"Kebanyakan cerita cinta orang, jadi lupa sama kisah cinta sendiri" (Lolly Love, Trans TV 2013).
Kira-kira demikian kutipan kata-kata pemeran Lolly, yang selalu menceritakan asam manisnya kisah cinta berbagai jenis karakter manusia. Memang hanya sebuah film televisi yang juga mungkin kisah fiksi (walaupun sedikit banyak pasti terinspirasi dari sekelumit kenyataan hidup).
Fokus kita kali ini adalah kutipan yang saya dapatkan dari Lolly semalam, tepatnya saat di rumah sendirian menonton TV ketika semuanya sedang shalat tarawih. Ternyata dapat libur shalat saat bulan Ramadhan, enggak enak. Bisa makan dan minum siang-siang, tapi malah enggak selera karena terbawa suasana rumah yang semuanya berpuasa. Memang sih bisa ngumpet-ngumpet makan di kamar, tetap saja bawaannya kenyang terus. Makan pagi saja sudah merasa cukup dan tidak kelaparan meski baru makan lagi saat waktu Magrib tiba. Malah kemarin waktu ke mal sendirian pun, meski mayoritas restoran memasang gorden di kaca depannya, tidak satu pun yang berhasil menarik kaki saya masuk ke dalamnya. Padahal aroma masakannya jangan dtanya, sudah pasti sangat menggoda.
Sama seperti tokoh Lolly yang sering menyaksikan atau mendengarkan curhatan orang lain tentang kisah cinta mereka, menonton Lolly Love semalam seperti mengingatkan saya akan masa lalu. Ketika saya yang bahkan tidak berpengalaman dalam urusan asmara (sebut saja cinta ala ABG), tiba-tiba mendapatkan pelajaran berharga dari kisah orang lain. Baik yang sekedar melihat atau mendengar kisah dari para biang gosip (bukan pelakunya) atau langsung mendapatkan curhatan dari yang bersangkutan. Kisah cinta pun tidak sebatas pada mereka yang konon sudah jadian/pacaran, karena setiap orang terutama sejak mulai memasuki masa pubertas pasti merasakan setitik dua titik rasa suka pada lawan jenis, dan tergantung pribadi masing-masing menyikapi dan mengontrol perasaan mereka.
Memang mereka yang curhat bukan bertujuan untuk mencari solusi. Jika solusi yang dicari, jelas teman-teman atau sahabat saya datang pada orang yang tidak tepat. Tapi, sejatinya manusia akan bertemu pada kondisi di mana mereka butuh untuk didengar tanpa dihakimi. Bahkan seringkali mereka yang tiba-tiba curhat pada saya, bermula dari ketidaksengajaan dan tanpa terduga sesi curhat mengalir begitu saja. Jangan kira saya memiliki banyak sahabat (teman yang sangat akrab). Justru kadang mereka yang berbagi kisah tanpa paksaan itu, adalah teman-teman yang dalam keseharian tampak tidak terlalu akrab dengan saya, bahasa anak gaulnya "beda geng/kelompok." Dan setelah sesi curhat berakhir entah saya atau mereka, mulai menyadari dan menyampaikan kenapa bisa curhat masalah yang cukup privasi (menurut saya kisah cinta adalah hal yang tidak sembarangan bisa diceritakan pada siapa pun) kepada saya yang sebelumnya tidak terlalu akrab.
Saya kemudian hanya tersenyum, dan berusaha menyampaikan bahwa meski saya tidak tahu jelas alasannya, tapi saya cukup senang ketika mereka merasa nyaman bercerita pada saya. Bukan hanya mereka yang bisa merasa lega karena ada sedikit beban yang berkurang di hati. Saya juga mendapatkan banyak pelajaran berharga dari pengalaman mereka. Entah mengapa saya selalu menyukai momen ketika ada orang yang mau berbagi kisahnya pada saya. Namun, sebaliknya saya bukan orang yang mudah berbagi kisah dengan orang lain. Apalagi urusan hati. Kalaupun ada sahabat yang berhasil membuat saya nyaman bercerita pada mereka, tentu tidak semua bagian kisahnya bisa saya ungkap secara detail. Karena saya pun masih belum mengerti dan paham betul urusan hati ini.
Berbeda dengan Lolly yang menceritakan kisah orang lain, saya tentu tidak bisa menceritakan kisah-kisah cinta yang dicurhati teman-teman sejak masa remaja sampai beberapa waktu belakangan ini. Karena tanpa mereka sebut itu rahasia pun, saya tidak berhak mengumbar apa yang saya ketahui tentang mereka. Mereka dan bahkan juga saya, kadang memerlukan tempat untuk bercerita, sosok pendengar tanpa menghakimi kita benar atau salah, dan tidak memerlukan solusi untuk sementara waktu. Sedangkan saya, mungkin hanya buku harian yang benar-benar bisa menjadi penampung segala rasa di hati, selain pada-NYA tentu saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar