dan menangis di hadapan mereka. Aku ingin menunjukkan wujud asliku. Tapi, itu semua nyaris mustahil untuk diwujudkan. Entah mengapa saat keinginan itu muncul, selalu saja aku malah sibuk menyalahkan diri sendiri, kembali menganggap bahwa semua yang terjadi adalah salahku. Mereka jelas bukan psikiater, tentu wajar jika tidak bisa menerima alasan drop, depresi, stres, atau tidak salah juga jika dikatakan hampir gila. Pasti mereka akan menganggapku mengada-ada, mencari perhatian dan sebagainya. Padahal jika memang aku mencari perhatian, sudah sejak dulu kulakukan ancaman percobaan bunuh diri di depan orang banyak, supaya mereka mau mendengarkanku. Tapi tidak kulakukan karena setiap kali aku merasa tertekan, menyalahkan diri sendiri, hanya satu hal yang kupinta pada Tuhan. Sesegera mungkin menghilangkanku dari pandangan dan kehidupan mereka. Kumakan makanan instan yang sudah kadaluwarsa, kuminum susu hampir basi, kupukul kepalaku sendiri, dan hampir saja kutelan cairan pembersih toilet tapi kumuntahkan kembali karena tidak tahan dengan rasanya yang aneh. Kumanfaatkan kesukaanku pada makanan pedas, dengan mengonsumsi cabai sebanyak mungkin. Tapi tidak ada satu pun keluhan atau kondisi kesehatanku yang terganggu sampai harus masuk rumah sakit. Jelas semua itu kulakukan diam-diam, tanpa ada yang tahu. Di depan mereka kutampilkan topeng lainnya, tetap terlihat baik, sehat, dan bahagia. Tapi dibelakang mereka kupikirkan bermacam cara untuk menghilang selamanya dari kehidupan. Ternyata Tuhan belum mau mengambilku, apalagi dengan cara yang belum mencapai taraf kenekatan tingkat tinggi. Sesekali saat melewati jembatan penyebrangan atau melintasi rel kereta api, aku memikirkan hal buruk. Jika saja tiba-tiba aku terjatuh atau tanpa kusadari kereta sudah datang menghantam tubuhku. Mungkin aku sudah tiada dan tidak lagi merepotkan semuanya. Dalam suatu perjalanan bersama mereka, kuberdoa jika memang ada hal buruk terjadi, maka biarkan aku saja yang jadi korbannya, jangan mereka. Ah, dan beberapa saat kemudian kusadari aku hanya berhalusinasi. Hanya imajinasi gila yang sedang menguasaiku. Ingat semua upaya untuk meyakiti diri sendiri dan gagal? Berarti Tuhan belum mau aku mati sebelum melanjutkan kisah ini. Karena kisah hidupku belum waktunya berakhir. Ya, ya, ya baiklah Tuhan kan kucoba ikuti mau-Mu dan semoga aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Setidaknya nanti jika Kau benar-benar mengambil nyawaku, Kau tidak perlu terlalu lama dan kejam memberi siksaan padaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar