4.
KIAT
CERDAS DAN TEPAT MEMILIH JAJANAN SEHAT
UNTUK
ANAK
Dalam bidang kesehatan
terdapat dua istilah yang sering disebut, yaitu pencegahan dan pengobatan.
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan, baik dari segi keparahan penyakit
maupun secara ekonomi. Begitu pula mengenai masalah kebiasaan jajan pada anak.
Apabila anak belum terbiasa jajan atau mengenal berbagai jenis jajanan di
lingkungannya, maka kita harus mendidik anak untuk dapat memilih makanan dan
minuman yang bersih, sehat, dan aman. Namun alangkah baiknya jika sebelum anak
mengenal kebiasaan jajan, kita mengarahkannya untuk menghindari kebiasaan
jajan, sebagai upaya meminimalisir bahaya kesehatan dari mengkonsumsi jajanan
tidak sehat.
Apa yang harus kita lakukan?
Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan mencegah
permasalahan terkait kebiasaan jajan pada anak.
A. Mengedukasi Anak tentang Gizi,
serta Memilih Makanan & Minuman yang Sehat
Pendidikan
mengenai gizi dan makanan yang sehat harus dimulai sejak dini, supaya ia dapat
mengingat dan mempraktekkannya sampai dewasa. Kita harus aktif mencari
informasi mengenai hal ini, sehingga tidak mengalami kesulitan ketika
mengedukasi anak mengenai makanan, minuman, serta zat-zat yang terkendung di
dalamnya.
Jelaskan bahwa
jajanan dibuat dengan bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa atau pemanis
buatan yang dapat menimbulkan penyakit. Hindari penggunaan kalimat larangan,
terutama dengan kata “jangan” atau “tidak boleh”. Apabila anak dilarang
terutama dengan kata “jangan” dan dengan bentakan, ia akan semakin penasaran.
Bisa jadi tanpa sepengetahuan kita, anak berusaha mendapatkan makanan atau
minuman yang dilarang.
Sebaliknya
dengan nada bicara lembut, dan tidak secara langsung melarang, anak akan lebih
mengerti. Apalagi menasehati anak dengan contoh-contoh nyata yang dekat dengan
kehidupannya. Contohnya, “Dek, makanan itu rasanya enak ya? tapi kalau kamu
kebanyakan makan itu nanti kamu bisa sakit kepala, enggak bisa belajar dan main sama teman-teman. Kalau sakit harus
minum obat, Adek mau minum obat?” Atau jika anak memiliki hobi menyanyi, “Dek,
katanya mau pintar menyanyi, kalau kamu minum itu nanti suaranya jadi hilang
dan tenggorokannya bisa sakit.” Sesuai contoh tersebut, biasanya anak tidak suka
minum obat jadi jelaskan bahwa jika ia sakit karena jajanan yang tidak aman,
maka harus minum obat. Anak akan berpikir bahwa minum obat bukanlah hal yang
menyenangkan, secara otomatis anak tidak mau mengkonsumsi jajanan yang tidak
aman tersebut.
B. Memperkenalkan Konsep Hemat kepada
Anak
Kebiasaan jajan
adalah salah satu perilaku konsumtif, yang dapat ditiru anak dari lingkungan,
terutama keluarga sebagai lingkungan pertamanya. Orang tua yang memiliki
perilaku konsumtif tinggi, seperti sering belanja berlebihan, dapat membuat
anak bersikap boros. Hanya saja sikap boros anak disalurkan pada kebiasaan
jajan. Maka orang tua sebaiknya berperilaku hemat jika tidak ingin anaknya
menjadi “pecandu” kebiasaan jajan.
Sebaiknya sejak
usia dini, anak diajarkan hidup hemat, dan menggunakan uang sesuai kebutuhan. Kita
harus mencontohkan tradisi menabung atau menyisihkan sebagian uang yang didapat
untuk simpanan, yang dapat digunakan saat ada kebutuhan mendesak. Membelikan
anak sebuah celengan berbentuk lucu, merupakan salah satu cara mengenalkan
konsep hemat dengan menabung. Akan lebih baik lagi jika kita juga terlibat
dalam kegiatan menabung di celengan ini. Mulailah mengisi celengan dalam waktu
yang bersamaan, dan buat seolah-olah ada lomba mengisi celengan. Maka ketika
anak mendapat uang, ia ingat untuk menabungkan uangnya.
Membiasakan anak
untuk saling berbagi dengan sesama manusia. Ajak anak untuk berbagi materi dan
kebahagiaan kepada orang-orang yang membutuhkan. Hal ini dapat meningkatkan
kepekaan sosial anak, selanjutnya beri pengertian bahwa tidak semua orang
mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan mudah. Tidak semua orang memiliki
uang banyak, dan bisa makan minimal 3 kali sehari. Oleh sebab itu sebagai
manusia harus bersyukur dengan cara menggunakan uang sesuai kebutuhan.
Saat mengajak
anak berbelanja, biasanya anaka akan meminta makanan, minuman, atau mainan.
Tanyakan alasan dan seberapa penting manfaatnya. Misalnya anak merengek untuk
dibelikan susu, roti, makanan ringan, dan mobil remote control. Jelaskan
pada anak bahwa yang terpenting untuk kesehatannya adalah susu, dan roti yang
akan dikonsumsi saat sarapan. Maka makanan ringan yang mengandung bahan
penyedap rasa dalam jumlah besar, dan mobil remote
control (mainan di rumah sudah
banyak) tidak perlu dibeli.
C. Mencontohkan Perilaku Hidup yang
Bersih dan Sehat
Pernahkah kita mendengar
istilah PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)? PHBS adalah “upaya untuk memberikan pengalaman belajar
atau menyiptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan
edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan
pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat
(empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan
mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan
cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan
kesehatannya (http://usupress.usu.ac.id).”
PHBS dibagi
menjadi 5 kelompok, berdasarkan tatanan (tempat sekumpulan orang hidup,
bekerja, bermain, berinteraksi, dan lain-lain): PHBS tatanan rumah tangga,
sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan, dan tempat-tempat umum (http://dinkes-sulsel.go.id).
PHBS di tatanan
rumah tangga, bertujuan supaya anggota rumah tangga (keluarga) sadar, mau dan mampu
melakukan tindakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Sehingga
dapat melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan masyarakat. Perilaku yang termasuk dalam PHBS di antaranya: cuci
tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan, cuci tangan dengan sabun setelah
buang air di toilet, makan makanan yang bergizi seimbang, minum air putih
minimal 8 gelas setiap hari, menggosok gigi minimal 2 kali sehari, dan
beraktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
Seseorang
mendapatkan asupan gizi seimbang dari makanan dan minuman yang menyumbangkan
zat gizi karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan serat. Namun, tidak ada
satu pun bahan pangan yang memiliki semua zat di dalamnya. Maka setiap harinya kita
harus mengkonsumsi beraneka macam bahan pangan. Biasakan anak mengkonsumsi buah
dan sayur, karena selain mengandung vitamin dan mineral, buah dan sayur kaya
akan serat. Serat berfungsi melancarkan pencernaan, dan memberikan rasa kenyang
lebih lama. Maka keinginan jajan pun bisa berkurang.
Kebiasaan
menggosok gigi secara teratur dan cara yang benar, dapat menjaga kesehatan
mulut dan gigi. Apabila terjadi masalah pada bagian mulut dan gigi, biasanya
akan berpengaruh pada pola makan anak. Misalnya, menghindari makanan bergizi
karena tekstur makanan tersebut keras karena tidak kuatnya gigi untuk menggigit
dan mengunyah. Apalagi pada masa anak-anak sedang tumbuh gigi susu sebagai awal
pembentukan gigi menuju ke gigi dewasa.
Ajarkan anak
untuk selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan, juga
setelah buang air di toilet. Setelah bermain juga sebaiknya dibiasakan mencuci
tangan dan kaki, dengan sabun. Hal itu dikarenakan kebiasaan main anak yang
belum tentu bersih, bahkan beberapa anak sangat suka bermain tanah, dan pasir,
yang bisa saja mengandung kuman atau parasit (cacing).
D. Membiasakan Anak untuk Sarapan
Jangan remehkan
sarapan, karena sarapan berfungsi sebagai cadangan energi di awal hari.
Terutama untuk anak sekolah yang sejak pagi sudah harus berangkat ke sekolah
dan paling cepat 4 jam kemudian baru pulang ke rumah. Anak yang melewatkan
sarapan atau makan di pagi hari, akan merasa lemas dan kurang konsentrasi.
Selain itu anak terus memikirkan jajanan apa yang akan dibelinya saat istirahat
jika sebelum berangkat sekolah tidak sarapan terlebih dahulu.
Jika tidak
sempat sarapan di rumah, sebaiknya bawakan bekal makanan, dengan jenis dan
porsi yang berat (mengenyangkan) seperti nasi goreng, mie goreng, atau roti
dengan isian daging atau telur. Bekal makanan ini dapat dimakan dalam
perjalanan menuju sekolah, sesaat sebelum pelajaran dimulai, atau saat
istirahat.
Biasakan makan
bersama seluruh anggota keluarga setiap waktu makan. Makan bersama dapat
mendisiplinkan anak untuk makan tepat waktu dan teratur, serta menambah
semangat anak untuk makan. Ketika anak semangat untuk makan, sangat kecil
kemungkinan terjadi masalah penolakan makanan. Jika sudah demikian, anak akan
merasa kenyang saat menyantap hidangan utama, dan tidak ingin membeli makanan
jajanan.
Makan bersama
juga dapat mendekatkan hubungan antar keluarga, terutama antara orang tua dan
anak. Jika hubungan antar keluarga baik, maka akan semakin mudah mendidik dan
membesarkan anak menjadi anak yang cerdas, sehat, dan berkelakuan baik.
E. Menyiapkan Bekal Makanan
Supaya anak
tidak jajan, kita dapat menyiapkan bekal makanan untuk dibawa ke sekolah atau
ketika bepergian bersama keluarga. Apabila tidak sempat memasak, kita dapat
membelinya, atau memesan kepada penjual makanan yang diketahui menjual makanan
bersih, sehat, dan menggunakan bahan-bahan yang aman untuk dikonsumsi.
Membawakan bekal
makanan secara tidak langsung mengajarkan pada anak, mengenai jenis makanan
yang aman dan sehat. Jadi ketika anak bertambah besar dan sudah bisa membeli
sendiri jajanan yang diinginkan, kemungkinan anak tidak akan membeli makanan
yang tidak seperti bekal makanannya sehari-hari.
Siapkan bekal
makanan anak dalam penampilan, dan perpaduan warna makanan yang dapat menarik
rasa penasaran anak untuk memakanannya. Di Jepang, salah satu kebiasaan orang
di sana adalah menghias makanan bekal makan siang anggota keluarga (anak,
suami, kakak, adik, dan lain-lain), dengan penampilan yang sangat menarik. Hal
ini dapat membangkitkan selera makan. Seni menata bekal makanan di Jepang,
dinamakan “Kyaraben”.
Kyaraben
adalah singkatan yang berasal dari kata “charaben
(character bento)”. Kyaraben adalah
seni penataan bento (bekal makan ala
jepang), dengan bentuk-bentuk menyerupai manusia, hewan, tanaman, dan karakter
film (http://sekolahtetum.org). Di Indonesia, sudah ada beberapa komunitas yang
mayoritas terdiri dari para ibu, menyelenggarakan acara berupa pelatihan (workshop), mengenai teknik menghias
bekal makanan untuk anak. Hal ini bertujuan untuk membuat anak memakan habis
bekal makanan mereka tanpa memilih-milih makanan, yang biasanya menolak makan
buah atau sayur.
Kita dapat
mencari informasi mengenai pelatihan seperti ini jika tertarik mengikutinya.
Jika kita tidak memiliki waktu atau dana yang cukup untuk mengikuti pelatihan
semacam itu, carilah informasi atau artikel di internet mengenai cara menata
bekal yang menarik, dan mengandung gizi lengkap dan seimbang, serta dengan
bahan pangan yang mudah didapat. Mudah dan praktis bukan?
F.
Membuat
Camilan Sehat di Rumah, dan Mengajak Anak Memasak Bersama
Anak tidak
menyukai bahan pangan tertentu, dapat disebabkan oleh berbagai alasan. Bosan,
tidak enak, atau tidak menarik terkadang keluar dari mulut si kecil yang
berusaha menolak makanan yang kita siapkan. Akhirnya anak lebih suka jajan, dan
menyukai jajanan meskipun tidak aman dan tidak sehat bila dikonsumsi secara
terus-menerus.
Masalah ini
dapat diatasi dengan memulai membuat berbagai jenis camiln sehat di rumah. Anak
sebaiknya dilibatkan dalam pengambilan keputusan mengenai camilan yang
diinginkan, dan dilibatkan dalam proses pembuatannya. Mulailah dari camilan
yang praktis dan mudah dibuat. Biarkan anak melakukan sendiri apa yang ia bisa
lakukan, dengan bimbingan dan pengawasan kita atau orang terdekat di rumah.
Ketika anak terlibat langsung, suka atau tidak suka ia merasa harus
menghabiskan hasil masakannya sendiri. Apabila anak menyukai rasanya tentu
bukan tidak mungkin di kemudian hari ia ketagihan melakukan kegiatan
“masak-masakan” ini.
Saat ini banyak
restoran atau lembaga pendidikan yang menyediakan kursus memasak khusus
anak-anak. Hal ini juga bertujuan mendidik anak tidak terbiasa jajan, dengan
cara mengajarkan memasak. Menu yang diajarkan biasanya terdiri dari camilan atau
hidangan utama yang disukai anak, tetapi tetap mengutamakan aspek kebersihan,
kesehatan, dan keamanan pangan. Lebih mudahnya kita dapat mencari informasi
dari buku atau internet mengenai menu camilan sehat, kemudian mempraktekkannya
bersama si kecil di rumah.
Setelah
mempraktekkan berbagai menu camilan sehat dan bergizi, ada baiknya mengabadikan
hasil masakan karya anak dengan kamera. Buat kliping (kumpulan) resep dan hasil
foto makanan dan minuman sehat yang telah dipraktekkan. Kliping tidak hanya
dapat dibuat di kertas atau dalam bentuk buku. Kemajuan teknologi seperti
internet juga bisa dimanfaatkan, seperti situs jejaring sosial atau blog
pribadi yang kita buat sebagai tempat berbagi kreasi masakan hasil karya orang
tua dan anak. Dari internet terkadang banyak pengguna internet lainnya yang
memberikan komentar, terlebih jika komentar positif dan saat kita menyampaikan
pada anak, pasti ia akan merasa senang.
Anak akan merasa
dihargai atas hasil karyanya, dan mengurangi keinginan untuk membeli jajanan di
luar rumah. Selain itu mendokumentasikan resep camilan sehat, dapat menjadi
panduan untuk menentukan camilan apa yang belum pernah kita sajikan kepada
anak, sehingga tidak menimbulkan rasa bosan.
G. Hindari Kebiasaan Memberi Hadiah
Uang atau Makanan kepada Anak
Terkadang saat
anak melakukan suatu hal positif atau berprestasi, keluarga atau orang terdekat
memberikan uang, makanan atau benda lainnya sebagai hadiah. Namun, ternyata
cara ini kurang bijaksana meskipun bertujuan menghargai usaha anak yang
berkelakuan baik.
Lantas apa yang
harus dilakukan? Bukankah mengacuhkan setiap perbuatan baiknya sama saja
membuat anak merasa tidak dihargai? Berikanlah pujian kepada anak, karena
dengan pujian anak akan merasa bangga dan berusaha melakukan hal-hal baik untuk
seterusnya. Sesekali kita boleh memberikan hadiah, tapi jika terlalu sering
akan menyebabkan anak berbuat kebaikan seolah mengharapkan hadiah. Jalan-jalan
mengunjungi tempat rekreasi yang mengandung unsur pendidikan, juga bisa
dijadikan alternatif hadiah ketika anak berulang tahun atau berprestasi.
Terlebih apabila
hadiah yang diberikan berupa makanan enak tapi mengandung gula, atau penyedap
rasa yang cukup tinggi. Maka membuat anak dapat mengidap kegemukan, atau gejala
yang diakibatkan konsumsi MSG secara berlebihan. Makanan yang disukainya dapat
membuat ketagihan, sehingga anak bisa memintanya setiap saat.
Hadiah berupa uang
akan membuat anak ingin menggunakan uang tersebut untuk jajan. Apalagi jika
anak tidak dibiasakan untuk hidup hemat, dan lingkungannya mendukung untuk
melakukan kebiasaan jajan. Memberikan uang juga mengajarkan anak merasa meminta
uang dari siapa saja, adalah hal yang wajar. Ini dapat membuat anak menjadi
malas bekerja keras saat dewasa.
H. Mengarahkan Anak pada Kegiatan yang
Positif
Pada saat-saat
tertentu seorang anak biasanya rewel atau susah diatur, untuk makan atau pun
melakukan hal lain seperti mandi, sekolah, dan lain-lain. Untuk mengatasi hal
tersebut terkadang kita atau pengasuh anak akan memberikan pangan jajanan
supaya anak mau melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan.
Namun, kebiasaan
ini sama saja mendidik anak untuk menggunakan senjata berupa tangisan dan
teriakan saat menginginkan jajanan yang dimaksud. Jika anak rewel karena
menolak makanan sebaiknya jangan dipaksa untuk makan. Seringkali karena rasa
khawatir pada anak yang tidak mau makan, orang tua atau pengasuh akan memaksa
anak dan memmarahinya. Jika hal itu dilakukan dapat membuat anak trauma dan
merasa waktu makan adalah waktu yang paling tidak menyenangkan. Trauma yang
terjadi sejak usia anak-anak akan sulit untuk dilupakan, dan banyak yang
menetap sampai dewasa. Tentu kita pernah menemui orang dewasa yang tidak suka nasi,
sayur, buah, susu, dan bahan makanan lainnya. Penolakan terhadap makanan
bergizi itu, biasanya dimulai sejak kecil dan sulit untuk diubah.
Jika anak tidak
mau makan, jangan dipaksa. Arahkan anak untuk melakukan hal-hal positif yang
menyenangkan. Misalnya belajar sambil bermain, atau sekedar bermain bersama
teman sebaya di lingkungan rumah kita. Setelah bermain maka anak akan merasa
lapar, dan ia akan mengatakan ingin makan karena sudah lapar.
I.
Meminimalisir
Waktu Menonton Televisi
Televisi sebagai
media informasi berperan penting dalam mendorong keinginan anak mengkonsumsi
produk makanan dan minuman yang diiklankan. Maka ketika menemukan produk
sejenis, besar kemungkinan anak merengek ingin mencobanya. Ditambah lagi dengan
banyaknya iklan produk makanan dan minuman yang mempromosikan adanya hadiah
mainan, atau dibintangi oleh artis idolanya, tentu anak akan semakin tertarik.
Tidak hanya anak
yang dibatasi menonton televisi, sebaiknya anggota keluarga lainnya juga tidak
mengajarkan kebiasaan berlama-lama menonton TV. Dampingi juga anak saat
menonton TV, sehingga kita dapat mengetahui informasi apa saja yang disaksikan.
Jika ada sesuatu hal yang perlu mendapatkan pengarahan orang tua, hal tersebut
dapat langsung disampaikan. Pilihkan acara yang bersifat mendidik, dan
memberikan pengetahuan kepada anak.
Sebaiknya jangan
letakkan TV di kamar anak, meskipun pada awalnya kita bertujuan menyediakan
tontonan bermutu lewat tayangan TV kabel berlangganan. Keberadaan TV di kamar
anak, dapat membuatnya kecanduan menonton dan sulit untuk belajar. Meletakkan
TV di ruang tengah (ruang keluarga) akan memudahkan kita dalam mendampingi anak
saat menonton.
J.
Trik
Jitu Hadapi Anak yang Kecanduan Jajan
Masalah yang sering kita
hadapi adalah ketika anak terlanjur melakukan kebiasaan jajan. Merubah
kebiasaan jajan atau sekedar menasehati dan melarangnya mengkonsumsi jajanan
tertentu, bukanlah hal yang mudah. Tetapi sebagai orang tua, kita harus cerdas
dan mengetahui perkembangan pangan jajanan yang disukai anak, serta menggunakan
cara yang tepat untuk mengajarkan anak untuk memilih jajanan yang sehat.
Pada dasarnya jajanan
yang layak dikonsumsi anak harus terdiri dari syarat-syarat berikut: sehat
(memenuhi kebutuhan gizi anak), bersih (terbebas dari kotoran/bahan cemaran),
dan aman (tidak mengandung zat-zat berbahaya). Apabila anak sudah terbiasa
membeli dan mengkonsumsi jajanan, kita harus mengetahui jenis pangan jajanan
yang disukai anak dan teman-teman sebaya di lingkungan rumah dan sekolah.
Sebaiknya temani anak
saat jajan supaya kita dapat mengetahui jajanan yang dipilihnya. Apabila
kesibukan di luar rumah atau anak tidak dapat diawasi karena berada di sekolah,
luangkan waktu santai untuk ngobrol dengan anak mengenai kegiatan sehari-hari.
Dari obrolan inilah, kita dapat mengarahkan anak untuk bercerita tentang
makanan dan minuman apa saja yang dikonsumsi dalam sehari. Dengan cara ini anak
dapat menceritakan pangan jajanan yang dikonsumsi tanpa merasa ditanya. Jika
langsung ditanya, anak dapat merasa disalahkan, terutama jika ternyata
diam-diam anak mengkonsumsi jenis makanan atau minuman yang selama ini
dilarang. Setelah itu barulah jelaskan segala sesuatu tentang jajanan secara
perlahan secara menyenangkan.
Beberapa hal di bawah
ini dapat kita jadikan acuan dalam memilihkan jajanan sehat, dan dapat
disampaikan kepada anak supaya tidak salah memilih pangan jajanan:
1) Perhatikan
kebersihan lingkungan sekitar tempat penjualan makanan atau minuman jajanan.
Kita harus
memastikan bahwa anak membeli makanan atau minuman dari tempat penjualan yang
bersih. Lingkungan yang tidak bersih membuat pangan jajanan yang dijual mudah
terkontaminasi oleh bakteri atau cemaran fisika seperti batu, tanah, dan
lain-lain. Selain lingkungan yang bersih, penjual pangan jajanan juga harus
dalam keadaan bersih dan tidak jorok. Penjual yang menggunakan peralatan makan ketika
menyentuh dan menyajikan makanan tanpa kemasan, akan lebih higienis daripada
penjual yang langsung menyentuh makanan dengan tangan.
2) Usahakan
memilih makanan yang disimpan dalam keadaan tertutup atau terbungkus.
Untuk menarik
perhatian, biasanya penjual sengaja memajang pangan jajanan di tempat yang
mudah terlihat. Namun, terkadang tidak memperhatikan aspek kebersihannya,
misalnya gorengan atau kue yang tidak ditutup dengan tudung saji atau tidak
disimpan dalam lemari kaca. Beberapa penjual makanan bahkan sudah ada yang
mengemas jajanan dalam kemasan tertutup, sehingga tidak terlalu mengkhawatirkan
untuk dikonsumsi.
Tertutup saja
tidak cukup, beberapa bahan yang biasa digunakan untuk membungkus jajanan juga
ada yang berbahaya untuk kesehatan. Kertas/Koran bekas, botol atau gelas bekas,
dan kemasan makanan bahan sterefoam, adalah beberapa contoh dari bahan pembungkus
yang tidak semestinya digunakan. Peralatan makan berbahan melamin juga
sebaiknya dihindari karena bahan melamin biasanya mengandung racun formalin.
3) Apabila
jajanan yang dipilih merupakan makanan dan minuman kemasan (buatan pabrik),
perhatikan informasi yang tercantum dalam kemasan makanan.
Kemasan makanan
dan minuman biasanya diberi label bertuliskan informasi terkait produk
tersebut. Itu merupakan suatu kewajiban produsen sebelum mendapatkan izin dari
Badan POM atau Departemen Kesehatan. Informasi yang ditulis yaitu nama produk,
tanggal kadaluarsa, komposisi bahan pembuat produk, nilai gizi yang terkandung
dalam produk, juga nama dan alamat perusahaan yang memproduksi produsen.
Tanggal
kadaluarsa menunjukkan batas waktu produk pangan aman untuk dikonsumsi, jika
dikonsumsi melewati tanggal tersebut akan menyebabkan keracunan. Komposisi
bahan memberikan informasi supaya kita sebagai konsumen mengetahui jumlah dan
jenisn dari bahan-bahan pangan yang terkandung dalam suatu produk.
Sedangkan
informasi nilai gizi memberi gambaran umum mengenai jenis dan jumlah zat gizi
yang didapat dengan mengkonsumsi suatu produk makanan atau minuman. Ajarkan
kepada anak yang sudah bisa membaca, untuk terbiasa teliti membaca label pada
kemasan makanan dan minuman kemasan.
Banyak orang
yang tidak teliti membaca label makanan karena ketidaktahuan akan pentingnya
hal ini, selain itu mungkin juga dikarenakan tidak mengetahui maksud dari
beberapa singkatan pada label makanan. Beberapa singkatan yang sering
dicantumkan pada label makanan yaitu (Depkes, 2003):
a)
MD :
Makanan yang dibuat di dalam negeri. Pada label makanan akan tertulis MD yang
diikuti sederatan angka sebagai nomor yang menunjukkan bahwa makanan atau
produk pangan tersebut telah terdaftar di Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(Badan POM) Republik Indonesia.
b)
ML :
Makanan luar negeri atau berbagai produk pangan hasil impor. Seperti MD, pada
label makanan yang diimpor dan telah terdaftar di Badan POM akan tertulis ML
disertai nomor pendaftarannya. Dengan demikian produk pangan tersebut aman
untuk dikonsumsi.
c)
Exp :
Tanggal kadaluwarsa. Penulisan tanggal yang diawali dengan singkatan ini
menunjukkan batas waktu makanan tersebut masih layak dikonsumsi. Sebaiknya dikonsumsi
sebelum mencapai tanggal kadaluwarsa. Jika dikonsumsi melewati batas tanggal
kadaluarsa maka memungkinkan terjadinya keracunan akibat makanan/minuman
kemasan tersebut.
d) SNI : Standar Nasional Indonesia. Keterangan
ini menunjukkan bahwa mutu makanan telah sesuai dengan persyaratan.
e)
SP :
Sertifikat Penyuluhan. Seperti MD dan ML, penulisan SP juga diikuti dengan
deretan angka sebagai nomor pendaftaran yang diberikan oleh Dinas kesehatan
kabupaten/kodya kepada pengusaha kecil dengan modal terbatas. Dinas kesehatan
kabupaten/kodya bertugas mengawasi dan memberikan penyuluhan untuk menjamin
bahwa produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang berlaku.
4) Menghindari
makanan dan minuman yang berwarna sangat cerah, atau memiliki rasa agak pahit.
Pada bab
sebelumnya telah disebutkan bahwa tanda pangan jajanan yang mengandung pewarna
terlarang, adalah memiliki warna mencolok (sangat cerah). Warna cerah biasanya
lebih menarik rasa penasaran anak untuk mencobanya. Jelaskan pada anak bahwa
tidak semua penjual jajanan menggunakan bahan pewarna yang aman untuk makanan.
Beritahukan pula bahwa mengkonsumsi makanan dan minuman yang dibuat dari
pewarna berbahaya, dapat menimbulkan penyakit sehingga ia tidak bisa bermain
dan belajar dengan teman-teman. Selain dari warnanya, pangan jajanan berbahan
pewarna terlarang biasanya menimbulkan rasa sedikit pahit saat dikonsumsi.
5) Utamakan
memilih jajanan yang dibuat dengan bahan pangan yang merupakan sumber
karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral.
Karbohidrat
paling banyak terdapat pada makanan pokok (nasi, ubi, singkong, kentang,
jagung) dan berbagai olahannya, seperti: mie, pasta, roti, dan lain-lain.
Daging, daging unggas, ikan, telur, susu, keju, tahu, dan tempe, merupakan
beberapa bahan pangan yang mengandung protein tinggi. Sedangkan vitamin dan
mineral banyak didapat dari sayur dan buah-buahan.
Meski dalam satu
jenis jajanan belum mengandung semua zat gizi utama (karbohidrat, protein,
vitamin, dan mineral), setidaknya jajanan yang dikonsumsi bukanlah jajanan
“miskin gizi”. Jajanan berupa permen, keripik, chiki, biasanya mengandung gula atau bahan penyedap rasa dalam
jumlah besar. Maka jajanan “miskin gizi” tersebut sebaiknya tidak dikonsumsi,
atau boleh dikonsumsi dengan jumlah sangat sedikit, dan tidak sering dikonsumsi.
6) Memilih
jajanan yang dijual di dalam kantin sekolah.
Kantin sekolah
pada umumnya menyediakan makanan dan minuman dengan pengawasan berdasarkan
standar tertentu yang ditetapkan oleh sekolah. Standar tersebut biasanya
mengacu pada kebersihan dan keamanan pangan, serta lingkungan dan cara
pengolahan yang higienis. Namun, biasanya masih terdapat pedagang kaki lima
yang berjualan jajanan di luar sekolah (terlebih sekolah yang belum memiliki
kantin). Biasakan anak untuk memilih membeli makanan dan minuman di dalam
kantin sekolah, atau membawakan bekal makanan dari rumah.
Apabila kita merasa
khawatir akan kebersihan kantin sekolah, hubungi pihak sekolah dan sampaikan
mengenai hal ini. Dengan demikian sekolah dapat segera melakukan perbaikan pada
kebersihan lingkungan dan pangan jajanan di sekolah. Unit Kesehatan Sekolah
(UKS) biasanya berada di bawah pengawasan puskesmas di daerah sekolah berada.
Mengawasi dan memastikan masalah kantin sekolah menjadi salah satu tugas UKS,
seperti yang telah ditetapkan oleh Badan POM RI (2007) tentang peran
pihak-pihak tertentu dalam pengawasan Jajanan Anak Sekolah (JAS).
7) Mewaspadai
makanan dan minuman yang dijual dengan harga sangat murah dibandingkan yang
dijual tempat lain.
Jajanan yang
murah tidak selalu bergizi, tetapi jajanan yang mahal juga tidak selalu baik
untuk kesehatan. Salah satu alasan produsen menggunakan bahan-bahan berbahaya
yang ditambahkan ke dalam pangan jajanan, yaitu untuk menghemat biaya yang
dikeluarkan. Dengan sedikitnya modal berjualan, penjual dapat memasang harga
jajanan semurah mungkin tanpa mengalami kerugian.
Harga jajanan
yang murah biasanya dapat menarik anak untuk membelinya, sehingga penjual
tersebut juga mendapat untung karena dagangannya laris terjual. Makanan dan
minuman yang dapat bertahan lama (tidak cepat basi) dan memiliki rasa sangat
manis dengan harga cukup murah juga harus diwaspadai. Kemungkinan makanan dan
minuman tersebut telah dicampurkan dengan bahan pemanis buatan dan bahan
pengawet yang membahayakan kesehatan.
Harga jajanan
yang jauh di bawah harga standar, juga patut diwaspadai. Kemungkinan jajanan
tersebut sudah tidak layak konsumsi, seperti sudah basi, melewati tanggal
kadaluwarsa, atau sudah tercemar oleh kotoran atau binatang yang dapat
menyebarkan penyakit. Penampilan jajanan dari warna, bentuk, dan aroma dapat
dijadikan acuan menentukan layak tidaknya suatu jenis jajanan dikonsumsi.
Jajanan basi atau kadaluwarsa biasanya memiliki aroma tidak sedap, mengalami
perubahan warna dan rasa, serta untuk kue-kue basah akan mengeluarkan
lendir/tampak lengket ketika dipotong/dibelah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar